Khazanah Islam

Memaknai Hijrah: Dari Tahayul ke Pengetahuan

PWMJATENG.COM – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Muhammad Abduh Hisyam, dalam kajian rutin RS PKU Muhammadiyah Sruweng, mengangkat topik “Memaknai Hijrah” pada 9 Juli 2024. Ia menekankan pentingnya pemahaman hijrah dalam konteks modern.

Hijrah dalam Sejarah

Abduh Hisyam menjelaskan bahwa kalender hijriah yang ditetapkan oleh Umar bin Khattab bukan berdasarkan kelahiran Nabi Muhammad, tetapi pada peristiwa hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah. “Hal ini menekankan bahwa yang dihargai dalam Islam adalah karya dan prestasi, bukan sekadar prestise,” ungkapnya. Hijrah dianggap sebagai titik perjuangan umat Islam, memisahkan antara kegelapan dan cahaya, serta antara kebodohan dan pengetahuan.

Pentingnya Perubahan Mental

Hijrah, menurut Abduh Hisyam, tidak lagi hanya bermakna perpindahan fisik. “Hijrah dapat berarti transformasi mental, seperti berpindah dari kemalasan menjadi rajin, atau dari ketidakpedulian terhadap pengetahuan menjadi gemar membaca dan belajar,” jelasnya. Dalam konteks modern, hijrah juga dapat berarti meninggalkan tahayul dan mistisisme menuju pemikiran logis dan berbasis ilmu pengetahuan.

Hijrah dalam Pendidikan dan Kehidupan

Abduh Hisyam menekankan bahwa pendidikan tidak boleh penuh dengan tahayul. “Menghafal Al-Quran penting, tetapi yang lebih penting adalah memahami dan mengamalkannya,” kata beliau. Anak-anak harus diajarkan untuk berpikir kritis dan logis, tidak hanya sekadar menghafal. Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi untuk bisa maju.

Baca juga, Memaknai Hijrah dalam Perspektif Islam dan Perjuangan

Selain hijrah Nabi Muhammad, Abduh Hisyam juga mengangkat contoh hijrah lainnya, seperti Nabi Ibrahim yang berhijrah dari Ursalim ke Kan’an, dan Nabi Musa yang membawa Bani Israel dari Mesir ke tanah yang dijanjikan. “Peristiwa-peristiwa ini menunjukkan bahwa hijrah sering kali disertai dengan perjuangan besar dan pengorbanan,” tambahnya.

Kritik terhadap Pemahaman Konservatif Hijrah

Abduh Hisyam juga mengkritik pemahaman hijrah yang terlalu konservatif, seperti hanya mengubah cara berpakaian atau menggunakan bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari. “Hijrah yang sesungguhnya adalah perubahan sikap dan perilaku yang lebih baik, bukan hanya perubahan penampilan,” tegasnya.

Hijrah dan Revolusi Moral

Abduh Hisyam mengutip buku Amien Rais yang berjudul “Hijrah, Selamat Tinggal Revolusi Mental, Selamat Datang Revolusi Moral”. Menurutnya, revolusi moral adalah perubahan yang lebih mendalam dan substansial dibandingkan revolusi mental. “Kita harus mengubah diri kita menjadi lebih baik dan lebih bermoral,” katanya.

Hijrah dalam Konteks Global

Abduh Hisyam juga menyinggung fenomena hijrah modern, seperti migrasi orang-orang dari negara-negara yang dilanda perang ke Eropa. “Hijrah bisa juga berupa perpindahan fisik untuk kehidupan yang lebih baik, seperti orang-orang Syam yang hijrah ke Eropa karena konflik di negara mereka,” jelasnya.

Menurut Abduh Hisyam, hijrah adalah sebuah proses yang membutuhkan perjuangan besar dan pengorbanan. “Hijrah harus dimaknai sebagai perubahan menuju yang lebih baik, baik itu dalam hal pengetahuan, moral, maupun sikap hidup,” ujarnya. Beliau menekankan pentingnya memahami agama dengan pendekatan ilmu pengetahuan dan logika, agar umat Islam bisa unggul dan maju di era modern ini.

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE