Membaca Aqidah Muhammadiyah
Membaca Aqidah Muhammadiyah
Oleh: Faisal Amri Al Azhari, S.Th.I., M.Ag. (Mahasiswa Doktoral Ilmu Hadis UIN Sumut, Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Sumut, Dosen Al-Islam dan Kemuhammadiyahan UMSU)
PWMJATENG.COM – Jika membaca referensi resmi Muhammadiyah atau dari tokoh Muhammadiyah tentang akidah/teologi berikut dengan istilah-istilahnya, setidaknya penulis dapati ada 13 referensi (*bisa dilihat bagian akhir tulisan ini).
Banyak pihak yang menarik Muhammadiyah memasukkan golongan tertentu dalam hal paham akidah. Dan tulisan sederhana ini bukan untuk mencari/tampil beda dengan kelompok lain ataupun ashabiyah (fanatik) terhadap Muhammadiyah, tetapi lebih kepada bahwa Muhammadiyah juga punya manhaj atau metode, pendekatan, dan istilah-istilah sendiri, terlepas dari geneologi (perkembangan intelektual) akidah/teologi Muhammadiyah ada atau mungkin meminjam istilah-istilah terkait teologi dari Asy’ariyah, Maturidiyah, Muktazilah, Salafiyah, Murji’ah, Jabariyah, Qadariyah, atau lainnya.
Jadi, kiranya tidak lagi secara utuh membawa-bawa akidah Muhammadiyah tulen seperti Asy’ari atau Salafi misalnya hanya karena dianggap saudara paling dekat. Padahal Muhammadiyah berkembang atas nama ijtihad jama’i, ada manhaj Tarjih sendiri. Juga, tidak lagi mentah menyebut istilah rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa as-sifat seperti salafi.
Sedangkan, dari referensi Muhammadiyah atau dari tokoh Muhammadiyah yang ada menyebut istilah;
1) rububiyah
2) rububiyah rahmah dan ihsan
3) mulkiyah
4) uluhiyah dan
5) ilahiyah
Atau bahkan di HPT 1 yang menurut kajian Ustaz Wahyudi Sarju Abdurrahim dalam bukunya Ahlul Haq Wassunnah; Syarah HPT Bab Iman Bagian Ketuhanan bahwa Muhammadiyah pahamnya adalah Asy’ariyah. Beliau menemukan istilah-istilah di HPT itu seperti ahlul haq wassunnah, ahlul bid’ah wadhalal, firqah najihah, dalilul hudus dan sifat-sifat Allah. Persesuaian tersebut bisa dilihat dari tiga kitab karya Abu Hasan al-Asyari yaitu al-Ibanah, Alluma dan Ushul ahli as-Sunnah wal Jama’ah. (halaman Pengantar Syarah HPT)
Atau juga akidah Muhammadiyah ada kesinggungan sekaligus dengan paham Jabariyah, metode Salaf, dan Asy’ariyah, seperti yang disebutkan dalam Ensiklopedi Muhammadiyah :
“… berdasarkan Himpunan Putusan Tarjih, teologi Muhammadiyah tampak lebih dekat kepada paham Jabariah karena Muhammadiyah sangat menonjolkan kehendak mutlak Tuhan dan ketidakbebasan manusia dalam memilih perbuatannya, serta memberikan daya yang kecil kepada akal untuk memahami masalah-masalah akidah.” (hlm. 1)
“Dalam memahami masalah akidah Muhammadiyah menerapkan Metode Salaf dan dalam beberapa hal mengambil beberapa paham teologi Asy’ariyah yang menolak campur tangan akal dalam memahami akidah.” (hlm. 2)
Baca juga, Menemukan Akidah Muhammadiyah di Antara Asy’ariyah dan Atsariyah
Jadi, dari beberapa referensi di atas, Muhammadiyah jelas tidak mengikatkan diri dengan Mazhab Akidah/Teologi manapun, sebagaimana tidak terikat diri dengan Mazhab Fikih, dan tidak terikat Mazhab Thariqah (Tasawuf) seperti tasawufnya Imam Al-Gazali dan Junaid al-Bagdadi (yang diikuti resmi NU), atau tasawuf secara lembaga/tarekat seperti Naqsabandiyah, Syaziliyah, Qadiriyah, dan lainnya.
Tasawuf Muhammadiyah punya istilah sendiri, yaitu “tasawuf yang berkemajuan”; tasawuf akhlaqi (moral), ihsani (etos), ijtima’i (sosial). Tasawuf akhlaqi, ihsani, ijtima’i inilah diwujudkan dalam bentuk-bentuk kesalehan individual dan sosial. (Risalah Islam Berkemajuan, cet. 2023, hlm. 21)
Kembali, tentang akidah Muhammadiyah. Bahwa istilah-istilah akidah/tauhid dari referensi Muhammadiyah bisa kita sebut sebagai hasil dari tarjih dari metode/istilah yang digunakan berbagai aliran teologi terdahulu, karena bagaimanapun sejarah intelektual Muhammadiyah tentang akidah tidak lepas dari khazanah teologi Islam terdahulu.
Dalam hal “istilah atau paham” tertentu mirip dari mazhab ini, dalam hal lain mengambil dari aliran itu, sebagai bentuk upaya mentarjih dan ijtihad “paham akidah/keagamaan”. Sebagaimana halnya dalam mentarjih fikih, Muhammadiyah terkadang mirip ijtihadnya dengan mazhab ini, dan dalam hal lain mirip dengan mazhab itu. Bahkan juga tidak jarang Muhammadiyah memunculkan ‘istilah atau ijtihad’ baru dalam paham keagamaan, begitu juga dalam hal paham akidah.
Sebagaimana Prof Yunahar Ilyas dalam bukunya Kuliah Aqidah tidak menyebut istilah uluhiyah tapi ilahiyah, sedangkan HPT 3 memakai istilah uluhiyah, menariknya istilah yang ada di HPT 3 itu tidak bahas bab akidah, tapi justru muncul istilah (rububiyah, mulkiyah, uluhiyah) ada di pembahasan putusan Tarjih tentang ‘Keluarga Sakinah’. Lalu, di Tafsir At-Tanwir menambah ada istilah rububiyah rahmah dan ihsan. Dalam hal perbedaan istilah ini, kalau kita baca bukunya Prof Yunahar Ilyas, maka kita dapati istilah rububiyah, mulkiyah, ilahiyah, beliau sebut dengan “tingkatan/tahapan tauhid” (hlm. 18), atau “dimensi tauhid” (hlm. 28). Sedangkan istilah “asma’ wa as-sifat” itu oleh Prof Yunahar sebut sebagai/bagian dari “esensi iman” kepada Allah swt yaitu mengesakan-Nya baik Zat, Asma’ wa as-Sifat, dan Af’al/perbuatan-Nya (hlm. 18), atau lain tempat beliau sebut dengan “metode iman” (hlm. 51).
Sedangkan dalam HPT 3 sendiri, menyebut ketiga istilah (rububiah, mulkiah, uluhiah) sebagai “esensi ajaran tauhid”. (hlm. 360). Kalau dalam Tafsir At-Tanwir, menyebut istilah rububiyah rahmah dan ihsan untuk menunjukkan “Sifat-Nya”. (hlm. 7). Dan menyebut rububiyah, mulkiyah, uluhiyah untuk “Keyakinan Tauhid“ atau “Ajaran Tauhid” sebagai jalan kehidupan manusia. (hlm. 39). Demikian keterangan istilah-istilah akidah/teologi di atas yang tersebut dalam referensi Muhammadiyah.
Sebagai penutup, kita kutip tentang bahasan akidah Muhammadiyah ini yang termuat dalam RIB (Risalah Islam Berkemajuan) menyebutnya dengan “Manhaj al-Islam at-Taqaddumi atau Manhaj Islam Berkemajuan“, tanpa mengikat diri dengan “mazhab keagamaan” sebagai bentuk pembacaan akidah Muhammadiyah. Selengkapnya :
“Manhaj Islam Berkemajuan (al-Islam al-Taqaddumi) ini digunakan agar pemahaman dan pemaknaan atas nash dan pengembangan pemikiran yang diperoleh dari al-Qur’an dan al-Sunnah dapat dipertanggungjawabkan atas prinsip-prinsip agama dan akal pikiran.”(hlm. 12)
Lebih jelas lagi “mazhab keagamaan” tersebut diakui sebagai hasil ijtihad yang bisa terus berkembang (baca: berkemajuan), dan inilah pilihan Muhammadiyah.
Berikut pemahaman terhadap “mazhab keagamaan” yang tercantum dalam RIB halaman 20 :
“Dalam perjalanan kehidupan umat Islam, telah lahir berbagai mazhab yang merupakan hasil ijtihad para ulama untuk memahami ajaran Islam, khususnya dalam bidang fikih, akidah dan tasawuf. Perkembangan mazhab-mazhab tersebut merupakan kekayaan yang sangat berharga untuk dikaji, dipertimbangkan dan diambil manfaatnya. Memilih salah satu pendapat dari mazhab apa pun yang dipandang paling benar, melahirkan fatwa baru yang belum pernah ada, atau bahkan mengubah fatwa yang pernah dikeluarkan, semuanya merupakan kemungkinan yang tetap terbuka. Keterbukaan ini bermakna pembebasan diri dari sikap sektarian dan fanatik terhadap mazhab tertentu.”
Demikian tulisan sederhana dari al-faqir, yang masih tahap belajar sebagai thalib. Allah A’lam. [ ]
~ 36 hari lagi Ramadhan 1446 H ~
Medan, 23 Januari 2024
***
Referensi Akidah/Teologi Muhammadiyah :
1. HPT 1, hlm. 11-43 (kitab iman dan hal-hal yang terkait ilahiyat)
2. HPT 3, hlm. 360-361 (rububiyah, mulkiyah, uluhiyah). Ini ada di bab Kelurga Sakinah yang sama dalam putusan sebelumnya; Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah
3. Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah, hlm. 26-27 (rububiyah, mulkiyah, uluhiyah)
4. Tafsir at-Tanwir, hlm. 38-39 (rububiyah, mulkiyah, uluhiyah), dan hlm. 7 (rububiyah rahmah, rububiyah ihsan)
5. Tanya Jawab Agama 7, hlm. 160-162 (Allah bersemayam di Arsy)
6. Majalah Suara Muhammadiyah, ed. 22, 2018, hlm. 22-23 (20 Sifat Allāh Swt).
7. Majalah Suara Muhammadiyah, ed. 20, 2022, hlm. 22-25. (Beberapa Masalah Akidah: Allāh Berapa di Mana, Allāh Turun ke Langit Bumi Zat atau Sifat-Nya, Silsilah Tauhid)
8. Risalah Islam Berkemajuan (RIB), cet. 2023, hlm. 12, 20 (manhaj Islam berkemajuan atau al-Islam at-Taqaddumi).
9. Ensiklopedi Muhammadiyah, Prof M. Yunan Yusuf, et. al., cet. 2015, hlm. 1-2 (teologi Muhammadiyah)
10. Jihad, AR Sutan Mansur, cet. 1982, hlm. 57 (rububiyah, uluhiyah)
11. Manhaj Tarjih Muhammadiyah; Metode dan Aplikasi, Prof Asymuni Abdurrahman, hlm. 283 (uluhiyah dan rububiyah).
12. Kuliah Aqidah Islam, Prof Yunahar Ilyas, hlm. 18-28 (rububiyah, mulkiyah, ilahiyah).
13. Ahlul Haq Wassunnah; Syarah HPT Bab Iman Bagian Ketuhanan, Wahyudi Sarju Abdurrahim, hlm. v-x (ahlul haq wassunnah, ahlul bid’ah wadhalal, firqah najihah, dalilul hudus, dan sifat-sifat Allah).
Artikel ini telah tayang sebelumnya di bim.umsu.ac.id