Mengasah ukhwah warga Muhammadiyah
Magelang. Kemajuan Muhammadiyah diberbagai aspek baik pendidikan, layanan kesehatan, hingga santunan sosial tak lepas dari ruh yang terus memberi gerak dan nafas dakwahnya. Pengajian adalah salah satu penjaga ruh persyarikatan. Dibalik pengajian ada gelora ukhwah dan silaturahim. Ditambah lagi bila pengajian itu dilakukan saat Syawal yang dikemas dalam halal bi halal paska Idul Fitri.
Seperti yang dilakukan oleh warga Muhammadiyah di lingkungan Kota Magelang, momentum Syawal selalu diletakkan sebagai ajang mempererat tali persaudaraan dan solidaritas. Pada Jumat (7/8) lalu warga Muhammadiyah se Kota Magelang menggelar pengajian rutin dan silaturahim di Aula SMA Muhammadiyah 1 Magelang. Hadir pada pengajian itu adalah motivator ulung Prof. Dr. Eng. Imam Robandi, MT. Peserta pengajian meliputi jajaran Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Magelang, Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) se-Kota Magelang, Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) se-Kota Magelang dan pegawai Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dilingkungan Muhammadiyah Kota Magelang.
Ketua PDM Kota Magelang, Drs. H. Djaman Muhyidin, dalam sambutannya menyebutkan soal pentingnya menggembirakan pengajian sebagai ruh Muhammadiyah. “Momentum syawal, selain sebagai wahana maaf-memaafkan, juga sebagai motovasi untuk mempererat ukhuwah dilingkungan Muhammadiyah maupun diluar Muhammadiyah. Pengajian merupakan ruh dan bahkan nyawa Muhammadiyah. Dengan ruh inilah Muhammadiyah akan terus menjadi pelita yang menerangi umat,” katanya.
Saling membesarkan
Sedangkan Prof. Dr. Eng. Imam Robandi, MT dalam tausiyahnya menekankan pada pentingnya untuk saling membesarkan satu dengan lainnya. Ia memberi contoh soal warung makan dan sekolah Muhammadiyah. Dalam kasus warung makan, ia mengajukan pertanyaan, mengapa sulit mencari rumah makan milik warga Muhammadiyah? Dalam pandangannya warga Muhammadiyah jarang yang memiliki usaha warung makan karena mereka tidak percaya diri untuk berjualan serta ketakutan kalau-kalau tidak laku. Padahal, jika warga Muhammadiyah saling membesarkan saudaranya tentu tidak terjadi demikian.
Imam Robandi mengakui bahwa dalam diri warga Muhammadiyah masih terasa kurang bangunan ukhwah satu sama lain. “Warga Muhammadiyah butuh kesadaran bahwa Muhammadiyah besar bukan karena orang lain tetapi karena kita sendiri,” jelasnya.
Sama halnya dengan kasus sekolah. Bila semua warga Muhammadiyah menyekolahkan anaknya di Muhammadiyah, mungkin tidak akan dijumpai sekolah Muhammadiyah sepi peserta didik. “Maka kesadaran membesarkan Muhammadiyah sangat dibutuhkan, terangnya lagi. (Fury Fariansyah/Agung)