
PWMJATENG.COM, Jakarta – Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA (UHAMKA) memantik perhatian publik. Bertema “Sejarah di Simpang Jalan Kurikulum: antara Substansi, Kompetensi, dan Ideologi”, kegiatan ini berlangsung secara hybrid di Aula Ahmad Dahlan, Gedung A FKIP UHAMKA, dan berhasil menyedot antusiasme lebih dari 300 peserta dari berbagai kalangan, Selasa (20/5/25).
Hadir sebagai narasumber utama, Sumardiansyah Perdana Kusuma (Presiden Asosiasi Guru Sejarah Indonesia), Lelly Qodariah (Dosen Pendidikan Sejarah), dan Susanto Zuhdi (akademisi sejarah). Selain itu, acara ini turut dihadiri para tokoh pendidikan seperti perwakilan Dinas Pendidikan, mahasiswa dari berbagai program studi FKIP UHAMKA, hingga anggota Asosiasi Guru Sejarah Indonesia.
Rangkaian kegiatan dibuka dengan sambutan dari sejumlah tokoh penting kampus. Riyadh Taufiqur Rahman selaku Ketua Pelaksana membuka acara, disusul sambutan dari Ahmad Maulana (Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sejarah), Satria Wicaksana (Ketua DPM FKIP UHAMKA), Fikri Agung (Perwakilan BEM), hingga Andi selaku Ketua Prodi Pendidikan Sejarah. Puncaknya, Desvian Bandarsyah selaku Wakil Rektor II UHAMKA memberikan keynote speech.
Dalam sambutannya, Desvian menegaskan pentingnya negara dalam penyusunan narasi sejarah nasional. “Sejarah resmi adalah jangkar memori bangsa. Tanpa kehadiran negara, generasi muda akan tumbuh dalam kebingungan yang berkepanjangan,” ungkapnya tegas.
Lelly Qodariah menambahkan urgensi menjadikan sejarah sebagai mata pelajaran wajib. Ia menyatakan, “Sejarah tidak semata hafalan, tetapi instrumen pembentukan kesadaran kebangsaan. Di era digital, disinformasi bisa merusak pemahaman generasi muda terhadap jati diri bangsanya.”
Baca juga, Mencari Ilmu Tanpa Takut Tak Mengamalkan: Pesan Ibnu Hasan tentang Amanah Keilmuan
Menurut Ketua Bidang Keilmuan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sejarah, Andika Agus Tian, tema yang diangkat dalam seminar ini berangkat dari kebutuhan untuk menyuarakan aspirasi guru dan mahasiswa sejarah. “Kami ingin membuktikan bahwa sejarah punya peran vital dalam pembentukan moral dan integritas bangsa. Seminar ini sudah kami persiapkan sejak dua bulan lalu,” tuturnya.
Sesi materi berlangsung dengan penuh antusias. Materi pertama dibawakan oleh Sumardiansyah yang membahas Transformasi Kurikulum dan Dinamika Materi Sejarah. Sesi kedua, Susanto Zuhdi menyampaikan topik tentang Ideologi, Politik, Pendidikan, dan Narasi Sejarah. Sementara itu, Lelly Qodariah membawakan materi tentang Penguatan Pembelajaran Sejarah berbasis Nilai Kebangsaan, Kritis, Karakter, dan Demokratis.
Luthfiyatul Fishiyah, salah satu peserta mahasiswa, memberikan kesan positif terhadap jalannya seminar. “Pemaparan ketiga narasumber sangat menarik dan interaktif. Ini pengalaman pertama saya ikut seminar sejarah, dan saya rasa ini sangat membuka wawasan. Harapannya, ke depan bisa lebih banyak menjangkau mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia,” ujarnya.
Menutup rangkaian kegiatan, Andika menyampaikan pesan penuh makna. Ia menegaskan bahwa seminar ini merupakan bentuk perjuangan mahasiswa dan guru sejarah agar mata pelajaran sejarah diakui sebagai pilar pendidikan karakter. “Isu sejarah itu krusial, terutama dalam ranah politik pendidikan. Kami ingin sejarah menjadi pelajaran wajib,” katanya.
Ia pun menutup dengan pesan inspiratif, “Bacalah buku sebanyak-banyaknya. Jangan pilih-pilih, karena setiap buku punya nilai tergantung dari cara kita memandangnya.”
Kontributor : Hendra
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha