
PWMJATENG.COM, Semarang – Program Studi Sains Aktuaria ITESA Muhammadiyah Semarang terus memperkuat arah pendidikannya. Melalui kegiatan Sharing Session Kurikulum 2025, mereka menghadirkan Handayani, Komisi Ujian dan Kurikulum Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI), sebagai narasumber utama.
Acara ini berlangsung di kampus ITESA Muhammadiyah dan diikuti oleh para dosen Prodi Sains Aktuaria. Kegiatan dibuka dengan sambutan Wakil Rektor I, Herman Yuliansyah. Ia menyampaikan apresiasi kepada narasumber yang telah berkenan hadir. Herman menegaskan, Kurikulum 2025 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya dengan orientasi pada perkembangan ilmu aktuaria serta kebutuhan industri.
“Kurikulum ini diharapkan mampu menjawab tantangan dunia kerja dan memberikan bekal yang relevan bagi mahasiswa,” ungkap Herman dalam sambutannya.
Dalam paparannya, Handayani menekankan bahwa profesi aktuaris telah diakui secara legal di Indonesia berdasarkan regulasi Kementerian Keuangan. Menurutnya, peran aktuaris sangat luas, bukan hanya di industri asuransi, melainkan juga di berbagai sektor sebagai manajer risiko.
Ia menjelaskan, kurikulum yang disusun oleh PAI mengacu pada standar International Actuarial Association (IAA). Dengan acuan ini, lulusan diharapkan memiliki kualifikasi yang setara dengan standar internasional.
“Seorang aktuaris tidak cukup hanya menguasai teori. Mereka harus memiliki keterampilan analisis data, pemrograman, hingga komunikasi bisnis untuk menghadapi persaingan global,” tutur Handayani.
Lebih lanjut, Handayani menguraikan pentingnya penguatan kompetensi matematis, seperti kalkulus, peluang, statistika, persamaan diferensial, dan aljabar linier. Kompetensi ini perlu dipadukan dengan kemampuan pemrograman menggunakan R dan Python, machine learning, serta big data analytics.
Baca juga, Khutbah Jumat: Pentingnya Berempati kepada Orang yang Sedang Berduka
Selain aspek teknis, kemampuan bahasa Inggris akademik dan komunikasi bisnis juga menjadi syarat utama. Menurutnya, dua keterampilan tersebut akan meningkatkan daya saing lulusan di pasar internasional.
Dari sisi regulasi, Handayani menambahkan perlunya integrasi materi PSAK 117 atau IFRS 17 dalam kurikulum. Hal ini penting untuk memperkuat pemahaman mahasiswa, terutama dalam konteks asuransi syariah yang menjadi ciri khas perguruan tinggi berbasis Islam.

“Integrasi materi syariah dapat menjadi nilai tambah bagi lulusan dalam menghadapi dunia industri yang semakin kompetitif,” jelasnya.
Kaprodi Sains Aktuaria ITESA Muhammadiyah, Zakaria Bani Ikhtiyar, menegaskan bahwa masukan dari Handayani akan dijadikan dasar penting dalam merancang Kurikulum 2025. Ia menyebut, kurikulum ini harus memastikan mahasiswa tidak hanya memenuhi standar akademik, tetapi juga siap menghadapi ujian profesi.
“Kami ingin kurikulum ini mendukung mahasiswa menempuh ujian profesi Ajun Aktuaris (ASAI) hingga Fellow (FSAI). Dengan begitu, mereka memiliki jalur karier yang jelas dan terukur,” kata Zakaria.
Melalui Sharing Session ini, Prodi Sains Aktuaria ITESA Muhammadiyah semakin mantap menyiapkan Kurikulum 2025 yang berbasis Outcome-Based Education (OBE). Kurikulum ini akan selaras dengan standar PAI dan IAA, sehingga diharapkan dapat melahirkan lulusan yang kompeten, adaptif, dan berdaya saing global.
Kontributor : Hapsari
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha