
PWMJATENG.COM, Surakarta – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) turut meriahkan peringatan World Telecommunication and Information Society Day (WTISD) 2025 yang jatuh setiap 17 Mei. Momen ini menjadi panggung penting bagi sivitas akademika untuk mendorong kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sekaligus meningkatkan literasi digital masyarakat.
Dosen Program Studi Pendidikan Teknik Informatika (PTI) FKIP UMS, Dias Aziz Pramudita, menyatakan bahwa teknologi informasi dan telekomunikasi telah menjadi pilar utama dalam membangun pendidikan dan riset masa kini.
“Teknologi seperti Artificial Intelligence (AI), big data, cloud computing, hingga Virtual Reality (VR) telah merevolusi cara kita mengakses informasi, bereksperimen, dan menyampaikan pengetahuan,” ungkap Dias saat diwawancarai pada Sabtu (17/5).
WTISD 2025 mengangkat tema “Digital Innovation for Gender Equality.” Tema ini mengajak seluruh dunia untuk memperkecil kesenjangan partisipasi perempuan di sektor digital. Meski tidak secara eksplisit mengangkat isu gender, Dias menyatakan bahwa risetnya tetap bersifat inklusif.
“Produk riset saya berbasis for all. Jadi, aplikasi ini bisa digunakan siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Harapannya, ini turut mengurangi kesenjangan digital secara tidak langsung,” jelasnya.
Sebagai wujud nyata kontribusi terhadap dunia pendidikan digital, Dias mengembangkan sebuah permainan edukatif berbasis realitas maya bernama VR Computing. Aplikasi ini dirancang untuk melatih keterampilan berpikir komputasional siswa melalui tantangan logika dalam dunia virtual.
“Game ini membuat siswa berpikir kritis dan menyelesaikan masalah secara logis. Mereka bisa memanipulasi objek dan belajar langsung dalam lingkungan yang menyenangkan dan menantang,” terangnya.
Menurutnya, kemampuan berpikir komputasional sangat penting untuk dimiliki generasi muda. Dengan kemampuan itu, siswa tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pemecah masalah yang andal.
Baca juga, Masukhi: Ibadah Haji Bukan Sekadar Ritual Fisik, Melainkan Upaya Spiritual untuk Mencari Rida Allah
“Di era AI, siswa tidak cukup hanya bisa mengoperasikan teknologi. Mereka juga harus mampu menyelesaikan masalah tanpa sepenuhnya bergantung pada mesin,” tegasnya.

Di Program Studi PTI UMS, pendekatan pembelajaran juga telah diarahkan untuk memperkuat keterampilan praktis mahasiswa. Mahasiswa tak lagi diuji hanya dengan soal pilihan ganda, tetapi ditantang menciptakan produk nyata.
“Ujian kami sekarang berbasis proyek. Mahasiswa membuat website, aplikasi, atau game edukatif. Ini jauh lebih menantang dan membentuk mereka menjadi inovator,” tuturnya.
Dias menambahkan bahwa UMS telah menyediakan fasilitas memadai, mulai dari laboratorium, pendampingan dosen, hingga dukungan dana untuk kompetisi nasional dan internasional. Hasilnya pun sudah terlihat.
“Beberapa mahasiswa kami sudah berhasil menjadi juara di ajang inovasi tingkat internasional,” ungkapnya dengan bangga.
Berdasarkan pengalamannya mengikuti konferensi dan riset bersama peneliti luar negeri, Dias menekankan pentingnya kolaborasi lintas disiplin dan negara.
“Di Eropa, kolaborasi lintas bidang itu sudah sangat umum. Mereka punya dukungan dana dan komunitas riset yang kuat,” paparnya.
Ia berharap UMS dapat membentuk pusat riset dan pelatihan khusus untuk teknologi dan pendidikan digital. Pusat ini bisa diberi nama Next Generation Education & Technology Center, yang fokus pada pengembangan riset dan pelatihan AI dalam pendidikan, VR, dan teknologi digital lainnya.
Menutup pernyataannya, Dias mengajak seluruh sivitas akademika UMS untuk lebih terbuka terhadap perubahan dan aktif dalam menyambut transformasi digital.
“Jangan takut bereksperimen, teruslah berkarya, dan buka ruang kolaborasi global. Bersama kita wujudkan UMS sebagai World Class University pada 2029,” pungkasnya.
Kontributor : Yusuf
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha