Berita

Ustadz Sukriyanto : Melihat Sejarah Berdirinya Muhammadiyah Tidak Hanya di Tahun 1912

PWMJATENG.COM, KENDAL –  Bahwa sejarah berdirinya Muhammadiyah tidak bisa kita lihat hanya di tahun  1912, tetapi sejak KH. Akhmad Dahlan bergerak berdakwah dan sebagainya. Sejak 1870 an di Yogyakarta ada di bangun 17 pabrik gula. Semua pimpinan pabrik gula adalah mereka yang berkulit putih, dari negoro londo, agamanya kalau tidak Katolik, Protestan. Meraka para pimpinan pabrik mendapat fasilitas rumah yang bagus, poliklinik yang baik, sekolah untuk anak – anaknya, tempat ibadah, gereja dan juga lapangan olahraga. Mereka juga dibantu oleh rokhaniawan – rokhaniawan dari agama Kristen, Katolik.

Hal itu dikatakan ketua Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) PP Muhammadiyah, Drs. H. Sukriyanto, AR, M. Hum dalam acara Hari Bermuhammadiyah (HBM) putaran ke -7 PD Muhammadiyah Kendal Ahad (10/3) di Pondok Modern Darul Arqam 1 Muhammadiyah Patean.

Di hadapan ribuan jamaah pengajian,lebih lanjut beliau menjelaskan, tugas utama para rokhianawan itu mestinya membimbing para pimpinan pabrik itu agar keagamaan mereka baik, tetapi tugas kerokhaniawan mereka melampoi batas.

“ Mereka ternyata melakukan pembinaan dengan cara – cara agama Kristen, Katolik kepada para buruh pabrik gula yang kebanyakan orang pribumi, sampai terjadi perpindahan agama“ ungkap Ustadz Sukriyanto.

Lebih lanjut beliau menyampaikan, tragedi pemurtadan itu sampai di telinga Sultan Hamengku Buwono ke 7yang membuatnya resah, “

“ Penduduk pribumi agamane kok maleh, podo murtad. Kejadian itu disampaikan kepada Akhmad Dahlan “.

Ada kekhawatiran bagi Sultan, kalau agama orang – orang pribumi, waktu itu beralih menjadi Kristen, Katolik. Dan Akhamd Dahlan diperintah oleh Sultan untuk pergi ibadah haji tahun 1902 dan berpesan kepada beliau.

“ Pergilah kamu ke Makkah, konsultasi, belajar dan tanya kepada ulama’-ulama’ di sana, bagaimana cara mengatasi permurtadan ini tanpa menimbulkan kegaduhan “ pinta Sultan.

Dikatakan, di Makkah tidak sebatas menunaikan ibadah haji, selama satu setengah tahun KH. Akhmad Dahlan bertemu dan belajar tentang ilmu pengetahuan dan ilmu agama kepada para ulama – ulama Indonesia yang kebetulan sedang berada di Makkah, dan belajar kepada syeh Rasyid Ridho, dan Muhammad Abduh.

“ Salah satu yang dibawa oleh KH. Akhmad Dahlan sepulang dari Makkah adalah buku Tafsir  Juzz Amma, yang didalamnya terdapat Tafsir Suar Wal Asri “ kata Sukriyanto.

Diungkapkan, tafsir surat Al Asr menurut Muhammad Abdul yang mengutip pendapat Imam Syafi’i, memiliki kandungkan maksud yang luar biasa.

“ Seandainya Allah tidak menurunkan surat – surat lain kecuali (surat) Wal Asri sudah cukup “

Bagi KH. Akhmad Dahlanmempelajari dan merenungkan Surat Wal Asri, tentang waktu yang memiliki kandungan maksud dan makna kedepan, bukan ke belakang.

“ Waktu sangat penting dan waktu tidak pernah berjalan mundur, tetapi ke depan, sekarang, besok, lusa, dan seterusnya. Maka Muhammadiyah menginginkan Islam berkemajuan yang sekarang, masa depan, dan seterusnya tetap berkemajuan. Menatap masa depan dengan kemajuan juga “ tegas Sukriyanto.

Koordinator HBM, Ustadz H. Iskhaq menyampaikan kata maaf jika ada sebagian besar tidak mendapat tempat duduk, karena jumlah jamaah diluar dugaan.

“ Kami mohon maaf, apabila diantara para anggota jamaah tidak kebagian tempat duduk maupun sneak. Kami sudah menyediakan sesuai kemampuan, yaitu sekitar 2500, tetapi masih belum cukup. “ ujarnya.

Sementara ketua PDM Kendal, KH. Muslim merasa yakin kalau setiap anggota jamaah pasti membawa uang.

“ Infaqkan sebagian uang kalian. Jika mau ke WC saja harus bayar 2 ribu, untuk infaq mestinya harus lebih “ ujarnya disambut gerr jamaah. (Tim liputan MPI Kendal)

 

 

 

Aji Rustam

Jurnalis MPI PWM Jateng, Wartawan Seniour TribunJateng

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi melalui email.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE