Kolom

Manhaj Islam Berkemajuan

Manhaj Islam Berkemajuan

Oleh : Masyhuda Darussalam (Peserta Sekolah Tabligh PWM Jateng Angkatan 3 di UNIMMA Magelang)

PWMJATENG.COM – Manhaj Islam berkemajuan yang pertama berkaitan dengan sumber ajaran Islam. Muhammadiyah meyakini bahwa sumber ajaran Islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah Al-Maqbulah. Al-Qur’an dipahami melalui tiga pendekatan: bayani, ta’lili, dan istislahi. Pendekatan bayani menggunakan pemahaman kebahasaan berdasarkan kaidah-kaidah bahasa Arab. Pendekatan ta’lili menerapkan analogi (qiyas) untuk menyelesaikan persoalan yang tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an, tetapi memiliki sebab yang serupa dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Sementara itu, pendekatan istislahi mengutamakan kemaslahatan atau kemanfaatan bagi umat manusia dan alam semesta.

Menurut Muhammadiyah, Al-Qur’an dan Sunnah Nabi bersifat pasti, artinya kebenarannya mutlak. Namun, pemahaman, pelaksanaan, dan perwujudannya dalam kehidupan memiliki peluang untuk berubah seiring waktu. Hal ini membuat ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah selalu relevan dengan setiap zaman.

Dimensi Ajaran Islam

Muhammadiyah memahami bahwa ajaran Islam merupakan kesatuan yang meliputi akidah, akhlak, ibadah, dan muamalah duniawiyah. Dalam Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, ditegaskan bahwa keempat dimensi ini saling terkait. Akidah yang kuat tercermin dalam akhlak yang mulia, ketekunan dalam ibadah, dan kebermanfaatan dalam muamalah duniawiyah. Rasulullah bersabda:

خيرُ الناسِ أَنفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya” (HR. Ahmad).

Maka, seseorang tidak hanya dinilai dari akidah, akhlak, dan ibadahnya saja, tetapi juga dari kebermanfaatannya bagi masyarakat. Kehidupan seseorang akan bermakna ketika ia memberikan manfaat lebih bagi umat manusia.

Pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani

Muhammadiyah menggunakan tiga pendekatan utama: bayani, burhani, dan irfani. Pendekatan bayani menekankan pada pemahaman teks-teks Al-Qur’an dan Sunnah dengan benar. Pendekatan burhani menggunakan akal pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam. Sementara itu, pendekatan irfani mengutamakan ketajaman rohani dan kepekaan spiritual, sehingga melahirkan akhlak mulia, kepedulian terhadap sesama, dan kearifan dalam bersikap. Dengan pendekatan ini, seseorang tidak hanya memahami sesuatu dari perspektif dirinya, tetapi juga mempertimbangkan sudut pandang orang lain.

Ijtihad yang Berkelanjutan

Muhammadiyah memandang bahwa ijtihad harus bersifat berkelanjutan karena persoalan hidup manusia terus berkembang. Ijtihad menjadi penting untuk menjaga relevansi ajaran Islam dalam setiap zaman. Prinsip universalitas ajaran Islam tercermin dalam firman Allah:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَاّ كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk seluruh umat manusia, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan” (QS. Saba’: 28).

Baca juga, Download Tanfidz Keputusan Musypimwil Muhammadiyah Jawa Tengah Tahun 2024

Muhammadiyah juga tidak terikat pada mazhab tertentu. Walaupun menghormati fatwa para imam mazhab terdahulu, Muhammadiyah menggunakan metode tarjih, yaitu memilih dalil yang paling kuat berdasarkan dalil-dalil shahih. Selain itu, Muhammadiyah menghargai perbedaan pandangan dan meyakini bahwa pilihannya adalah kebenaran tanpa menyalahkan pandangan lain.

Akal dan Ilmu Pengetahuan

Muhammadiyah sangat menghargai akal dan ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk menyempurnakan pelaksanaan ajaran agama. Akal dan ilmu pengetahuan menjadi jembatan antara wahyu dan praktik kehidupan sehari-hari. Kemajuan ilmu pengetahuan didukung penuh oleh Muhammadiyah melalui penelitian di perguruan tinggi Muhammadiyah. Penelitian ini tidak hanya relevan dengan perkembangan zaman, tetapi juga mencari hikmah di balik pelaksanaan ibadah.

Pandangan tentang Kemuliaan Manusia

Bagi Muhammadiyah, ajaran Islam menjadikan manusia sebagai makhluk yang mulia, sebagaimana firman Allah:

لَقَدْ خَلَقْنَا الِإِنِسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At-Tin: 4).

Kemuliaan manusia tidak diukur dari faktor primordial, tetapi dari ketakwaannya, sebagaimana firman Allah:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa” (QS. Al-Hujurat: 13).

Dengan bertakwa, manusia dapat menjaga kemuliaannya di hadapan Allah dan sesama manusia.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE