
PWMJATENG.COM, Surakarta – Upaya memperkuat dakwah dan pendidikan Islam di Asia Tenggara terus digencarkan Asian Foundation for Education and Development (AFED) asal Kamboja. Langkah konkret dilakukan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada Selasa (1/7), di Gedung Induk Siti Walidah UMS.
Penandatanganan MoU ini menjadi momentum penting dalam menjalin kolaborasi lintas negara. Presiden AFED, Raus Mansasry (Zahri Yahya), mengungkapkan bahwa sejak didirikan pada 2014, lembaganya fokus pada dakwah dan pengembangan masyarakat di wilayah pedesaan Kamboja. Saat ini, AFED mengelola tiga sekolah berbasis pesantren dan aktif melakukan pembinaan generasi muda Muslim.
“Alhamdulillah, hingga saat ini kami telah membimbing lebih dari 200 warga non-Muslim untuk memeluk Islam. Ini bukan hanya angka, tetapi hasil nyata dari kerja dakwah kami,” ujar Raus saat memberikan sambutan.
Raus menyebut kerja sama dengan UMS sebagai langkah strategis dalam memperluas jangkauan dakwah dan pendidikan Islam. Ia berharap sinergi ini mampu mendorong pemberdayaan generasi muda Muslim di Kamboja dan kawasan Asia Tenggara.
Menurutnya, AFED tidak hanya bergerak di bidang pendidikan formal. Lembaga ini juga menjalankan berbagai kegiatan sosial, seperti pembangunan rumah untuk masyarakat dhuafa, penyaluran zakat, santunan anak yatim, hingga ceramah keagamaan rutin.
“Program-program kami memiliki kesamaan nilai dengan gerakan Muhammadiyah. Karena itu, kami yakin kerja sama ini akan memperkuat peran dakwah dan kemanusiaan,” jelasnya.
Baca juga, Benarkah Muhammadiyah Mendirikan Bank Syariah?
Sementara itu, Rektor UMS, Harun Joko Prayitno, menyambut baik kolaborasi ini. Ia menegaskan bahwa UMS siap mengawal kerja sama ini agar benar-benar berdampak, tidak hanya berhenti pada penandatanganan MoU.
“Kami tidak ingin kerja sama ini sekadar seremoni. Harus ada dampak nyata, khususnya dalam bidang pendidikan dan pengembangan masyarakat,” tegas Harun.
UMS membuka kesempatan bagi mahasiswa asal Kamboja untuk melanjutkan studi di Solo. Bahkan, saat ini sudah terdapat 13 calon mahasiswa dari Kamboja yang telah mendaftar dengan skema beasiswa yang beragam. Mulai dari beasiswa penuh, parsial, hingga program kursus bahasa Indonesia gratis.
Kepala Biro Kerja Sama dan Urusan Internasional (BKUI) UMS, Andy Dwi Bayu Bawono, menjelaskan bahwa skema beasiswa mencakup berbagai program studi yang ditawarkan UMS. Ia berharap kehadiran mahasiswa internasional dari Kamboja akan memperkaya atmosfer akademik kampus.

“Kami juga berharap, kolaborasi ini bisa diperluas ke ranah riset, publikasi bersama, dan program pemberdayaan masyarakat,” jelas Andy.
Tak hanya pengiriman mahasiswa Kamboja ke UMS, kerja sama ini juga mencakup pengiriman dosen dan mahasiswa UMS ke sekolah-sekolah binaan AFED. Program magang, pengabdian masyarakat, serta dakwah langsung di Kamboja menjadi bagian dari rencana besar sinergi ini.
Raus optimistis, sinergi antara AFED dan UMS akan membawa manfaat strategis, tidak hanya bagi kedua lembaga, tetapi juga bagi masa depan Islam dan pendidikan di Asia Tenggara.
“Dengan UMS sebagai mitra, kami yakin langkah-langkah besar bisa diwujudkan demi membawa perubahan positif bagi umat,” pungkasnya.
Kontributor : Alfina
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha