
PWMJATENG.COM, Sukoharjo – Pendidikan seks mulai dikenalkan secara ramah dan menyenangkan di tingkat sekolah dasar. Di SD Muhammadiyah Palur, Kabupaten Sukoharjo, program bertajuk “Aku Bahagia, Aku Istimewa” menjadi langkah konkret mengenalkan pendidikan seks sejak dini kepada siswa kelas 3 dan 4.
Program ini merupakan bagian dari kegiatan Literasi Keliling yang diinisiasi oleh Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Sukoharjo. Tujuannya jelas: memberi pemahaman kepada anak tentang pentingnya mengenal tubuh mereka sendiri dan menjaga diri dari potensi pelecehan.
“Anak-anak perlu memahami bahwa tubuh mereka adalah milik mereka sendiri. Tidak semua orang boleh menyentuhnya, bahkan jika itu orang dekat,” ujar Elvandari Pubiyanti, narasumber dalam kegiatan tersebut, saat ditemui di sela-sela acara.
Pendidikan diberikan dengan pendekatan interaktif dan menyenangkan. Anak-anak tidak hanya duduk mendengarkan ceramah, tetapi juga aktif membuat poster, bernyanyi lagu edukatif, dan melakukan presentasi. Dengan cara ini, materi yang sensitif seperti pendidikan seks dapat diterima dengan lebih mudah dan tidak menimbulkan rasa takut atau malu.
Dalam sesi tersebut, siswa dikenalkan bagian-bagian tubuh, terutama yang bersifat pribadi. Mereka juga belajar membedakan antara sentuhan yang baik dan yang tidak baik. Yang terpenting, anak-anak diajarkan untuk berani mengatakan “tidak” ketika merasa tidak nyaman.
“Kegiatan ini sangat menyenangkan. Aku jadi tahu mana yang boleh disentuh dan mana yang tidak,” ungkap Aulia, salah satu siswa kelas 4 yang ikut dalam sesi itu.
Baca juga, Bahaya Syirik: Dosa Tak Terampuni yang Menghancurkan Tauhid
Materi yang diberikan dirancang sesuai dengan usia dan tahap perkembangan anak. Pendekatannya bersifat edukatif dan bukan menyeramkan. Tujuan utamanya adalah membentuk kesadaran anak sejak dini bahwa tubuh mereka berharga dan harus dijaga.
Tidak hanya murid yang mendapatkan pembekalan, para guru juga dilibatkan dalam pelatihan agar mereka bisa melanjutkan pendidikan ini secara konsisten. Guru diberikan panduan khusus untuk menyampaikan materi serupa di dalam kelas dan bekerja sama dengan orang tua siswa dalam mendampingi perkembangan anak.
“Guru memiliki peran penting sebagai pelindung dan pendamping anak. Dengan pelatihan ini, kami harap mereka bisa lebih siap menghadapi situasi di lapangan,” jelas Elvandari.
Program ini dianggap sebagai langkah penting dalam membangun sekolah yang ramah anak. Dengan menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya menjaga tubuh dan menghormati diri sendiri, anak-anak diharapkan tumbuh menjadi pribadi yang berani, percaya diri, dan tidak mudah menjadi korban kekerasan.
Dosen Psikologi Anak dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, Nuryati, menyebut bahwa pendidikan seks bukan hal yang tabu jika dikemas dengan pendekatan yang tepat. “Justru di usia sekolah dasar adalah saat yang tepat untuk membentuk nilai dan kesadaran anak tentang tubuh, privasi, dan rasa hormat terhadap sesama,” katanya.
Lebih lanjut, Nuryati menekankan bahwa pendekatan seperti di SD Muhammadiyah Palur bisa menjadi contoh baik bagi sekolah lain. “Jika anak dibekali sejak dini, mereka akan memiliki bekal untuk menjaga diri, dan lebih peka terhadap potensi kekerasan seksual yang bisa muncul dari lingkungan sekitar,” ujarnya.
Kontributor : Shodiqotul Khodijah Al-Jabbaar
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha