Asyiknya Naik Bus Shalawat di Mekah, Nyaman dan Siap 24 Jam!

Asyiknya Naik Bus Shalawat di Mekah, Nyaman dan Siap 24 Jam!
Oleh : Edi Sulton (Kontributor PWMJateng.com asal Jepara)
PWMJATENG.COM – Bagi jemaah haji asal Indonesia, lokasi pemondokan di Mekah umumnya berada pada jarak 2–4 kilometer dari Masjidil Haram. Jarak yang cukup jauh ini tentu menimbulkan kekhawatiran, terutama bagi jemaah lanjut usia. Namun, tidak perlu cemas, karena Pemerintah Arab Saudi telah menyediakan layanan transportasi khusus berupa bus Shalawat.
Bus Shalawat adalah armada resmi yang melayani mobilitas jemaah dari pemondokan menuju terminal-terminal di sekitar Masjidil Haram dan sebaliknya. Bus ini memiliki ciri khas warna kuning dan hijau, dilengkapi bendera merah putih serta nomor trayek. Penulis sendiri, yang menginap di wilayah Raudhah, menggunakan bus nomor 8.
Bus Shalawat dilengkapi AC, jok nyaman, dan beberapa unit bahkan ramah bagi pengguna kursi roda. Layanan ini menjadi bukti bahwa Pemerintah Arab Saudi memberikan pelayanan yang baik bagi jemaah haji, termasuk dari Indonesia. Banyak jemaah merasa terbantu dan nyaman selama menggunakan fasilitas ini.
Tidak Perlu Panik Bila Jalur Berubah
Pada musim haji, kepadatan lalu lintas menjadi tantangan tersendiri di Kota Mekah. Petugas kerap memberlakukan sistem buka-tutup jalan, sehingga bus Shalawat kadang harus berputar arah atau mengambil jalur berbeda. Meski demikian, jemaah tidak perlu khawatir.
Baca juga, Makna Mendirikan Salat: Antara Rutinitas dan Transformasi Diri
Penulis beberapa kali mengalami perubahan rute. Misalnya, saat menuju Masjidil Haram bersama satu regu yang didominasi ibu-ibu, bus sempat berputar dua kali. Salah satu ibu bertanya, “Kok busnya balik lagi?” Saya pun menjelaskan bahwa ini adalah hal biasa karena pengalihan jalur. Mendengar itu, ia merasa tenang. Yang penting, bus tetap akan sampai tujuan, baik ke Masjidil Haram maupun ke pemondokan.
Gunakan Nomor Bus yang Sama
Sangat disarankan untuk naik dan turun menggunakan bus dengan nomor yang sama. Misalnya, jika berangkat dengan bus nomor 8, maka pulangnya pun sebaiknya tetap menggunakan nomor tersebut. Mencoba bus lain memang bisa saja, namun berisiko tersesat jika belum benar-benar hafal jalur. Terlebih, kita adalah tamu Allah di tanah suci. Bersikap rendah hati dan tidak jumawa adalah hal yang utama.
Karakter Pengemudi yang Beragam
Pengemudi bus Shalawat umumnya adalah warga Arab Saudi. Gaya mereka mungkin terkesan terburu-buru atau “grusa-grusu” menurut istilah Jawa. Namun, hal itu sebaiknya disikapi dengan bijak. Beberapa sopir bahkan sudah menyesuaikan diri dengan karakter jemaah Indonesia.
Penulis pernah bertemu pengemudi asal Indonesia saat menumpang bus menuju kawasan Misfalah. Gaya berkendaranya cenderung tenang dan membuat nyaman. Apa pun latar belakang sopirnya, penting bagi kita untuk selalu bersikap positif, berserah diri, dan menjaga pikiran serta hati agar tetap tenang dan khusyuk dalam beribadah.
Beroperasi 24 Jam Tanpa Henti
Salah satu keunggulan bus Shalawat adalah beroperasi selama 24 jam. Jemaah bisa menggunakan layanan ini kapan saja—baik pukul 01.00 dini hari, pukul 05.00 pagi, maupun tengah hari. Di setiap pemondokan juga terdapat petugas haji Indonesia yang bertugas mengoordinasikan transportasi agar tetap berjalan lancar.
Itulah sekelumit pengalaman penulis selama menggunakan bus Salawat di Mekah. Semoga dapat menjadi panduan dan memberi ketenangan bagi jemaah haji Indonesia. Jangan lupa, selama di tanah suci, perbanyaklah doa dan zikir. Jaga pikiran, hati, dan perilaku agar tetap layak sebagai tamu Allah.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha