Pandangan Hidup Islam sebagai Dasar Mencintai Lingkungan: Sebuah Ulasan Mendalam
PWMJATENG.COM, Semarang – Buku yang berjudul “Pandangan Hidup Islam Sebagai Dasar Mencintai Lingkungan” mencoba menggali kembali hubungan antara manusia dan alam dengan menitikberatkan pada perspektif Islam. Dalam buku ini melibatkan berbagai goresan pena tokoh-tokoh dari berbagai latar belakang seperti Alvin Qodri Lazuardy (Guru Pesantren Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kab. Tegal), Arsy Sekar Kemuning & Naurah Hasna Nadhifah adalah anak didik Alvin di Pesantren. Kemudian, Rahmat Ardi Nur Rifa’i penulis prolog Alumni Magister Aqidah dan Filsafat Islam UNIDA GONTOR, sebagai penulis epilog Muhammad Hasnan Nahar seorang Dosen Ilmu Hadits Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, memberikan kontribusi mendalam terhadap pemahaman pandangan hidup Islam terkait dengan alam.
Salah satu aspek yang ditekankan dalam buku ini adalah konsep manusia sebagai kholifah atau mufsid, yang menjadikan manusia sebagai pemimpin atau pengelola yang bertanggung jawab terhadap keberlanjutan alam. Pemikiran ini digali lebih dalam dengan mengulas keterkaitan pendidikan Islam dengan pelestarian lingkungan. Alvin Qodri Lazuardy, sebagai seorang guru di Pesantren Muhammadiyah Ahmad Dahlan, memberikan wawasan dasar terkait prinsip-prinsip pandangan hidup Islam. Naurah menjelaskan dalam aspek pendidikan Islam dalam membentuk pemahaman dan perilaku manusia mencintai lingkungan hidup dan Arsy merumuskan semua langkah yang disebutkan dalam buku dengan “Ihsan Kepada Lingkungan”.
Alvin Qodri menjelaskan hal berkaitan dengan Pandangan Hidup Islam sebagai berikut; Kesepaduan akidah, syariat, dan akhlak jika diakumulasi dan ditanamkan dalam diri, akan membentuk bangunan kokoh dengan fondasi awalnya kesaksian diri Syahadah akan keesaan Tuhan (Tauhid). Kemudian membentuk gugusan keyakinan asasi di dalam hati, pikiran, dan perasaan seorang muslim. Selanjutnya, keyakinan asasi tersebut bersifat sangat operasional untuk kehidupan karena ditopang oleh akal secara kreatif menempel sifat arsitektonik. Lebih dalam lagi, keyakinan asasi yang rasional tersebut menjadi cara pandang (worldview) untuk memproyeksikan realitas wujud di alam ini (syahadah dan ghoibah). Dalam tahapan puncak, pada gilirannya berubah menjadi perilaku personal bersifat sosial-ilmiyahteknologis dan puncaknya menjelma menjadi sistem kehidupan (minhajul hayah). Hal inilah boleh dikatakan sebagai pandangan hidup Islam The Worldview of Islam yang patut dan layak dijadikan pandangan hidup. (hal.7)
Baca juga, ITESA Muhammadiyah Semarang Gandeng Perusahaan Jepang, Peluang Pendidikan dan Karir Terbuka Lebar!
Naurah Hasnah mengambil andil menguraikan pengertian dan tujuan pendidikan Islam, Ia menjelaskan Pendidikan adalah dasar atau komponen penting sebagai sarana untuk pemberdayaan manusia. Dari pendidikan itulah manusia terbekali dengan apa yang mereka ingin dan akan mereka sampaikan kepada sesuatu. Kolaborasi antara pendidikan dengan Islam adalah suatu kesatuan yang sangat cocok. Apabila pendidikan Islam diimplementasikan pada kehidupan sehari-hari, seperti mencintai lingkungan pastinya akan mengantarkan untuk meraih keridaan-Nya yang nyata. (hal. 48). Manusia sebagai khalifah fi al-ard mengerjakan tugas utamanya, yaitu menjaga, memberdayakan, dan meningkatkan daya dukung ekosistem sebagaimana yang telah rasul ajarkan. Dimulai dari hal yang paling kecil, seperti tidak boros dalam penggunaan air saat berwudu, tidak menebangi pohon sembarangan, dan lain-lain. Jadi, akan terwujud lingkungan yang diinginkan dan yang diridai oleh Allah Swt. Dari sinilah akan terwujud keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam semesta. (hal.49-50)
Arsy Sekar, menguraikan landasan Ihsan sebagai dasar mencintai lingkungan, dalam urainnya ia menjelaskan Ihsan merupakan wujud kesalehan tertinggi, maka manfaat berperilaku ihsan kepada masyarakat luas yang dilakukan oleh seseorang tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat itu saja, tetapi juga bermanfaat bagi orang tersebut. Allah berfirman, “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri…” (Q.S. Al- Isra 17:7).
Baca juga, Menciptakan Ekosistem Muhammadiyah (2)
Salah satu wujud ihsan terhadap lingkungan yang telah diajarkan dalam Al- Qur’an terdapat pada surah Al-Qasas ayat 77 yang artinya, “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” Pada penghujung ayat tersebut, Hamka menafsirkan, Allah telah menyatakan bahwa Dia tidak menyukai orang yang suka merusak di muka bumi, maka balasan Allah pasti datang, 53 Ibn Qayyim, Zad al-Ma’ad fi Hadyi Khair al- ‘Ibad, (Beirut: Muassasah ar Risalah, 1994), jilid 2, hlm. 24 57 cepat ataupun lambat kepada orang yang demikian. Jika hukuman Allah datang, seorang pun tidak ada yang mempunyai kekuatan dan daya upaya untuk menangkisnya.(hal. 56-57)
Lebih jauh, buku ini mempertimbangkan dua konsep utama, yaitu tujuan pendidikan Islam dan Ihsan terhadap lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa buku tersebut tidak hanya mengajak pada pemahaman teoritis, tetapi juga mendorong pembaca untuk merenungkan bagaimana prinsip-prinsip Islam dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga keberlanjutan lingkungan.
Prolog oleh Rahmat Ardi Nur Rifa’i, yang memberikan pendekatan filosofis terhadap permasalahan lingkungan, dan epilog oleh Muhammad Hasnan Nahar, yang membahas relasi manusia dan alam dari perspektif hadis, menambahkan dimensi filosofis dan keagamaan pada diskusi. Ini menunjukkan pendekatan multidisiplin dalam menggali isu lingkungan dari berbagai sudut pandang.
Dalam prolognya Rahmat menjelaskan; Kehadiran buku dari saudara Alvin Qodri Lazuardy beserta dua peserta didiknya—Naurah Hasan Nadzifah dan Arsy Sekar Kemuning—ini merupakan bagian kecil dari pemenuhan fungsi dan tugas sebagai khalifah di bumi. Mereka berupaya untuk menjelaskan kembali apa yang seharusnya dilakukan oleh makhluk ciptaan Allah SWT. di bumi ini. Tulisan-tulisan yang begitu dalam dan luas akan referensi menandakan keseriusan dalam melaksanakan tugasnya. Perhatiannya dalam bentuk jihad bil kitabah tanda kesungguhan dalam mengemban amanah sebagaimana yang termaktub dalam surat al-Baqarah [30].
Baca juga, Muhammadiyah dan Potret Keindonesiaan
Tema-tema yang diangkat tentang pendidikan Islam dan lingkungan mengasah akal kita untuk lebih bijak dalam menjalankan tanggungjawab suci. Buku yang diberi nama “Pandangan Hidup Islam Sebagai Dasar Mencintai Lingkungan” memandu kita untuk berfikir secara benar dalam memakmurkan alam. Karena semenjak hadirnya revolusi industri yang semakin berkembang pesat memberikan dampak besar terhadap hilangnya keseimbangan. Terjadinya longsor, banjir dan gempa selain memang atas kehendak Tuhan ada kaitannya dengan ketidakadilan manusia dalam memanfaatkan ciptaan-Nya. Permasalahan pokok dari kejadian tersebut sebagaimana yang diangkat oleh penulis buku ini adalah kurangnya pemaknaan diri (konsep manusia) sehingga jauh dari fitrah ilahi. Apa sebenarnya fungsi dan tugas manusia di bumi. Jangan sampai apa yang kita lakukan sekarang menjadi beban generasi setelah kita. Sehingga bukannya menjadi kholifatul ardhi (pemimpin bumi) malah menjadi mufsidulardhi (perusak bumi) (hal. xi-xii).
Testimoni dari aktivis lingkungan, David Efendi, memberikan dukungan pada keberhasilan buku ini dalam menunjukkan keterkaitan ajaran Islam dengan isu lingkungan. Daya pandu sistematis yang diakui oleh Efendi menegaskan bahwa buku ini tidak hanya memiliki nilai teoretis, tetapi juga memberikan arahan praktis yang dapat diterapkan oleh berbagai kalangan, dari guru hingga aktivis lingkungan. Dalam statementnya Ia berkata; Buku yang perlu dirayakan bersama karena ini punya daya pandu yang sistematis. Ajakan pada pembelaan atas lingkungan sebagai misi qurani dan visi profetik. Penulis berhasil menunjukkan derajat kompatibilitas dan autentisitas ajaran Islam pada kewajiban ekologis. Risalah dalam buku perlu dipedomani oleh guru, aktifis, mubaligh dan mubalighat Muhammadiyah yang gandrung pada persoalan sains, islam, dan lingkungan hidup. Ujar David Aktifis Lingkungan Kader Hijau Muhammadiyah. (Testimoni, Cover Belakang).
Buku ini memiliki spesifikasi fisik yang standar dengan ISBN 978-623-183-3, ukuran 14,8×21 cm, dan halaman sebanyak xvi+70. Harganya yang asli adalah 45.000,-, namun melalui pre-order, dapat diperoleh dengan harga 38.500,-. (Sampai tanggal 12 Desember 2023) Pemesanan dapat dilakukan melalui kontak 085848975198 pada penerbit Jejak Pustaka.
Dengan demikian, buku ini tidak hanya menjadi panduan ekologis. Tetapi juga menjadi sumber pemikiran mendalam yang dapat menggugah refleksi mengenai konsep diri dan fungsi manusia di bumi. Sebagai karya multidisiplin, buku ini mungkin menjadi rujukan utama bagi mereka yang ingin mendalami isu lingkungan dengan pendekatan Islam.
Editor : M Taufiq Ulinuha