Khazanah Islam

Sholat Sunnah Muakkad dan Keutamaannya dalam Islam

Oleh : Dwi Taufan Hidayat (Penasehat Takmir Mushala Al-Ikhlas Desa Bergas Kidul Kabupaten Semarang, Sekretaris Korps Alumni PW IPM/IRM Jawa Tengah, & Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas Kabupaten Semarang)

PWMJATENG.COM – Dalam ajaran Islam, sholat sunnah memiliki peran penting sebagai ibadah tambahan yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah ﷻ. Di antara sholat sunnah, terdapat sholat sunnah muakkad, yaitu sholat yang sangat ditekankan oleh Rasulullah ﷺ dan jarang beliau tinggalkan. Artikel ini akan membahas berbagai sholat sunnah muakkad beserta dalil dari Al-Qur’an dan hadis, serta beberapa sholat sunnah lainnya yang dianjurkan dalam Islam.

Pengertian Sholat Sunnah Muakkad

Sholat sunnah muakkad adalah ibadah sunnah yang dianjurkan secara kuat oleh Rasulullah ﷺ, baik melalui sabda maupun kebiasaan beliau. Sholat ini memiliki keutamaan besar, di antaranya menjadi penyempurna sholat wajib dan sarana mendekatkan diri kepada Allah.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:

وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَىِ ٱلنَّهَارِ وَزُلَفًۭا مِّنَ ٱلَّيْلِ ۚ إِنَّ ٱلْحَسَنَٰتِ يُذْهِبْنَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّٰكِرِينَ
(QS. Hud: 114)

“Dan dirikanlah sholat pada kedua ujung siang dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu menghapuskan keburukan-keburukan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.”

Dari ayat ini, para ulama menyimpulkan bahwa ibadah sholat, termasuk sholat sunnah, memiliki peran besar dalam menghapus dosa dan meningkatkan ketakwaan.

Sholat Sunnah Muakkad yang Dianjurkan

1. Sholat Sunnah Rawatib

Sholat sunnah rawatib adalah sholat yang mengiringi sholat fardhu, terdiri dari qabliyah (sebelum sholat wajib) dan ba’diyah (setelah sholat wajib). Sholat rawatib yang muakkad meliputi:

  • 2 rakaat sebelum Subuh
  • 2 rakaat sebelum Zuhur dan 2 rakaat setelahnya
  • 2 rakaat setelah Maghrib
  • 2 rakaat setelah Isya

Dalil Hadis:

عَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلَّا بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّة

“Tidaklah seorang hamba Muslim melaksanakan sholat sunnah sebanyak dua belas rakaat dalam sehari semalam, kecuali Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di surga.” (HR. Muslim, no. 728)

2. Sholat Witir

Sholat witir dilakukan sebagai penutup sholat malam dengan jumlah rakaat ganjil, minimal 1 rakaat dan maksimal 11 rakaat.

Dalil Hadis:

إِنَّ اللَّهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ فَأَوْتِرُوا يَا أَهْلَ الْقُرْآنِ
“Sesungguhnya Allah itu witir (Maha Esa) dan menyukai witir, maka lakukanlah sholat witir, wahai ahli Al-Qur’an.” (HR. Abu Dawud, no. 1416; Tirmidzi, no. 453)

Baca juga, Hukum Shalat Arbain, Safar, dan Rawatib bagi Musafir

3. Sholat Tahajjud

Sholat Tahajjud dilakukan setelah tidur di malam hari, minimal 2 rakaat.

Dalil Al-Qur’an:

وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةًۭ لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًۭا مَّحْمُودًۭا
(QS. Al-Isra’: 79)

“Dan pada sebagian malam, lakukanlah sholat Tahajjud sebagai ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”

4. Sholat Dhuha

Sholat Dhuha dilakukan pada pagi hari setelah matahari naik sekitar 15 menit hingga sebelum masuk waktu Zuhur, minimal 2 rakaat.

Dalil Hadis:

يُصْبِحُ عَلَىٰ كُلِّ سُلَامَىٰ مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ … وَيُجْزِئُ مِنْ ذَٰلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ ٱلضُّحَىٰ
“Pada setiap pagi, setiap sendi tubuh kalian memiliki kewajiban sedekah… dan dua rakaat sholat Dhuha mencukupi sebagai sedekah tersebut.” (HR. Muslim, no. 720)

5. Sholat Gerhana (Khusuf dan Kusuf)

Sholat gerhana dilakukan saat terjadi gerhana matahari (kusuf) atau gerhana bulan (khusuf).

Dalil Hadis:

إِنَّ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَصَلُّوا وَٱدْعُوا ٱللَّهَ
“Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena kematian atau kehidupan seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka sholatlah dan berdoalah kepada Allah.” (HR. Bukhari, no. 1044; Muslim, no. 901)

6. Sholat Istisqa’ (Meminta Hujan)

Sholat istisqa’ dilakukan untuk memohon hujan saat terjadi kemarau panjang.

Dalil Hadis:

كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا دَعَا لِلٱسْتِسْقَاءِ، رَفَعَ يَدَيْهِ
“Apabila Nabi ﷺ berdoa meminta hujan (istisqa’), beliau mengangkat kedua tangannya.” (HR. Bukhari, no. 1031)

7. Sholat Idul Fitri dan Idul Adha

Sholat Idul Fitri dilakukan pada 1 Syawal, sedangkan sholat Idul Adha dilakukan pada 10 Dzulhijjah.

Dalil Hadis:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَأْمُرُنَا فِي ٱلْعِيدَيْنِ أَنْ نُخْرِجَ ٱلْعَوَاتِقَ وَٱلْحُيَّضَ
“Rasulullah ﷺ memerintahkan kami untuk keluar melaksanakan sholat Id, termasuk para wanita dan anak-anak.” (HR. Bukhari, no. 324; Muslim, no. 890)

Kesimpulan

Sholat sunnah muakkad memiliki keutamaan besar dan sangat dianjurkan dalam Islam. Semoga kita semua diberi kemudahan dalam mengamalkannya.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE