Pondok Pesantren Harus Mampu Berdaya Saing Global, Ketua PWM Jateng: Jangan Tinggalkan Akar Budaya
PWMJATENG.COM, Semarang – Perkembangan teknologi yang semakin pesat membawa tantangan tersendiri bagi lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia, termasuk pondok pesantren. Menyikapi hal ini, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Tafsir, menyampaikan pandangannya bahwa pondok pesantren harus mampu bersaing di kancah global dengan memadukan pola pikir modern, tetapi tetap menjaga akar budaya lokal. Hal ini disampaikannya dalam sebuah acara yang diadakan untuk membahas peran pondok pesantren di era digital.
“Pondok pesantren harus dapat bersaing secara global, namun di saat yang sama, jangan melupakan akar budaya lokal kita. Budaya kita sebagai orang Indonesia yang berakidah Islam harus tetap dijaga,” ujar Tafsir dalam sambutannya. Ia menegaskan bahwa modernisasi adalah keniscayaan, namun jangan sampai mengorbankan identitas budaya yang telah menjadi bagian dari perjalanan panjang bangsa ini.
Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia memiliki peran penting dalam memajukan dunia pendidikan, termasuk pendidikan di pondok pesantren. Tafsir menyoroti bahwa Muhammadiyah selalu berupaya memadukan pemikiran modern dengan nilai-nilai keislaman yang kuat. “Silakan berpikir semodern mungkin, tetapi jangan tercerabut dari akar budayanya,” tambahnya.
Pemikiran modern yang diusung Muhammadiyah, menurut Tafsir, bukanlah pemikiran yang meninggalkan masa lalu atau identitas keislaman. Justru, Muhammadiyah berusaha memajukan umat dengan tetap menjadikan Al-Qur’an dan hadis sebagai landasan utama. “Orientasi persyarikatan Muhammadiyah adalah dengan tetap berdasarkan Al-Qur’an dan hadis yang tidak sekadar menghidupkan masa lalu, tetapi juga untuk meraih masa depan,” tegasnya.
Baca juga, Santri dalam Sejarah Peradaban Islam
Di era teknologi saat ini, pondok pesantren dituntut untuk mampu memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mendukung proses pendidikan. Tafsir meyakini bahwa pondok pesantren di bawah Muhammadiyah memiliki potensi besar untuk berkembang lebih jauh jika mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Teknologi digital, menurutnya, harus dimanfaatkan untuk memperluas jangkauan dakwah dan pendidikan di pondok pesantren. Namun, ia juga mengingatkan agar teknologi tidak digunakan secara berlebihan hingga menghilangkan esensi pembelajaran tradisional yang berbasis akhlak dan nilai-nilai agama.
Tafsir juga menyoroti pentingnya pendidikan karakter bagi santri. Menurutnya, selain unggul dalam ilmu pengetahuan, santri juga harus memiliki karakter kuat yang berlandaskan nilai-nilai Islam. “Pendidikan di pesantren tidak hanya bertujuan mencetak generasi yang cerdas, tetapi juga generasi yang berakhlak mulia dan mampu menjaga identitasnya sebagai Muslim,” katanya.
Lebih lanjut, Tafsir menyampaikan bahwa Muhammadiyah selalu mendorong inovasi dalam dunia pendidikan, namun tetap berpegang teguh pada nilai-nilai dasar yang diajarkan Islam. “Berfikir semaju mungkin, itulah salah satu ciri Muhammadiyah,” ungkapnya. Hal ini sejalan dengan upaya Muhammadiyah untuk membangun generasi Muslim yang progresif, namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan budaya.
Di tengah perkembangan zaman yang semakin dinamis, pondok pesantren memang dituntut untuk bisa beradaptasi tanpa melupakan jati dirinya. Tafsir menegaskan bahwa pondok pesantren harus mampu menjawab tantangan global, namun tetap berakar pada nilai-nilai lokal. Dengan pendekatan yang seimbang antara pemikiran modern dan budaya lokal, Muhammadiyah berharap pondok pesantren bisa terus berkembang dan menjadi pilar penting dalam mencetak generasi muda yang berkualitas.
Editor : M Taufiq Ulinuha
