Gembala Gemawang: Peternakan Masyarakat Mandiri untuk Petani Kopi
PWMJATENG.COM, Temanggung – Di lereng bukit Desa Gemawang, ada secercah harapan yang tumbuh di antara dedaunan kopi yang hijau. Munardi, Ketua Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) Gemawang, memandang jauh ke masa depan. Bagi petani kecil seperti dirinya, hidup bukan hanya tentang menanam kopi, tetapi juga mencari cara untuk bertahan hidup di tengah segala keterbatasan. Di sinilah ide besar tentang farming cell system muncul, sebuah konsep yang mencoba mengubah cara petani kecil menggembala harapan mereka.
Lazismu Jawa Tengah hadir sebagai sahabat perjalanan. Melalui bantuan sebesar Rp50 juta, Jatam Gemawang mendapatkan peluang untuk membangun fondasi konsep ini. Dana tersebut digunakan untuk pelatihan dan pengadaan ternak dengan model lintas desa lintas kampung ini. Hasilnya, 20 betina indukan lokal cross marino umur 10-12 bulan dan 1 pejantan dombos 13 bulan disiapkan untuk memulai langkah pertama. Dengan strategi cermat, kambing-kambing tersebut dipilih langsung dari farm, memastikan kualitas terbaik untuk melahirkan harapan baru bagi 5 petani kopi di tahap awal.
Di setiap sudut Gemawang, 5 penerima manfaat memulai perjalanan mereka. Setiap petani menerima 4 indukan betina sebagai permulaan, menyesuaikan dengan waktu dan tenaga mereka yang terbatas. Bagi mereka, ini bukan hanya tambahan pekerjaan, tetapi investasi masa depan. Dengan siklus kambing melahirkan setidaknya satu anak setiap tahun, anakan yang dijual mampu menambah pendapatan yang signifikan. Di tengah rutinitas yang berat, harapan ini menjadi secercah cahaya.
Namun, perjalanan ini tidak selalu mulus. Seiring waktu, tantangan datang menghampiri. Periode pertama yang dimulai Agustus 2023 dan tahap kedua pada April 2024 menghadapi dinamika yang tidak terduga. Persentase kematian indukan mencapai 10%, sementara kematian anakan lebih tinggi, yaitu 32,3%. Meski demikian, dari 19 indukan yang masih ada, telah, menghasilkan 21 anakan hidup per 7 Desember 2024. Sebuah langkah maju yang membuktikan tekad dan kerja keras para petani.
Baca juga, Tahniah Lazismu Jawa Tengah! Raih 9 Penghargaan di Ajang Lazismu Nasional 2024
Mekanisme perguliran kambing menjadi fondasi keberlanjutan program ini. Setiap penerima manfaat memiliki tanggung jawab besar: dari memastikan kelahiran anakan pertama yang hidup hingga menyerahkan indukan yang telah melahirkan kepada penerima manfaat berikutnya. Bahkan, setiap indukan yang menghasilkan anakan hidup, harus dipergulirkan kembali untuk memastikan manfaat ini terus meluas. Sebuah semangat gotong royong yang mengakar kuat di tanah Gemawang.
Para penerima manfaat tidak dipilih sembarangan. Kriteria ketat diterapkan oleh Pengurus Jatam: dari kelayakan ekonomi, karakter beternak yang baik, hingga komitmen untuk mengikuti regulasi. Setiap penjualan anakan harus disertai infak minimal sebesar 2,5% dan ketika semua indukan telah melahirkan anakan hidup, mereka berkomitmen menyetorkan 1 anakan ke Jatam demi pengembangan program. Munardi dan timnya juga tak lelah melakukan pendampingan, berkumpul rutin 2-4 kali setiap bulan dan inspeksi langsung untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.
Kambing-kambing ini bukan sekadar ternak; mereka adalah bagian dari konsep integrated farming. Gulma kopi yang dulunya hanya dianggap sampah kini menjadi pakan utama kambing. Sebaliknya, kotoran kambing diolah menjadi pupuk organik, menyuburkan tanaman kopi yang menjadi tumpuan hidup masyarakat desa. Ke depan, kulit buah kopi akan dimanfaatkan sebagai pakan fermentasi, melengkapi siklus keberlanjutan yang sempurna.
Di tengah perjalanan yang penuh liku, ada secercah harapan yang terus dipupuk. Di Desa Gemawang, petani kecil kini memiliki peluang untuk hidup lebih baik, menggembala harapan mereka melalui kerja keras, kebersamaan, dan inovasi. Program ini bukan hanya tentang kambing, tetapi tentang membangun masa depan yang lebih cerah bagi setiap keluarga petani kopi di sana.
Apakah Anda ingin menjadi bagian dari kisah perubahan ini? Mari bersama-sama menyemai harapan di Desa Gemawang, satu kambing, satu petani, dan satu senyuman dalam setiap langkahnya.
Kontributor : Zaki
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha