
PWMJATENG.COM, Surakarta – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menunjukkan komitmennya dalam pengembangan internasional. Kali ini, UMS menggandeng Asian Foundation for Education and Development (AFED) dari Kamboja untuk menjalin kerja sama strategis dalam bidang pendidikan dan pengembangan masyarakat.
Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara UMS dan AFED digelar pada Selasa (1/7) di Ruang Sidang BPH Gedung Induk Siti Walidah (GISW) lantai 6. Acara tersebut dihadiri langsung oleh jajaran pimpinan UMS serta delegasi AFED dari Kamboja.
Rektor UMS, Harun Joko Prayitno, menyambut antusias kerja sama ini. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa kolaborasi ini tidak terbatas pada bidang akademik semata.
“UMS tidak hanya terbuka untuk program pendidikan, tetapi juga mendukung pengembangan masyarakat dan pertukaran budaya. Kami berharap mahasiswa dari Kamboja tersebar di berbagai program studi, bukan hanya terkonsentrasi di satu bidang,” tegas Harun.
Menurutnya, kerja sama ini membuka peluang bagi pertukaran pelajar, program inbound-outbound, serta pengembangan riset dan publikasi bersama. Bahkan, potensi kolaborasi dalam bidang industri dan perdagangan juga turut dibahas.
Kepala Biro Kerja Sama dan Urusan Internasional (BKUI) UMS, Andy Dwi Bayu Bawono, menyebut kunjungan AFED kali ini sebagai bentuk konkret dari rencana kerja sama yang sebelumnya telah dijajaki bersama Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Yogyakarta.
“Ini merupakan langkah awal dari kolaborasi besar antara UMS dan AFED. Kami siap mengawal berbagai program yang akan dijalankan bersama,” ujar Andy.
Presiden AFED, Raus Mansasry (Zahri Yahya), menyampaikan apresiasi atas sambutan yang hangat dari UMS. Ia menjelaskan bahwa AFED berfokus pada pendidikan dan pengembangan sosial di kawasan Asia, termasuk pengelolaan tiga sekolah berbasis pesantren di Kamboja.
Baca juga, Kepeloporan Hanya Soal Waktu dan Pembuktian
“AFED juga aktif dalam kegiatan dakwah dan pemberdayaan masyarakat, termasuk program mingguan ceramah keagamaan di Kamboja. Kami percaya kerja sama dengan UMS akan memperkuat kontribusi kami dalam bidang ini,” ujar Raus.
Hingga saat ini, BKUI UMS telah menerima 13 aplikasi pendaftaran mahasiswa asal Kamboja. Pendaftaran masih dibuka hingga Oktober 2025, dan UMS menyediakan berbagai jenis beasiswa untuk mendukung mahasiswa internasional.

“Kami menawarkan beasiswa penuh dan parsial, serta kursus bahasa Indonesia gratis bagi mahasiswa asing,” terang Denny Vitasari, Kepala Bidang Pengembangan Kerja Sama Akademik BKUI UMS.
Wakil Rektor V UMS, Supriyono, menambahkan bahwa UMS memiliki skema beasiswa dari berbagai sumber, termasuk dari program Kemitraan Negara Berkembang (KNB). Ia mendorong mahasiswa dari AFED agar memanfaatkan peluang ini secara maksimal.
Selain program pendidikan, diskusi antara UMS dan AFED juga membahas potensi pengabdian masyarakat internasional. Salah satu gagasan yang mengemuka adalah pengiriman mahasiswa UMS untuk mengajar di sekolah-sekolah milik AFED di Kamboja.
Tidak hanya itu, kedua belah pihak juga merencanakan pendirian Indonesian Corner sebagai pusat informasi budaya dan pendidikan Indonesia bagi calon mahasiswa asal Kamboja. Fasilitas ini diharapkan mampu menjadi jembatan awal sebelum mereka melanjutkan studi ke UMS.
Kontributor : Yusuf
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha