
PWMJATENG.COM, Surakarta – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menegaskan komitmennya dalam membentuk karakter dan spiritualitas mahasiswa melalui kegiatan Qiyamul Lail Series ke-30. Acara yang digelar secara daring ini melibatkan fungsionaris Organisasi Mahasiswa (Ormawa) serta penerima Beasiswa Unggulan Mahasiswa Berprestasi (BUMITA).
Kegiatan berlangsung pada Senin (5/5) dini hari, tepat pukul 03.00 WIB. Mahasiswa magang bertindak sebagai host dan moderator. Meski diselenggarakan tengah malam, semangat peserta tetap tinggi mengikuti rangkaian acara. Tidak hanya menjadi ajang ibadah, kegiatan ini juga menjadi ruang pencerahan intelektual dan emosional bagi para mahasiswa.
Jajaran pimpinan Biro Kemahasiswaan UMS turut hadir memberi apresiasi atas konsistensi mahasiswa dalam mengikuti program pembinaan ini. Kepala Bagian Kaderisasi dan Dakwah, Mahasri Shobahiya, menuturkan bahwa Qiyamul Lail merupakan bagian dari rutinitas pembinaan yang bertujuan menanamkan nilai religius, keteladanan, dan spiritualitas Islam yang membawa rahmat bagi semesta.
“Melalui kegiatan ini, kami berharap mahasiswa tidak hanya unggul akademik, tapi juga memiliki fondasi spiritual yang kokoh untuk menjadi pemimpin masa depan,” ujar Mahasri saat memberi sambutan.
Puncak kegiatan diisi tausiyah inspiratif dari Hepy Adityarini, Pembina UKM MEDS UMS. Dengan tema “Resiliensi dalam Perspektif Islam: Menjawab Tantangan Generasi Strawberry”, ia mengupas fenomena lemahnya daya tahan sebagian pemuda masa kini. Hepy menyebut istilah “generasi strawberry” sebagai gambaran anak muda yang tampak menarik, namun mudah rapuh saat menghadapi tekanan.
Baca juga, Dukung Pemerintah tapi Tetap Kritis! Muhammadiyah Tegaskan Sikap Politik di Tengah Dinamika Kebangsaan
Menurutnya, Islam telah lama menyediakan fondasi kuat untuk membangun karakter tangguh. Contohnya tampak dalam perjalanan hidup para nabi, sahabat, serta tokoh sejarah Islam. “Ketahanan dalam Islam tidak hanya diukur dari kekuatan fisik, tapi dari teguhnya hati, kesabaran, dan hubungan yang erat dengan Allah,” jelasnya.

Hepy menekankan pentingnya akidah yang kokoh, ibadah yang terjaga, dan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Ia menilai resiliensi bukan sekadar bertahan dalam tekanan, melainkan juga kemampuan untuk bangkit dan tumbuh dari kesulitan.
“Pemuda Islam harus berani gagal, lalu belajar dan bangkit. Jangan mudah menyerah atau larut dalam kesedihan,” tegasnya.
Qiyamul Lail Series ke-30 bukan sekadar ibadah malam, tetapi juga forum refleksi diri. Para peserta diajak merenungi kembali tujuan hidup, peran sebagai khalifah di bumi, dan pentingnya menjaga semangat menuntut ilmu di jalan Allah SWT.
Melalui pendekatan dakwah yang sejuk dan edukatif, kegiatan ini turut memperkuat semangat moderasi beragama. Islam ditampilkan sebagai sumber solusi atas beragam problematika sosial dan psikologis generasi muda.
Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha