Berita

Bukan Anak Ulama atau Presiden? Menulislah, Agar Namamu Abadi dalam Sejarah!

PWMJATENG.COM, Bogor – Menulis artikel populer bukan sekadar menuangkan ide, melainkan juga cara berdakwah yang bisa menjadi amal jariyah yang berkelanjutan. Hal ini disampaikan Dai Champions Standardisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Dwi Jatmiko, dalam pelatihan daring bertema Dakwah bil Kitabah: Menulis untuk Dakwah Islamiyah, Rabu (23/4/2025).

Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 16.00 hingga 17.30 WIB itu digelar melalui Zoom oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sirojul Falah Bogor. Adapun host acara adalah Misno, dosen sekaligus penulis buku 100++.

“Menulis adalah cara efektif untuk berdakwah kepada masyarakat luas. Bahkan, tulisan bisa menjadi amal jariyah yang terus mengalir pahalanya,” ujar Dwi Jatmiko sambil tersenyum.

Menurut Jatmiko, seseorang tak harus menjadi anak seorang ulama besar, kyai, raja, atau presiden untuk memberi dampak bagi masyarakat. “Kalau kamu bukan anak siapa-siapa, maka menulislah. Itu jalanmu untuk hadir dalam percakapan lintas generasi,” tegasnya.

Ia mencontohkan bagaimana banyak tokoh besar dalam sejarah dikenang bukan karena kekuasaan atau garis keturunan, melainkan karena warisan pemikirannya yang dituangkan dalam tulisan.

“Menulis menjadikan kita tetap hidup, bahkan setelah tubuh tiada. Tulisan yang lahir dari kejujuran dan ketekunan bisa menyentuh hati orang lain, bahkan menyembuhkan luka,” imbuh Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SD Muhammadiyah 1 Solo itu.

Dalam sesi tersebut, Jatmiko juga membagikan beberapa kiat penting dalam menulis artikel populer. Salah satunya adalah menentukan tema yang menarik. Ia menyarankan agar penulis membuat judul yang memikat, menggunakan gaya bahasa yang mudah dipahami, serta menyusun struktur tulisan secara jelas dan teratur.

Baca juga, Hukum Memalsukan Dokumen Resmi dalam Tinjauan Islam

Menurutnya, tulisan akan menjadi lebih hidup jika topik yang diangkat relevan dan memiliki nilai unik.

“Mulailah dengan 7W+1H. Dua W pertama adalah what unique dan what impact. Artinya, apa yang membuat tulisan ini unik dan apa dampaknya bagi pembaca,” jelasnya. Ia kemudian mengaitkan konsep ini dengan Surat Al-Qamar Ayat 53: Wa kullu shaghīrin wa kabīrin mustathar, yang berarti “Dan segala sesuatu yang kecil dan besar tertulis.”

Selain itu, Jatmiko memperkenalkan akronim Adiksimba, yakni: apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana. Ini menjadi panduan dasar dalam menyusun tulisan nonfiksi, termasuk esai, opini, berita, hingga feature.

“Perbedaan utama antara esai dan tulisan lainnya terletak pada gaya penyajian. Esai lebih personal dan reflektif, sementara artikel populer cenderung lebih padat, ringkas, dan langsung kepada tujuan,” paparnya.

Menurutnya, artikel populer bukan untuk kalangan akademik semata. Justru kekuatannya terletak pada kemampuannya menjangkau khalayak luas melalui media massa.

“Gaya bahasanya ringan dan komunikatif. Yang terpenting, pembaca paham pesan yang ingin disampaikan penulis,” pungkas Jatmiko.

Kontributor : Jatmiko
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE