Kolom

Bedanya Aqidah Salafiyah dengan Asy’ariah

Bedanya Aqidah Salafiyah dengan Asy’ariah

Oleh : Muh. Nursalim (Dewan Pengawas Syariah Lazismu Sragen)

Dialog immajiner antara ustadz dan kyai

Ustadz : apa jaman nabi ada paham ahlus sunnah, asy’ariyah, murji’ah, maturidiyah, salafiyah, khawarij, mu’tazilah dan aliran-aliran aqidah lainnya?

Kyai : Tidak ada

Ustadz : Lalu apa aqidah nabi dan para sahabat?

Kyai : Tauhid

Ustadz : kalau begitu mengapa tidak ikuti saja aqidah tauhid tersebut.

Kyai : Saya pengin balik tanya dulu, apa yang antum ketahui tentang tauhid itu?

Ustadz : Tauhid ya mengesakan Allah swt

Kyai : Coba antum bacakan satu ayat saja tentang tauhid

Ustadz : ayat kursi. Bunyinya,

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ (255) [البقرة/255]

Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahahidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Mahatinggi lagi Mahaagung.

Kyai : Pada ayat tersebut ada kalimat

وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ

Kursi-Nya meliputi langit dan bumi

Kata kursi itu apa memang kursi seperti yang kita kenal. Ada kursi tamu, kursi taman, kursi ruang tunggu dan semacamnya. Untuk memahami pengertian kursi pada ayat tersebut saya kutibkan tafsir karya seorang sahabat, yaitu Ibnu Abas. Beliau menjelaskan pendek seperti ini.

تنوير المقباس – (ج 1 / ص 45)
{ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السماوات والأرض } يقول كرسيه أوسع من السموات والأرض

Dan kursi-Nya meliputi langit dan bumi,” artinya kursi-Nya lebih luas daripada langit dan bumi.

Ibnu Abas tidak memberi penjelasan tentang kursi. Beliau hanya menjelaskan kursi Allah lebih luas daripada langit dan bumi. Dengan kata lain, bila ada kata dalam alqur’an terkait dengan sifat Allah kata seperti itu diamkan saja, tidak perlu diotak-atik. Di dalam alqur’an banyak sekali ayat sejenis itu. Misalnya:

وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ [المائدة/64]

Orang-orang Yahudi mengatakan, tangan Allah terbelenggu

يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ [الفتح/10]

Tangan Allah di atas tangan mereka

وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا [هود/37]

Dan buatlah kapal dengan mata dan petunjuk Kami.

وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى [الأنفال/17]

Bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, melainkan Allah yang melempar

إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ [الأنفال/17]

Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi maka mengetahui

ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ [الأعراف/54]

Kemudian Allah bersinggasana di arsy

Baca juga, Analisis Penentuan Awal Bulan Qomariyah Menurut Kriteria KHGT Tahun 2025

Tangan Allah, mata Allah, telinga Allah, Allah mendengar, Allah melempar, Allah bersinggasana di arsy dan semacamnya. Menurut sahabat Nabi yang juga ahli tafsir yaitu Ibnu Abas, tidak perlu dijelaskan. Allah melempar ya melempar, Allah duduk ya duduk, Allah melihat ya melihat. Begitu saja, tidak perlu otak-atik.

Pemahaman seperti itu berpegang kepada teks semata, atau tafsir literal. Apa bunyi ayatnya itulah yang dipegangi. Tidak perlu dimaknai lain. Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang sesuai dengan kesempurnaan-Nya. Sifat-sifat Allah itu harus diterima sebagaimana adanya tanpa tahrif (mengubah), ta’thil (meniadakan), takyif (menanyakan bagaimana), atau tamtsil (menyerupakan).

Itulah kaum Atsariyah, yaitu aliran yang berpegang teguh pada teks- Al-Qur’an dan Hadis secara dhahir, tanpa banyak melakukan takwil (penafsiran metaforis). Mereka mengikuti pemahaman Salaf (generasi awal umat Islam). Dalam pergerakan sosial, kelompok ini menamakan diri salafi. Karena mengikuti manhaj salaf.

Ustadz : Kalau sahabat nabi, seperti Ibnu Abas berpedoman dengan teks apa adanya, tanpa tafsir dan takwil. Ya sudah, kenapa kita tidak ikuti saja manhaj tersebut. Bukankah mereka itu generasi terbaik ?

Kyai : Problemnya memahami teks secara dhahir dapat menimbulkan kesalahan atau tasybih (penyerupaan Allah dengan makhluk). Padahal Allah dengan jelas menyatakan bahwa dirinya tidak serupa dengan apapun.

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ [الشورى/11]

Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat

Karena itu, muncul kelompok Asy’ariyah. Yaitu menggabungkan dalil naqli (teks) dengan dalil aqli (akal/logika) dalam memahami aqidah Islam. Mereka menggunakan takwil pada ayat-ayat mutasyabihat (ayat yang maknanya tidak jelas) jika diyakini bahwa pemahaman secara dhahir dapat menimbulkan kesalahan atau tasybih (penyerupaan Allah dengan makhluk).

Misalnya, tangan Allah ditakwil sebagai kekuasaan, mata Allah dimaknai pengawasan. Kursi dimaknai kekuasaan. Mentakwil sifat-sifat Allah itu dilakukan agar tidak terjadi tasbih yaitu penyerupaan Allah dengan makhluk. Sebab kalau tidak ditakwil, kursi dimaknai kursi akan muncul pertanyaan, kursinya terbuat dari apa. Kalau tangan dimaknai tangan, akan muncul juga pertanyaan, tangannya seperti apa. Menurut kaum Asya’riah hal ini bahaya dari sisi aqidah. Dapat menjerumuskan kepada kemusyrikan.

Jadi, sebenarnya baik Salafiah maupun Asy’ariyah itu sama-sama ingin memurnikan tauhid. Agar umat Islam tidak musyrik. Hanya saja perspektifnya berbeda. Kedua kelompok ini termasuk ahlus sunnah. Kalau begitu, ya sudah. Besok di akherat ketika sama-sama masuk surga ditanyakan kepada Allah. Pemahaman siapa yang benar.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE