Refleksi Nisyfu Sya’ban: Dari Ritual Hingga Sosial

Refleksi Nisyfu Sya’ban: Dari Ritual Hingga Sosial
Oleh : Bayu Dwi Cahyono, M.Pd (LPPI UMP, Dosen FAI UMP)
PWMJATENG.COM – Bulan Sya’ban sering kali luput dari perhatian banyak orang, meskipun memiliki keistimewaan tersendiri. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang serba cepat, malam Nisyfu Sya’ban menjadi momen yang patut kita renungkan. Dalam tradisi sebagian umat muslim, malam ini sering dikaitkan dengan pengampunan dan keberkahan, tetapi bagaimana perspektif Muhammadiyah terhadap Nisyfu Sya’ban? Dan lebih jauh lagi, apa hikmah yang bisa kita ambil dalam konteks kehidupan kita saat ini?
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan pemurnian akidah dan kembali pada Al-Qur’an dan Sunnah yang shahih memiliki sikap kritis terhadap berbagai tradisi yang tidak memiliki dasar kuat dalam ajaran Islam. Dalam konteks Nisyfu Sya’ban, Muhammadiyah tidak secara khusus menisbatkan malam ini sebagai malam yang harus diisi dengan ritual ibadah tertentu seperti shalat berjamaah khusus atau doa-doa tertentu yang tidak ada dalilnya secara eksplisit dalam hadits yang shahih. Namun, bukan berarti malam Nisyfu Sya’ban tidak memiliki nilai bagi umat Islam. Dalam pandangan Muhammadiyah, bulan Sya’ban sendiri merupakan bulan yang Rasulullah SAW. banyak berpuasa di dalamnya, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Aisyah r.a., “Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw. berpuasa sebulan penuh selain bulan Ramadan, dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa selain di bulan Sya’ban” (HR. Bukhari dan Muslim). Ini menunjukkan bahwa amalan di bulan Sya’ban, terutama puasa, memiliki dasar yang kuat dan dapat menjadi momentum untuk meningkatkan ketakwaan kita.
Jika kita melihat kondisi umat Islam saat ini, tantangan zaman semakin kompleks. Kita dihadapkan pada era digital yang penuh dengan distraksi, di mana kesibukan dunia sering kali membuat kita lalai dari refleksi spiritual. Malam Nisyfu Sya’ban, dengan segala makna yang terkandung di dalamnya, bisa menjadi kesempatan untuk berhenti sejenak, melakukan introspeksi, dan memperbaiki hubungan kita dengan Allah serta sesama manusia. Momentum muhasabah diri ini dapat kita maknai sebagai waktu untuk menata ulang hati dan niat. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering terjebak dalam rutinitas yang membuat kita lupa akan hakikat kehidupan yang sejati. Kesempatan ini dapat digunakan untuk merenungkan perjalanan hidup, apakah sudah sejalan dengan nilai-nilai Islam atau justru semakin jauh.
Baca juga, PWM Jawa Tengah Ajak Warga Muhammadiyah Semarakkan Ramadan 1446 H!
Menumbuhkan semangat perubahan dalam Islam adalah prinsip utama yang perlu ditekankan. Malam Nisyfu Sya’ban bisa menjadi titik awal bagi seseorang untuk memperbaiki ibadah, meningkatkan kualitas akhlak, dan berkomitmen lebih baik dalam kehidupan sosial. Dalam konteks Muhammadiyah yang mengedepankan gerakan tajdid (pembaharuan), semangat ini bisa diterapkan dalam berbagai aspek, baik dalam pendidikan, dakwah, maupun sosial. Memperkuat kesadaran sosial Islam tidak hanya mengajarkan hubungan vertikal dengan Allah, tetapi juga hubungan horizontal dengan sesama manusia. Di tengah berbagai permasalahan sosial seperti kesenjangan ekonomi, konflik antarumat, dan degradasi moral, spirit Nisyfu Sya’ban bisa dijadikan pengingat untuk memperbanyak amal sosial. Seperti yang sering ditekankan Muhammadiyah, Islam adalah agama yang membawa kemanfaatan bagi banyak orang.
Bagi warga Muhammadiyah, pendekatan dalam mengisi amalan di bulan Sya’ban lebih menekankan kepada amalan yang jelas memiliki dasar dari Nabi saw. Puasa, memperbanyak istighfar dan taubat bukan karena keyakinan bahwa malam ini adalah malam pengampunan tertentu, tetapi sebagai bagian dari kesadaran bahwa manusia selalu membutuhkan rahmat Allah. Selain itu, meningkatkan amal sosial seperti menyantuni fakir miskin, membantu yang membutuhkan, memperkuat ukhuwah Islamiyah, serta memperbaiki niat dan tujuan hidup menjadi bagian dari refleksi untuk semakin mendekat kepada Allah.
Sebagai umat Islam yang hidup di era digital, tantangan kita bukan hanya mempertahankan ibadah tetapi juga memastikan bahwa ibadah tersebut memiliki dampak nyata dalam kehidupan sosial. Mari kita jadikan Nisyfu Sya’ban sebagai pengingat untuk terus bertumbuh dalam keimanan, amal, dan kepedulian terhadap sesama.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha