Khutbah Jumat: Kiblat Umat Islam Saat Ini
Khutbah Jumat: Kiblat Umat Islam Saat Ini
Oleh : Moh. Alfiyan Lu’lu Firdaus (Bidang Dakwah PDPM Kabupaten Tegal)
أنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرْهُ وَنَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِي اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهدُ أَنْ لاَ إَلَهَ إِلاّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى رَسُوْلِ اللَّهِ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ وَلآَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَ اللَّهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.
قَالَ تَعَالَى فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ ٱلْيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ ٱتَّبَعْتَ أَهْوَآءَهُم بَعْدَ ٱلَّذِى جَآءَكَ مِنَ ٱلْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِىٍّ وَلَا نَصِيرٍ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Manusia sering merasa cemas ketika menghadapi bencana yang menyebabkan kerugian materi. Namun, ada bencana yang jauh lebih besar dampaknya bagi masa depan generasi manusia, yaitu bencana yang dapat menghancurkan peradaban.
Kerusakan akibat bencana alam, seperti infrastruktur yang hancur, masih bisa diperbaiki dalam waktu relatif singkat, bahkan sering kali menjadi lebih baik dari sebelumnya. Namun, kerusakan moral generasi akibat dangkalnya pemikiran dan hilangnya nilai-nilai luhur tidak semudah itu untuk dipulihkan. Masalah utamanya terletak pada kurangnya nilai-nilai spiritual yang tertanam dalam jiwa manusia. Jadi, ke mana arah moral umat Islam saat ini?
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Dalam hadist riwayat Muslim no. 2669, Rasulullah Shallahu alaihi wassalam pernah bersabda,
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ
“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?”
Kita harus prihatin melihat berbagai fenomena yang terjadi di sekitar kita. Lebih miris lagi, banyak pelaku dari masalah-masalah ini adalah generasi muda, yang seharusnya menjadi harapan bangsa. Kita bisa membayangkan, seperti apa masa depan bangsa ini jika akhlak anak muda semakin jauh dari nilai-nilai luhur yang diajarkan agama.
Perilaku yang muncul di masyarakat, seperti LGBT, zina yang dianggap biasa, hingga korupsi, kolusi, dan nepotisme yang terjadi di berbagai lapisan, membuat kita bertanya-tanya: apakah kita masih hidup sesuai tuntunan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, atau justru mengikuti jalan yang tidak sesuai dengan ajaran agama?
Kemajuan teknologi informasi memang membawa manfaat, tetapi di sisi lain juga membawa dampak negatif. Gawai yang ada di tangan kita bisa digunakan kapan saja dan di mana saja. Namun, jika teknologi ini digunakan dengan cara yang salah, hal itu bisa menyebabkan penurunan moral generasi penerus bangsa.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Masalah sosial yang melanda generasi saat ini tidak boleh dibiarkan tanpa penanganan yang serius. Masalah ini perlu segera diatasi agar tidak menjadi semakin parah dan meluas.
Pendidikan yang baik di dalam keluarga adalah benteng yang kuat untuk melindungi anak-anak dari perilaku yang tidak benar. Orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keluarganya dari berbagai hal yang dapat mendatangkan murka Allah, sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. at-Tahrim: 6).
Baca juga, Analisis Penentuan Awal Bulan Qomariyah Menurut Kriteria KHGT Tahun 2025
Pergaulan yang salah dapat menjadi awal dari kemerosotan moral. Biasanya, pelaku kejahatan atau pelanggaran hukum, baik itu aturan negara maupun agama, jarang bertindak sendirian. Mereka cenderung bekerja sama dan saling memengaruhi untuk melakukan tindakan negatif. Contohnya, penjudi akan berkelompok dengan sesama penjudi, pemabuk akan mencari teman sesama pemabuk, dan pencuri akan bergaul dengan orang-orang yang memiliki kebiasaan serupa.
Hal ini sering terlihat saat pihak berwenang menggelar operasi untuk menertibkan penyakit masyarakat, di mana yang terjaring tidak hanya satu orang, tetapi sering kali dalam jumlah yang cukup banyak.
Perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya. Secara umum, seseorang akan meniru kebiasaan dan karakter orang-orang yang sering bersamanya. Jika seseorang bergaul dengan teman yang memiliki akhlak dan moralitas buruk, maka ia berisiko ikut terpengaruh dan berperilaku serupa. Oleh karena itu Rasululah mengingatkan kita dalam sabda beliau:
الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخْالِلُ
“Seseorang di atas agama sahabatnya, hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa yang hendak ia jadikan sahabatnya.” (H.R. at-Tirmidzi).
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Setiap kita berkewajiban untuk menyelamatkan generasi dari berbagai perilaku menyimpang yang dapat menghancurkan tatanan kehidupan. Bila kita antisipatif terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam, demikian juga seharusnya lebih sigap dalam mitigasi bencana moral.
Ketahanan keluarga menjadi modal utama dalam menghasilkan zuriah yang bermoral tinggi. Pendidikan ketauhidan yang utuh dalam sanubari seorang anak dapat membentuk pribadi untuk hidup sesuai dengan tuntunan ilahi.
Wasiat Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya menjelang beliau wafat patut dijadikan teladan dalam penanaman tauhid kepada generasi. Nabi Ya’qub tidak khawatir terhadap urusan dunia anak keturunannya sepeninggal beliau. Akan tetapi yang beliau khawatirkan adalah bila tauhid lepas dari hati keturunannya. Hal ini diabadikan oleh Allah dalam al-Qur’an:
اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
Apakah kamu (hadir) menjadi saksi menjelang kematian Ya‘qub ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu: Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri.” (Q.S. Al-Baqarah: 133)
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا اللهُ مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِـرُ الله لِيْ وَلَكُمْ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ أَرْشَدَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، أَمَّا بَعْدُ؛
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ, رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَاْرحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُونَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفُ رَّحِيْمٌ، رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha