
PWMJATENG.COM, Surakarta – SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta menggelar Rapat Kerja (Raker) tahunan dengan gebrakan besar. Bertempat di Hotel Sahid Jaya Solo pada Kamis, 10 Juli 2025, seluruh guru dan karyawan hadir mengikuti agenda penting ini. Raker tahun ini mengusung tema “Pembelajaran Mendalam” sekaligus meluncurkan motto baru: Religious, Smart, Healthy, and Creative.
Kegiatan yang berlangsung sehari penuh itu turut dihadiri Sekretaris Majelis Pendidikan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surakarta, Kartono, dan Ketua Komite Sekolah, Harminto. Keduanya memberikan dukungan terhadap arah baru pendidikan di SD Muhammadiyah 1 Ketelan.
Kepala Sekolah, Sri Sayekti, menjelaskan bahwa pembelajaran mendalam bukanlah kurikulum, melainkan pendekatan dalam proses belajar-mengajar. “Raker ini menjadi ruang kolaborasi untuk menyusun program baru dan memperkuat kebersamaan sesuai dengan motto terbaru. Kita harus bertanya, apa yang sebenarnya dirindukan murid saat belajar?” tuturnya.
Sayekti menekankan bahwa pembelajaran mendalam berarti mengajak siswa belajar dengan sadar, gembira, dan relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Menurutnya, belajar tidak hanya sekadar transfer pengetahuan, tetapi juga menyentuh hati melalui keteladanan.
“Proses mendidik bukan sekadar mengajar. Mendidik berarti mentransfer nilai, sedangkan mengajar hanya menyampaikan pengetahuan dan keterampilan,” ujarnya.
Baca juga, Riba dalam Islam dan Keabsahan Jasa Lembaga Keuangan Syariah
Lebih lanjut, Fasilitator Diksuspala Majelis Dikdasmen PNF Pimpinan Pusat Muhammadiyah menjelaskan bahwa pembelajaran mendalam mencakup aspek sikap, perilaku, pelayanan, pendampingan, komunikasi, keterampilan, hingga pengetahuan. Semua itu menjadi satu kesatuan utuh dalam proses pendidikan yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa.
Pada tahun pelajaran 2025/2026, SD Muhammadiyah 1 Ketelan menerapkan Kurikulum Pendidikan Muhammadiyah yang berbasis nilai-nilai keislaman progresif. Kurikulum ini terintegrasi dengan nilai-nilai Ismuba, yakni Al-Islam, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab.

“Semua guru adalah guru Ismuba. Mereka memiliki tanggung jawab untuk menginternalisasi nilai-nilai Islam dalam semua mata pelajaran. Modul ajar kami pun mengandung dustur ilahi, atau pedoman ilahi,” papar fasilitator tersebut sambil tersenyum.
Dalam praktiknya, sekolah akan memperkuat habituasi ibadah dan akhlak. Salat dhuha, puasa sunnah, tahsin, tahfiz, dan tafhim Al-Qur’an tak hanya diajarkan sebagai materi pelajaran, tetapi juga dibiasakan sebagai budaya sekolah. Nilai-nilai kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, dan anti manipulasi menjadi bagian penting dari karakter siswa dan pendidik Muhammadiyah.
Sayekti menambahkan, “Kami ingin sekolah menjadi tempat yang menyenangkan, bermakna, dan membentuk karakter. Pembelajaran harus menyentuh pengalaman murid, bukan sekadar hafalan.”
Kontributor : Jatmiko
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha