
PWMJATENG.COM, Magelang – Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA) kembali menorehkan prestasi akademik gemilang. Khusnul Laely, dosen Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), berhasil meraih gelar Doktor di bidang Ilmu Pendidikan dari Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Dalam ujian terbuka yang digelar pada Selasa (1/7), Laely mempertahankan disertasinya yang berjudul “Pengembangan Model Outdoor Learning Activity (OLA) Berbasis Budaya Jawa untuk Meningkatkan Working Memory dan Cognitive Flexibility Anak Usia Dini”. Disertasi ini dibimbing oleh Dimyati sebagai promotor dan Slamet Suyanto sebagai kopromotor.
Model OLA yang dikembangkan Laely menghadirkan pembelajaran luar ruang yang terinspirasi dari budaya Jawa. Ia merancang aktivitas pembelajaran melalui tari tradisional, permainan rakyat, dan kegiatan fun cooking. Metode ini bertujuan meningkatkan kemampuan working memory serta cognitive flexibility anak usia dini, sekaligus menanamkan nilai budaya lokal sejak dini.
“Saya mencoba menggabungkan pendekatan budaya dengan metode pembelajaran aktif agar anak-anak bisa belajar sambil mengenal dan mencintai budaya Jawa,” ujar Laely.
Baca juga, Kapan Puasa Tasua dan Asyura 2025? Ini Jadwal dan Keutamaannya
Pendekatan tersebut terbukti efektif. Hasil uji statistik menunjukkan peningkatan signifikan pada kemampuan kognitif anak-anak yang mengikuti model ini dibandingkan dengan metode konvensional. Hal ini menegaskan bahwa pendekatan budaya dalam pendidikan mampu memberikan dampak yang nyata terhadap perkembangan anak.
Rektor UNIMMA, Lilik Andriyani, menyampaikan apresiasi atas capaian Laely yang dinilainya tidak hanya akademis tetapi juga strategis. Ia mengatakan, “Capaian ini menegaskan komitmen UNIMMA dalam menghadirkan inovasi pendidikan berbasis nilai-nilai lokal. Di tengah arus globalisasi, kemampuan anak mempertahankan identitas budaya sekaligus mengasah kemampuan kognitif adalah langkah penting dalam membentuk generasi unggul dan berkarakter.”
Laely meyakini bahwa pembelajaran berbasis budaya lokal mampu memperkuat identitas anak sekaligus menjadi media edukatif yang menyenangkan. “Anak-anak tidak hanya bermain, tetapi mereka juga belajar mengenal akar budayanya. Ini penting agar generasi kita tidak tercerabut dari jati dirinya,” tambahnya.
Model OLA ini diyakini memiliki potensi untuk diimplementasikan lebih luas di berbagai lembaga PAUD. Selain menunjang perkembangan kognitif, model ini juga dianggap mampu mendukung program penguatan pendidikan karakter dan pelestarian budaya bangsa sejak usia dini.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha