2695 Hari Menjadi Lurah Muhammadiyah
Oleh : Rumini Zulfikar (Gus Zul)*
PWMJATENG.COM – Sudah sebulan berlalu sejak Musyawarah Ranting Muhammadiyah, momen berharga bagi Gus Zul karena pengabdiannya pada struktur persyarikatan di tingkat paling bawah, yaitu ranting (tingkat desa), telah selesai. Jabatan ketua Ranting dianggap setara dengan pak lurah (Kepala Desa), karena struktur organisasi persyarikatan dari pusat, wilayah, daerah, cabang, hingga ranting memiliki hirarki yang hampir mirip dengan pemerintahan. Yang membedakan adalah bahwa kepala Desa/lurah mendapat gaji pokok, berupa bengkok sawah, sementara untuk Lurah Muhammadiyah, gajinya adalah pahala di akhirat, yaitu mendapatkan keberkahan.
Sejak diamanahi menjadi ketua PRM, Gus Zul mengutip Ayat Al Isra ayat 80 sebagai doa nabi: “Ya Allah, masukkan kami dalam kebenaran yang sebenarnya dan keluarkan kami dalam kebaikan yang sebenarnya serta berikanlah pertolongan dengan kekuasaan-Mu.” Saat itulah, tekad dan doa dalam menjalankan roda persyarikatan diwitness oleh delapan anggota formatur lainnya.
Dinamika dalam Menjalankan Roda Organisasi
Dalam berorganisasi, SDM merupakan faktor penentu keberhasilan, dengan program yang terstruktur, terarah, dan terukur dalam sebuah organisasi da’wah yang bersemangat tajdid untuk mencerahkan dan memperindah umat, masyarakat, bangsa, dan negara. Gus Zul pertama kali bersama pimpinan lainnya menjalin sinergi dan kolaborasi dengan pemerintah Desa, serta Ormas Islam seperti PRNU Troketon. Mereka mengadakan kajian tentang pedoman hidup Islami bagi warga Muhammadiyah, membangun silaturrahim untuk mengurangi konflik dengan penyelesaian yang kekeluargaan, serta melakukan pendekatan agar bangunan AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) yang berdiri di tanah desa memiliki legalitas yang jelas sebagai hak milik persyarikatan.
Selain itu, memberikan masukan kepada pemerintah desa mengenai penyelenggaraan pemerintahan di tingkat desa yang perlu membangun sinergi dengan lembaga lainnya, karena Troketon siap atau tidak, akan bertransformasi dari desa swasembada pangan menjadi desa industri (desa politan), meskipun statusnya masih desa.
Baca juga, Menumbuhkan Sikap Tawadhu untuk Mendapat Rahmat
Namun, dalam menjalankan roda organisasi, kadang harapan belum terwujud karena faktor yang bersangkutan kurang memahami tugas pokok jabatannya atau fokus pada gerakan lain yang diutamakan secara organisasional di tingkat ortom.
Di penghujung periode, Gus Zul melakukan pendekatan dengan silaturrahim kepada tokoh-tokoh Muhammadiyah untuk mendapatkan saran dan gambaran perjalanan organisasi selama satu periode, serta meminta penilaian objektif terhadap kinerjanya.
Sebagai tanggung jawab periode mendatang, Gus Zul menuangkan pemikirannya dalam bentuk Pidato Iftitah ketua PRM, yang mungkin merupakan sejarah baru dalam periode ini, dan dimuat di media PWM Jateng Com dengan judul “Mengakar, Mengembang, dan Memajukan”, dengan harapan bahwa dakwah di tingkat akar rumput yang dibangun memiliki frekuensi, tekad, wawasan, dan sikap yang luwes.
Semoga periode mendatang lebih baik dan maju serta saling asah, asuh, dan asih dalam bermuhammadiyah, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
*Penasehat PRM Troketon, Anggota Bidang Syiar MPM PDM Klaten, Anggota Majelis MPI & HAM PCM Pedan.
Editor : M Taufiq Ulinuha