Hadiri Musycab Wiradesa, Ketua PDM Pekalongan Sampaikan Autokritik
PWMJATENG.COM, Pekalongan – Kinerja perkembangan Muhammadiyah di Wiradesa dinilai kurang signifikan dibandingkan dengan perkembangan Muhammadiyah di cabang Pekajangan, Kajen dan Bligo. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Pekalongan, Drs. H. Mulyono, saat membuka Musyawarah Cabang (Musycab) Muhammadiyah dan Aisyiyah Wiradesa, Ahad (16/7/23) di Gedung Dakwah Muhammadiyah Wiradesa.
Mulyono menilai dalam menjalankan kinerja organisasi, para Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Wiradesa dirasa kurang rasa kebersamaan. Padahal menurut Mulyono, selain kerja keras, rasa kebersamaan merupakan salah satu kunci sukses kinerja kepemimpinan di Muhammadiyah dan menjadi bagian penting untuk mewujudkan program-program dari Muktamar ke-48 yang akan datang.
Mulyono menceritakan sejak tahun 2000-an di Muhammadiyah Wiradesa terdapat pertemuan setiap malam Selasa, baik untuk pimpinan, mubaligh maupun para penggeraknya. Namun sekarang, pertemuan setiap malam Selasa tersebut yang hadir hanya separuh, bahkan kurang dari separuh.
“Ke depan kalau ini tetap seperti ini kita akan tersalip, bahkan oleh Wonopringgo pun kita akan tersalip. Muhammadiyah Cabang Wiradesa yang tadinya menjadi suar (di Kabupaten Pekalongan) di samping Pekajangan, sekarang ini menjadi nomor empat. Dari segala sisi, kalah dengan Pekajangan jelas, kalah dengan Kajen juga iya, dan kalah dengan Bligo. Oleh karena itu, kebersamaan menjadi bagian dari mewujudkan program-program Muktamar ke-48 yang akan datang,” ungkap Kiai Mulyono yang juga tinggal di Wiradesa.
Mulyono juga menyampaikan bahwa Muhammadiyah akan menerapkan tolak ukur kinerja yang dikenal dengan Key Performance Indicator (KPI). Indikator kinerja utama tersebut nantinya akan dibuat digitalisasi sehingga pergerakan persyarikatan Muhammadiyah sampai ke ranting-ranting akan terdokumentasi dalam laporan-laporan.
Baca juga, Kabidkum Polda Kalsel Kombes Purwadi Wahyu Anggoro Raih Gelar Doktor Ilmu Hukum di UMS
Mulyono sangat menekankan adanya pertemuan setiap pekan harus dilakukan untuk meningkatkan rasa kebersamaan dan membahas dinamika organisasi. Mulyono mencontohkan kinerja Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah yang tinggal di Cilacap, Purwokerto, Boyolali, hingga Kudus, tetap mengagendakan pertemuan rutin di kantor PWM Jawa Tengah di Semarang walaupun jaraknya berjauhan.
Mulyono juga mencontohkan perkembangan Muhammadiyah di Bligo yang hebat karena kebersamaan dari mulai majelis, pimpinan harian, ‘Aisyiyah, beserta Ortomnya, sehingga mampu membuat kegiatan di setiap pekannya. Dari mulai sepeda santai ke ranting-ranting, pengajian pimpinan dan pertemuan khusus untuk membahas dinamika organisasi. Oleh karenanya, Mulyono berharap rasa kebersamaan tersebut perlu dibangkitkan agar menimbulkan semangat untuk melihat kondisi-kondisi di sekitar.
Ketua PDM Kabupaten Pekalongan ini juga berharap nantinya yang mendapatkan mandat selaku pimpinan cabang adalah yang benar-benar bersedia dan benar-benar ingin berkhidmat untuk agama melalui Persyarikatan Muhammadiyah.
Pernyataan Ketua PDM Kabupaten Pekalongan tersebut mendapat reaksi beragam dari para peserta Musycab. Senada dengan Pak Mul, Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Gumawang Nur Rofiq merasa PCM Wiradesa saat ini hanya berorientasi pada lembaga keuangan Baitut Tanwil Muhammadiyah (BTM), sementara kegiatan yang lain terbengkalai, banyak amal usaha Muhammadiyah lain yang merasa kurang perhatian. Rofiq berharap agar ke depan ada upaya dari PCM Wiradesa untuk mengoptimalkan dan memprioritaskan program-program unggulan pada periode ke depan.
Baca juga, Bertempat di UMS, Munas I Konsorsium LPPM PTM/A Sukses Digelar
Sementara itu, Sekretaris PCM Wiradesa, Khamdan Machrus, menilai pernyataan Ketua PDM Kabupaten Pekalongan yang menyatakan PCM Wiradesa saat ini berada di posisi keempat harus mempunyai dasar penilaian yang jelas. Khamdan merasa penilaian dari PDM memang sudah selayaknya dilakukan, tetapi dasar penilaian, indikator dan potensi yang berkembang apa saja harus disosialisasikan terlebih dahulu sebelum diumumkan hasilnya. Ketika diumumkan dalam forum seperti Musycab yang dihadiri oleh masing-masing PRM, kinerja PCM Wiradesa jadi dinilai kurang.
Khamdan tidak menyangkal jika PCM Wiradesa memang terdapat kekurangan, tetapi gagasan dasar penilaiannya perlu ditunjukkan karena setiap PCM punya keunikan dan kelebihan masing-masing. Khamdan tetap mendukung berlakunya program penilaian PCM ke depannya, tetapi instrumen-instrumen penilaiannya perlu disosialisasikan sebelumnya. Khamdan juga sempat menyatakan sikap mengundurkan diri menjelang sesi pemilihan PCM tetapi pengunduran dirinya ditolak oleh para peserta Musycab, bahkan terpilih kembali sebagai Sekretaris PCM Wiradesa Periode 2023-2028 atau Periode Muktamar 48.
Ketua PCM Wiradesa, Abdul Basit Amin, menilai pernyataan dari Ketua PDM Kabupaten Pekalongan harus dijadikan pemicu dan penyemangat bagi semua dalam menjalankan dakwah Muhammadiyah di Wiradesa. Basit juga berpesan kepada jajaran Pimpinan Muhammadiyah jika memang merasa tidak mampu mengemban amanah karena kesibukan di tempat lain, maka lebih baik menyatakan tidak mampu agar nanti diganti oleh yang lain dalam mengelola Persyarikatan Muhammadiyah.
Basit juga berjanji tidak akan malu untuk belajar dan mencontoh dari cabang lain jika terdapat kegiatan di cabang lain yang dirasa baik untuk diterapkan di PCM wiradesa. Basit yang dalam musycab tersebut terpilih kembali menjadi Ketua PCM Wiradesa dan memperoleh suara terbanyak dari peserta Musycab tetap optimis mampu menguatkan konsolidasi organisasi dan mengembangkan kemampuan-kemampuan baik dari pimpinan cabang maupun pimpinan ranting.
“Kita sebagai umat Islam harus optimis”, tegas Basit.
Kontributor : Fakhrudin
Editor : M Taufiq Ulinuha