Beragama dengan Benar Kunci Kemajuan Bangsa, Dai MUI: Ibadah Harus Berdampak Sosial!

PWMJATENG.COM, Surakarta – Praktik keberagamaan yang benar diyakini mampu membawa kemaslahatan bagi kehidupan bersama serta mendorong kemajuan bangsa yang berkeadaban. Hal ini disampaikan oleh Dai Champions Standardisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Dwi Jatmiko, dalam khutbah Idulfitri 1446 H yang diselenggarakan oleh Takmir Masjid An Ni’mah di halaman Wisma Batari, Jl Slamet Riyadi No 183, Kemlayan, Kecamatan Serengan, Solo, pada Senin (31/3/2025).
Dalam khutbahnya, Dwi Jatmiko menekankan bahwa generasi Indonesia Emas 2045 dapat terwujud jika individu dan masyarakat memiliki akhlak yang mulia. “Untuk mencapai itu, berilmu secara benar menjadi fondasi utama dalam memahami dan mempraktikkan ajaran agama,” ujar Wakil Kepala SD Muhammadiyah bidang Humas tersebut.
Ia menambahkan, praktik keberagamaan harus sesuai dengan tuntunan Allah Swt dan Rasul-Nya. “Kita dianjurkan untuk menuntut ilmu agama secara benar agar tidak terjerumus dalam kesalahan pemahaman,” tuturnya sambil tersenyum.
Dwi Jatmiko menegaskan pentingnya beragama dalam spirit al-hanafiyyah as-samhah—beragama dengan lurus, penuh kasih sayang, dan toleransi. Konsep ini, menurutnya, menghadirkan keselamatan, kebahagiaan, serta kehidupan yang lebih cerah bagi individu, keluarga, dan masyarakat.
Baca juga, Memaknai Fastabiqul Khairat: Tantangan Umat dalam Persaingan Global
Ia mengutip sebuah hadis dari Ibnu ‘Abbas yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw pernah ditanya tentang agama yang paling dicintai Allah. “Beliau menjawab, ‘Al-hanifiyyah as-samhah (yang lurus lagi toleran)’,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Alquran, khususnya dalam Surah Al-Ma’un, mengajarkan umat Islam untuk mempraktikkan agama dengan berkontribusi dalam menyelesaikan problem sosial. “Ibadah ritual tidak akan berarti jika tidak diiringi dengan amal saleh,” tegasnya.
Surah Al-Ma’un bahkan secara tegas menyebut mereka yang mengabaikan anak yatim dan tidak berupaya membantu masyarakat miskin sebagai pendusta agama. Oleh karena itu, umat Islam harus mengimplementasikan spirit Al-Ma’un dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang dicontohkan oleh KH Ahmad Dahlan melalui tiga pilar gerakan utama Muhammadiyah, yakni di bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial.
Menutup khutbahnya, Dwi Jatmiko mengingatkan agar ibadah tidak hanya menjadi rutinitas tanpa makna. “Ibadah harus menjadi wahana pencerahan yang membawa perubahan positif dalam kehidupan,” pungkasnya.
Kontributor : Jatmiko
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha