Sastra

Cerpen: Keajaiban Hati yang Lapang

Cerpen: Keajaiban Hati yang Lapang

Oleh : Dwi Taufan Hidayat (Penasehat Takmir Mushala Al-Ikhlas Desa Bergas Kidul Kabupaten Semarang, Sekretaris Korps Alumni PW IPM/IRM Jawa Tengah, & Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas Kabupaten Semarang)

PWMJATENG.COM – Langit sore mulai menguning ketika Aisyah duduk di beranda rumah kecilnya. Angin sepoi mengelus wajahnya yang tampak letih. Sudah dua bulan ini, warung makan yang dikelolanya sepi pembeli. Bukan hanya itu, biaya sekolah anaknya yang menumpuk dan tagihan listrik yang hampir jatuh tempo membuat dadanya terasa sesak.

“Mungkin aku memang ditakdirkan hidup sulit,” desahnya pelan.

Di dalam rumah, suara anaknya, Raihan, terdengar riang. Bocah delapan tahun itu tak tahu apa yang sedang ibunya pikirkan. Bagi Raihan, ibunya adalah segalanya—tempat ia berlindung dan tempat ia belajar tentang kehidupan.

Aisyah menghela napas. Ia ingat, suatu hari seorang pelanggan tetapnya, Bu Lina, pernah berkata, “Bu Aisyah, kalau hati kita lapang, insyaAllah rezeki juga ikut lapang.”

Tapi bagaimana bisa melapangkan hati di tengah kesulitan seperti ini?

Malam itu, setelah Raihan tertidur, Aisyah mengambil mushaf Al-Qur’an dan mulai membaca pelan. Dadanya terasa lebih lega. Usai membaca beberapa ayat, ia teringat pada seseorang—Mbak Sari, tetangganya yang dulu pernah meminjam uangnya tapi belum juga mengembalikan.

Selama ini, Aisyah sering mengeluh dalam hati, merasa kesal dan kecewa. Tapi malam ini, ia berusaha melepaskan.

“Aku maafkan, ya Allah. Mungkin dia juga sedang kesulitan,” bisiknya.

Tak ada yang berubah secara langsung, tapi Aisyah merasakan sesuatu yang berbeda. Hatinya lebih ringan, seolah ada beban yang terangkat.

Keesokan harinya, Aisyah kembali ke warungnya yang sederhana. Sepanjang perjalanan, ia bertemu Pak Rahmat, seorang penjual sayur keliling yang biasa memasok bahan makanan untuknya.

Baca juga, Kiat-Kiat Memanfaatkan AI dalam Penulisan Artikel dengan Tetap Mengedepankan Etika Jurnalistik

“Bu Aisyah, warungnya masih sepi?” tanyanya.

Aisyah mengangguk. “Iya, Pak. Saya sedang mencoba tetap sabar.”

Pak Rahmat tersenyum. “Ikhlas, Bu. Saya juga sering rugi, kadang dagangan nggak laku, tapi saya yakin, kalau kita ikhlas, Allah pasti kasih jalan.”

Kata-kata itu membekas di hati Aisyah. Ia mengingat betapa selama ini ia selalu mengeluh, merasa tak adil dengan nasibnya. Padahal, bisa jadi ini cara Allah menguji keikhlasannya.

Hari itu, ia memutuskan untuk bekerja tanpa mengharap apa-apa selain ridha Allah. Ia memasak dengan penuh cinta, menghidangkan makanan dengan senyum, dan tak lagi cemas soal hasil.

Seminggu berlalu. Warungnya memang belum sepenuhnya ramai, tapi Aisyah mulai melihat perubahan. Ia merasa lebih tenang, lebih menikmati pekerjaannya. Setiap kali menyajikan makanan, ia mengucap syukur, “Alhamdulillah, masih bisa masak hari ini.”

Suatu sore, seorang pria paruh baya masuk ke warungnya. Ia memesan seporsi nasi pecel dan teh hangat. Setelah makan, pria itu tersenyum dan berkata, “Masakan Ibu enak sekali. Saya pemilik rumah makan di seberang jalan. Kami butuh pemasok lauk pauk. Apa Ibu tertarik bekerja sama?”

Aisyah terkejut. Seakan dunia berhenti sejenak. Ia tak menyangka, di saat ia mulai belajar menerima dan bersyukur, Allah mengirimkan jalan keluar yang tak terduga.

Air matanya jatuh. Bukan karena sedih, tapi karena takjub. Ia baru menyadari, selama ini Allah tak pernah meninggalkannya. Ia hanya diminta untuk sedikit bersabar, sedikit lebih lapang, dan sedikit lebih percaya.

Sejak hari itu, hidup Aisyah perlahan berubah. Warungnya tetap buka, tapi kini ia juga memasok lauk untuk rumah makan besar. Rezekinya lebih lapang, hatinya lebih tenang.

Dan setiap kali menghadapi kesulitan, ia selalu mengingat tiga hal yang menyelamatkan jiwanya: maaf, ikhlas, dan syukur.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE