
PWMJATENG.COM, Surakarta – Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Hardika Dwi Hermawan, mencatat prestasi membanggakan di kancah internasional. Ia terpilih sebagai delegasi Indonesia dalam ajang bergengsi International Conference on Cohesive Societies (ICCS) 2025 yang akan digelar pada 24–26 Juni 2025 di Raffles City Convention Centre, Singapura.
Konferensi ini didukung oleh Nanyang Technological University (NTU) melalui S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), bekerja sama dengan Ministry of Culture, Community and Youth (MCCY) Singapura. Mengusung tema “Cohesive Societies, Resilient Futures,” ICCS 2025 menghadirkan lebih dari 2.200 peserta dari 52 negara dengan berbagai sesi pleno, breakout session, dan lokakarya.
Hardika, yang juga merupakan pendiri Desamind Indonesia Foundation, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas negara dan budaya untuk memperkuat ketahanan sosial. Dalam sambutannya, ia menyampaikan, “Tantangan global hanya bisa dihadapi dengan keterbukaan dan kerja sama antarbangsa.”
Selain Presiden Singapura Tharman Shanmugaratnam yang membuka acara, sejumlah tokoh penting dunia juga turut menjadi pembicara. Di antaranya Menteri Agama Republik Indonesia, Raja Perak Sultan Nazrin Muizzuddin Shah, dan Minister of Law & Second Minister of Home Affairs Edwin Tong. Mereka membahas isu keberagaman dan tantangan ketidakpastian dalam masyarakat multikultural.
Kehadiran Hardika dalam ICCS tak berhenti di sana. Ia juga menjadi salah satu dari sekitar 100 peserta terpilih dalam Young Leaders Programme (YLP) 2025 yang dilaksanakan pada 26–28 Juni. “YLP merupakan ajang pengembangan kepemimpinan muda global yang mempertemukan ide, budaya, dan semangat kolaborasi dari berbagai negara,” ujarnya, Senin (30/6).
Baca juga, Indonesia Rumah Kita: Menguatkan Solidaritas di Tengah Krisis Multidimensi
Selama konferensi, para delegasi mendapat dukungan penuh, termasuk akomodasi, konsumsi, dan tiket perjalanan pulang-pergi. Mereka juga memperoleh akses ke seluruh sesi ICCS dan kegiatan tambahan dalam YLP, seperti Cultural Networking Evening, forum teater, pengalaman lokal di kawasan heartlands, serta pelatihan soft skills seperti mediasi, negosiasi, dan etika kecerdasan buatan (AI) dalam komunitas.

“Ini kesempatan besar untuk memperluas jejaring internasional, belajar dari negara lain, dan membawa semangat itu ke Indonesia melalui program sosial dan kolaborasi lintas negara,” jelas Hardika.
Sebagai dosen di Program Studi Pendidikan Teknik Informatika (PTI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMS, ia mengikuti berbagai sesi penting. Salah satunya adalah lokakarya keterampilan masa depan (future skills) yang membekalinya dengan perspektif baru dalam melihat kebutuhan masyarakat di era digital.
Menurutnya, pengetahuan dan jaringan yang diperoleh selama konferensi akan digunakan untuk memperkuat kapasitas riset dan akademik di PTI UMS. Ia berharap dapat mengembangkan program pelibatan masyarakat berbasis teknologi yang inklusif dan mendorong dialog antarbudaya di lingkungan kampus.
“Ke depan, kami akan menginisiasi kolaborasi dengan institusi mitra luar negeri untuk menghadirkan program yang mendukung keberagaman digital,” ungkapnya.
Partisipasi Hardika di ICCS 2025 menjadi simbol kepercayaan internasional terhadap kompetensi dosen Indonesia dalam merespons isu-isu global. “Pengalaman ini saya harap menjadi katalisator untuk inovasi di bidang teknologi dan pendidikan yang berdampak luas di tanah air,” tutupnya.
Kontributor : Alfina
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha