Azan yang Tak Selesai
Oleh : Gus Zuhron Arrofi*
PWMJATENG.COM – Tiba-tiba Bilal bin Rabah terbangun dari tidurnya, setelah bangun dengan segera Bilal mempersiapkan diri menuju Madinah. Rupanya bilal dalam tidurnya mimpi bertemu dengan Rasulullah. Dalam mimpi itu Nabi berkata kepada Bilal, “Kenapa engkau lama sekali tidak ke Madinah, dan engkau telah lama tidak mengunjungiku.” Kalimat Rasulullah dalam mimpi itulah yang mendorong sahabat berkulit hitam ini segera ingin mengunjungi kota suci tempat Nabi diistirahatkan. Memang sejak wafatnya Rasulullah Saw., Bilal memutuskan untuk meninggalkan Madinah karena tidak kuat menahan kesedihan sepeninggal beliau. Setiap sudut dari Kota Madinah adalah kenangan indah bersama Nabi dan para sahabat yang lain.
Perjalanan panjang dilakukan Bilal demi menyampaikan kerinduannya yang membuncah kepada Nabi. Sampai di Madinah Bilal bergegas menuju makam Rasulullah. Sampai di makam Nabi, Bilal menangis sejadi-jadinya, kesedihan sekaligus rindunya menyatu dalam tangis dan bait doa yang teruntai dari bibirnya. Dadanya bergemuruh, hatinya sesaat remuk mengingat kembali romansa kehidupan bersama Nabi. Sahabat yang satu ini adalah salah satu yang disanjung oleh Rasulullah karena terompah kakinya sudah terdengar berjalan di surga padahal manusianya masih hidup di dunia.
Tiba-tiba Hasan dan Husain cucu Nabi yang masih belia menghampiri Bilal, mereka berdua mengatakan kepada Bilal, “Paman maukah engkau mengumandangkan azan untuk kami, engkau adalah muazin kesayangan baginda Nabi, suaramu akan mengingatkan kami pada kakek tercinta yang telah lama pergi.” Permintaan itu kemudian disanggupi oleh Bilal. Begitu waktu salat tiba Bilal langsung menuju mimbar masjid, persis di mana dulu ia mengumandangkan azan saat Rasulullah masih hidup. Kalimat takbir pertama dikumandangkan dengan khusuk dan merdu. Semua penduduk Madinah yang mendengar suara itu terperanjat, suara yang telah lama pergi akhirnya kembali.
Baca juga, Adakan Lokakarya, Arsitektur UMS Siap Kembangkan Kurikulum Bereputasi Internasional
Para penduduk Madinah paham betul karakteristik suara itu. Bilal melanjutkan lafal kumandang azan sampai pada kalimat, “Ashadualla ilaha illallah”. Semua orang di sekitar masjid berbondong-bondong menuju sumber suara. Ribuan orang berkumpul di Masjid Nabawi, termasuk sahabat Ummar bin Khattab. Bilal kemudian melanjutkan azannya dengan melafalkan kalimat, “Ashaduanna Muhammadarrasulullah”. Semua orang yang telah hadir di masjid pecah tangisnya. Mereka kembali mengingat memori masing-masing bersama Nabi. Ummar adalah sahabat yang paling keras tangisnya. Ada sesak di dada para sahabat yang telah lama merindukan kehadiran kembali Rasulullah. Namun mereka menyadari bahwasanya Nabi tetaplah manusia biasa yang ada batas waktunya.
Bilal selaku muazin juga tidak mampu menahan tangisnya, suaranya seperti tercekik dan tidak bisa melanjutkan kembali azannya. Kabarnya itulah azan terakhir Bilal di Kota Madinah, azan yang tidak pernah selesai, azan yang membangkitkan kenangan kembali kepada manusia yang paling mulia di sisi Tuhan, azan yang menggetarkan hati setiap orang untuk bergegas menuju Masjid. Azan yang tersimpan di dalamnya sebuah kalimat yang kita ingin hidup dengan kalimat itu, ingin mati dengan kalimat itu, ingin dibangkitkan dengan kalimat itu dan ingin bertemu Rasulullah dengan kalimat itu.
Sayangnya, tidak semua orang hari ini mengerti betapa rangkaian kalimat azan adalah kalimat suci yang mempunyai dimensi sejarah tentang sosok manusia yang mestinya kita rindukan. Menyambut kalimat azan dengan cara mengunjungi rumah Allah adalah salah satu wujud cinta kepada sosok manusia yang telah menyebut nama kita di penghujung kehidupannya. Manusia yang tangisnya adalah cinta, tertawanya adalah cinta, ucapannya adalah cinta, senyumnya adalah cinta, dan kalimat-kalimat doanya adalah cinta untuk kita. Mereka yang dengan sengaja tanpa uzur menghindar dari rumah-rumah Allah padahal kumandang azan telah dilantunkan, berarti sedang menjauhkan dirinya dari balutan cinta Nabi. Semoga itu tidak terjadi pada para sahabat yang membaca tulisan ini.
*Sekretaris MPKSDI PWM Jawa Tengah
Editor : M Taufiq Ulinuha