Tuntunan Berziarah Kubur Sesuai Ajaran Islam: Adab, Doa, dan Larangan

PWMJATENG.COM – Tata cara berdoa di kuburan dan adab ziarah secara umum dapat ditemukan dalam berbagai rujukan resmi, seperti Tanya Jawab Agama Jilid 1 halaman 210, Jilid 2 halaman 171, Jilid 3 halaman 195, serta Fatwa Majelis Tarjih No. 22 Tahun 2005 tentang Ziarah Kubur dan Bacaan Yasin. Berdasarkan sumber-sumber tersebut, berikut adalah penjelasan terstruktur terkait hukum, adab, dan larangan dalam ziarah kubur.
Hukum Ziarah Kubur dalam Islam
Pada awalnya, Rasulullah ﷺ melarang umat Islam untuk berziarah kubur karena khawatir akan kembali pada kebiasaan syirik masa jahiliah. Namun, larangan itu kemudian dicabut. Dalam hadis dari Buraidah, Nabi ﷺ bersabda:
“Dahulu aku melarang kalian ziarah kubur. Kini, berziarahlah, karena ziarah kubur dapat mengingatkan akhirat.” (HR. Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan al-Hakim)
Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah disebutkan bahwa Nabi ﷺ bersabda:
“Aku memohon izin kepada Tuhanku untuk memohonkan ampun bagi ibuku, tetapi tidak diizinkan. Kemudian aku memohon izin untuk menziarahi kuburnya, maka diizinkan. Oleh karena itu, ziarahlah kubur, karena itu dapat mengingatkan kepada kematian.” (HR. Jamaah)
Ziarah kubur dianjurkan bagi laki-laki maupun perempuan, asalkan sesuai dengan tuntunan syariat.
Amalan dan Adab dalam Ziarah Kubur
1. Meluruskan Niat
Niat utama berziarah adalah untuk mendoakan ahli kubur dan mengingat kematian, bukan untuk mencari berkah atau menjadikan kuburan sebagai perantara kepada Allah. Hadis Nabi ﷺ menyebutkan:
“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya.” (HR. Jamaah)
2. Mengucapkan Salam kepada Penghuni Kubur
Rasulullah ﷺ memberikan teladan dalam mengucapkan salam saat memasuki pemakaman:
“Assalamu’alaikum dara qaumin mukminin… Allahummaghfir li ahli Baqi’il Gharqad.” (HR. Muslim)
3. Melepas Alas Kaki
Diriwayatkan dari Basyir bin al-Khashasiyah bahwa Nabi ﷺ menegur seseorang yang berjalan di antara kuburan dengan memakai sandal:
“Wahai pemakai dua sandal, lepaskanlah keduanya.” (HR. Bukhari, Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah)
4. Menghadap Kiblat
Saat duduk di sisi kubur, Rasulullah ﷺ mencontohkan untuk menghadap kiblat. (HR. Abu Dawud)
Baca juga, Mengapa Hati Masih Gelisah Meski Ibadah Rutin?
5. Tidak Duduk di Atas Kubur
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Seseorang duduk di atas bara api lebih baik baginya daripada duduk di atas kubur.” (HR. Muslim)
6. Mendoakan Ahli Kubur
Aisyah ra meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ pernah keluar malam untuk berdoa di Baqi’ dan mengangkat tangan hingga tiga kali:
“Beliau memohon ampun untuk mereka.” (HR. Muslim)
Larangan dalam Ziarah Kubur
Salah satu bentuk pelanggaran dalam ziarah kubur adalah meminta kepada ahli kubur atau menjadikan mereka sebagai perantara kepada Allah. Hal ini bertentangan dengan ajaran tauhid yang murni.
Dalam surat Yunus ayat 106, Allah SWT berfirman:
“Janganlah engkau menyembah sesuatu selain Allah yang tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi mudarat kepadamu.” (QS. Yunus: 106)
Sementara itu, dalam az-Zumar ayat 3, disebutkan:
“Kami tidak menyembah mereka kecuali agar mereka mendekatkan kami kepada Allah.” (QS. az-Zumar: 3)
Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa menjadikan selain Allah sebagai wasilah tanpa dasar syar’i adalah bentuk kesyirikan. Fenomena seperti mendatangi makam wali untuk meminta hajat adalah praktik yang dilarang.
Ikhtisar
Ziarah kubur merupakan salah satu amalan yang dianjurkan dalam Islam dengan syarat dijalankan sesuai tuntunan syariat. Selain menjadi sarana mendoakan saudara yang telah wafat, ziarah juga menjadi momentum penting untuk mengingat kematian dan meningkatkan ketakwaan. Namun, perlu diwaspadai penyimpangan yang dapat mengarah pada syirik dan penyalahgunaan makna ziarah.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha