
PWMJATENG.COM, Surakarta – Universitas Muhammadiyah PKU (UMPKU) Surakarta mengambil langkah strategis dalam menyongsong era kecerdasan buatan (AI). Melalui workshop bertema “Penggunaan Generative Artificial Intelligence dan Integrasi Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) dalam Pembelajaran Tahun 2025”, UMPKU berupaya mendorong para dosen beradaptasi dengan teknologi terbaru.
Kegiatan ini digelar di Auditorium UMPKU Solo pada Rabu (14/5/2025) dan diikuti oleh puluhan dosen dari berbagai program studi. Acara dibuka langsung oleh Rektor UMPKU Surakarta, Dr. Weni Hastuti, dan menghadirkan sejumlah narasumber kompeten, yakni Dosen Universitas Negeri Semarang, Kasmui, Wakil Rektor I Ida Untari, serta Wakil Rektor III Yanto Mulyo Fibiwanto.
Ida Untari menjelaskan bahwa mahasiswa generasi Z sangat akrab dengan teknologi AI. Oleh karena itu, dosen tidak boleh tertinggal dalam mengikuti perkembangan tersebut.
“AI telah masuk ke dunia pendidikan. Kehadirannya menawarkan pendekatan baru yang lebih individual dan adaptif dalam proses belajar,” ujar Ida.
Ia menambahkan bahwa Generative AI memungkinkan penciptaan materi pembelajaran yang dinamis dan terpersonalisasi. Namun, penggunaan teknologi ini harus disertai dengan prinsip etika dan integritas akademik.
“AI memiliki potensi besar dalam meningkatkan kapasitas dosen maupun mahasiswa, khususnya dalam efektivitas pembelajaran dan pengembangan riset,” tambahnya.
Menurut Ida, UMPKU mengikuti arahan strategi nasional AI tahun 2020–2045, yang berfokus pada sektor-sektor utama seperti kesehatan, pendidikan, reformasi birokrasi, ketahanan pangan, dan kota cerdas.
“Strategi akademik kami mencakup tiga aspek utama: pelatihan dosen, integrasi AI dengan AIK dalam pembelajaran, serta riset dan etika AI,” jelasnya.
Ia juga memaparkan bahwa UMPKU tengah mengembangkan penerapan AI dalam bidang administrasi akademik. Beberapa contohnya adalah otomatisasi Rencana Pembelajaran Semester (RPS), penguatan sistem evaluasi dosen, serta pemeliharaan integritas akademik.
Baca juga, Haji Mabrur: Antara Ukhrawi dan Duniawi, Antara Permintaan dan Pujian
Rektor UMPKU, Weni Hastuti, menegaskan bahwa penggunaan AI di lingkungan kampus bukan lagi pilihan, melainkan keniscayaan.
“Dosen tidak boleh tertinggal dari mahasiswa. Kalau mahasiswa sudah terbiasa dengan AI, maka dosen pun harus menguasainya,” kata Weni.
Ia menyampaikan bahwa kampus menghadirkan pakar AI agar dosen dapat terus mengembangkan diri dan menyesuaikan metode pembelajaran sesuai perkembangan zaman.

Namun, Weni juga mengingatkan agar mahasiswa tidak bergantung sepenuhnya pada kecerdasan buatan.
“AI itu alat bantu. Mahasiswa tetap harus kreatif dan inovatif. Jangan hanya bergantung pada chatbot,” ujarnya.
Dalam konteks Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA), Weni menekankan pentingnya integrasi nilai-nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan dalam proses akademik. Menurutnya, AIK adalah pembeda utama PTMA dengan kampus lainnya.
“Dosen UMPKU wajib memahami AIK agar bisa mengintegrasikannya secara utuh dalam perkuliahan,” tegasnya.
Ia juga menyinggung tentang perubahan pola interaksi antara mahasiswa dan dosen. Jika dahulu mahasiswa biasa bertanya langsung kepada dosen saat mengerjakan tugas, kini mereka lebih memilih bertanya pada AI. Hal itu, menurutnya, dapat berdampak pada pembentukan karakter mahasiswa.
“Kami merancang pemanfaatan AI agar tetap dalam koridor tanggung jawab akademik. Penggunaan AI harus bijak, rendah hati, dan tetap mengedepankan nilai keilmuan,” tutupnya.
Kontributor : Teguh
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha