Amal Shalih dan Syarat Pengguguran Dosa
![amal shalih](https://pwmjateng.com/wp-content/uploads/2025/02/Gambar-WhatsApp-2025-02-06-pukul-16.20.23_96308fd6.jpg)
Amal Shalih dan Syarat Pengguguran Dosa
Oleh : Dwi Taufan Hidayat (Penasehat Takmir Mushala Al-Ikhlas Desa Bergas Kidul Kabupaten Semarang, Sekretaris Korps Alumni PW IPM/IRM Jawa Tengah, & Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas Kabupaten Semarang)
PWMJATENG.COM – Amal shalih adalah salah satu cara yang Allah SWT berikan kepada hamba-Nya untuk membersihkan dosa-dosa kecil. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
إِنَّ ٱلۡحَسَنَـٰتِ يُذۡهِبۡنَ ٱلسَّيِّـَٔاتِۚ ذَٰلِكَ ذِكۡرَىٰ لِلذَّٰكِرِينَ
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapuskan kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Hud: 114)
Namun, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu al-Qayyim dalam Madarij as-Salikin, amal shalih tidak otomatis menggugurkan dosa. Terdapat syarat yang harus terpenuhi dan penghalang yang harus dihindari agar amal shalih itu berdampak pada penghapusan dosa. Rasulullah SAW pun mengingatkan agar amal tidak terkontaminasi oleh penyakit hati yang merusak nilai ibadah.
Penyakit Hati yang Menghalangi Pengampunan Dosa
Berikut adalah beberapa faktor penghalang yang disebutkan oleh Ibnu al-Qayyim, yang menjadikan amal tidak berfungsi sebagaimana mestinya dalam menggugurkan dosa:
- Ujub (Bangga dengan Amal)
Ketika seseorang merasa bangga dengan amalnya, ia cenderung melihat dirinya lebih baik daripada orang lain. Padahal Allah SWT berfirman:
فَلَا تُزَكُّوا أَنفُسَكُمۡۖ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰ
“Maka janganlah kamu merasa diri suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An-Najm: 32) - Merasa Berjasa
Perasaan bahwa amal yang dilakukan adalah kontribusi besar kepada agama atau manusia adalah kesombongan terselubung yang bisa menggugurkan pahala amal. Rasulullah SAW bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
“Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongan.” (HR. Muslim, no. 91) - Mengungkit Amal (Mann)
Allah SWT mencela orang yang mengungkit-ungkit kebaikannya dalam firman-Nya:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُبۡطِلُواْ صَدَقَـٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membatalkan sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” (QS. Al-Baqarah: 264) - Mengharap Pujian Manusia
Amal yang dilakukan dengan harapan pujian manusia adalah bentuk riya yang menghancurkan pahala amal. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ، قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya.” (HR. Ahmad, no. 23630) - Mencari Penghormatan dan Mendendam kepada yang Tidak Menghormati
Jika seseorang merasa harus dihormati karena amalnya dan tidak senang ketika orang lain tidak menghargainya, maka ia telah menodai keikhlasan amalnya. Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا نُطۡعِمُكُمۡ لِوَجۡهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمۡ جَزَآءٗ وَلَا شُكُورًا
“Sesungguhnya kami memberi makan kepada kamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al-Insan: 9)
Baca juga, Terima Silaturahmi PWM Kaltim, PWM Jateng Bertukar Pengalaman dan Ide Kembangkan Persyarikatan
Berlindung dari Penyakit Hati
Amal shalih yang diterima adalah amal yang ikhlas karena Allah dan mengikuti tuntunan Rasulullah SAW. Maka, kita harus berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari penyakit hati yang bisa menggugurkan amal. Rasulullah SAW mengajarkan doa berikut:
ٱللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي وَمِنْ شَرِّ كُلِّ دَابَّةٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku dan kejahatan setiap makhluk yang Engkau kuasai ubun-ubunnya.” (HR. Abu Dawud, no. 1537)
Semoga Allah SWT menerima amal-amal kita dan menjauhkan kita dari hal-hal yang merusak nilai ibadah. Wallahu a’lam bish-shawab.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha