BeritaSastra

Nikahi Aku dengan Al-Qur’an

Nikahi Aku dengan Al-Qur’an

Oleh : Abi Ramadhan As-Samarani

Bagian 2
Mencari Guru Mengaji

PWMJATENG.COM – Yadi berjalan gontai saat keluar dari rumah Icha. Segera ia menstarter motor sportnya dan dengan segera suara nyaring memenuhi jalan depan rumah Icha. Beragam pikiran membanjiri benaknya yang membuat akal sehatnya terasa buntu. Ia bahkan tidak tahu apakah dirinya benar-benar punya akal sehat mengingat selama ini bukan itu yang ia butuhkan untuk eksis. Kekayaan dan kedudukan orang tuanya cukup untuk membuatnya punya tempat di pergaulan sebaya, bahkan ia bisa berlagak seperti tuan kecil. Tapi di hadapan Icha, Aduhai ke mana perginya semua kebanggaan itu.

Biasanya jika sedang mengalami masalah, Yadi memilih untuk kongkow bersama gengnya atau kebut-kebutan di jalan. Tapi, persyaratan Icha tampaknya sulit dihilangkan dengan kongkow atau dengan bantuan geng motornya. Yadi tahu, semua teman geng motornya seperti dia: tidak bisa mengaji, belum bekerja, dan hanya bisa kebut-kebutan, touring, dan kongkow.

Saat berbelok, hampir saja Yadi bersenggolan dengan motor lain. “Hei, di mana matamu kau taruh!” Seru seorang pemuda yang melintas dengan motor dengan mata melotot. Yadi terkejut, namun ia hanya menatap pemuda itu. Normalnya, jika ada yang berkata keras demikian di hadapannya, tidak segan Yadi memaki atau memukulnya. Tapi, saat ini ia tidak berselera untuk menanggapi. Lagi pula, si pemuda terus melaju dan tidak berhenti. Yadi terus menggeber CBR 250-nya yang gagah. Saat ke rumah Icha tadi ia memilih untuk memarkirkan motornya di pinggir jalan depan gerbang halaman rumah Icha karena tidak ingin tampak ‘sok’ di hadapan Icha.

“Randi…Randi…!” Seru Yadi saat tiba di depan rumah temannya. “Randi, bisakah kau keluar sebentar?” Yadi berhenti dan mematikan sepeda motornya.

“Oii, Yad. Bentar!” Terdengar suara dari dalam rumah lalu diikuti dengan pintu terbuka. Segera, sosok yang dipanggil Randi keluar dan menghampiri Yadi.

“Ada apa, Yad, tumben kau mampir ke rumahku?! Aku kira kamu sudah lupa denganku karena teman-teman gengmu itu. Ayo, duduk ke teras gih!” Ajak Randi.

Yadi mengikuti kata Randi dan keduanya menuju teras rumah Randi.

“Gini, Ran.” Belum sampai duduk sempurna, Yadi sudah memulai pembicaraan. “Tahukah kami di mana ada Ustadh yang bisa mengajari baca Al Quran dengan cepat?” Kat Yadi dengan nada agak ragu.

Baca juga, Nikahi Aku dengan Al-Qur’an

“Haah, Ustadh?! Seru Rendi. “Sejak kapan kau berurusan dengan Ustadh? Apa kamu kesurupan dan perlu diruqyah?” Tanya Rendi penuh heran dan agak mengolok.

Benar juga kekhawatiran Yadi, pasti Si Randi akan menertawakannya. “Payah nih anak!” Batin Yadi. Tetapi karena butuh, Yadi membalas dengan nada meminta tolong. “Jangan gitu, Bro. Kau tau kan, aku ini malas berurusan dengan Ustadh. Tapi sekarang ini, nih, aku benar-benar butuh Ustadh mengaji.”

“Pasti ada yang salah nih denganmu, Bro! Tapi okelah! Katakan untuk apa kau mencari Ustadh?” Tanya Rendi.

“Untuk melamar gadis!” Jawab Yadi singkat. Ia sudah bersiap untuk menerima bulian dari Rendi.

“Haaa. Ustadh untuk melamar gadis? Kamu mau menikah segera, Bro? Apa aku gak salah dengar, nih! Sebentar..sebentar..kamu mencari Ustadh untuk melamar atau menjadi juru doa?” Randi masih bingung denga napa yang diinginkan oleh Yadi.

Yadi terpaksa menceritakan apa yang sedang ia alami. Tentang keinginannya untuk melamar Icha dan persyaratan yang Icha berikan. Rendi mendengarkan memperbaiki dengan seksama sambil memperbaiki tempat duduknya.

“Baiklah Yadi. Kamu hendak menikah! Ingin mengaji! Sungguh, aku kagum dengan semua itu!” Goda Randi pada Yudi. “Sebagai teman, aku siap untuk membantumu.”

Yudi pun bersungut dengan tingkah Randi yang tampak menertawakannya, meski hal demikian sudah ia duga akan terjadi. Namun ia lega, Randi punya Solusi atas masalah yang ia hadapi.

“Sudahlah Bro, serius nih! Jangan main-main dengan urusan ini!”

“Baiklah, Bro. Jadi apa yang bisa aku bantu?” Rendi menyudahi olokannya.

“Kau tahu kan, Bro. Aku lagi bucin nih sama Icha?”

“Haah, Icha adik kelas kita dulu, Bro? Anak itu yang kamu taksir?”

Baca juga, Muhammadiyah: Iduladha 2024 Jatuh pada 17 Juni

“Iya, Icha yang itu!” Angguk Yadi. “Gak tahu kenapa aku tidak bisa menghilangkan bayang-bayangnya. Aku sudah berulang kali memintanya untuk menerimaku, tapi ia selalu menolak. Gak tahu bagaimana ia tadi ia bersedia menerima dengan syarat, Bro. Syaratnya, ia minta mahar bacaan Alquran 30 juz, ijab kabul dengan bahasa Arab, dan pernikahan yang sederhana. Gila, nggak!?”

“Hahahaha…”, tawa Randi pun pecah. Tapi segera ia berhenti begitu melihat mata Yadi yang melotot. “Oke, saya kira itu bagus, Bro. Tampaknya Icha ini tipe yang salehah. Malah kebenaran dong, gak perlu susah-susah cari mahar yang mahal!”. Randi menjawab sambil menahan geli.

“Bagus mukamu, tuh! Sejak kapan aku bisa baca Alquran! Itulah mengapa aku kesini! Dari sohib-sohibku, hanya kau yang kutahu bisa mengaji. Jadi, kamulah yang aku minta bantuan untuk mencarikan aku Ustadh. Kecuali kau sendiri yang ajarin aku Rend! Yadi berkata dengan sungguh-sungguh dan dengan nada agak memelas.

“Aku, jadi Ustdah…! Enggak lah Bro. Kemampuan mengajiku di bawah standar. Hmmm, begini saja, Bro. Tidak mungkin aku mengajarimu, bacaan Alquranku tidak bisa dibilang baik. Tetapi jika kamu mencari Ustadh, bolehlah aku akan membantumu.”

“Ustadh siapa, Bro?” Sela Yudi dengan cepat dan penuh semangat.

“Aku kenal Ustadh yang biasa mengajar ngaji anak-anak, Bro. Kali saja dia mau mengajarimu. Tetapi tentu aku harus menanyakan dahulu langsung kepada beliau. Dahulu adikku pernah belajar mengaji kepada beliau. Saya hubungi dulu beliau yach. Jika bersedia, aku kabari kamu.”

“Okeee…! Terima kasih banyak, Sob! Tidak salah aku datang ke rumahmu.” Seru Yadi sambil menyalami Randi. “Aku tunggu kabar darimu, Oke?” Randi membalas dengan anggukan kepada.

Tanpa banyak basa basi, Yadi meninggalkan Randi. Sa starter CBR-nya dan melaju pulang. Meski belum yakin apa ia bisa memenuhi syarat Icha, setidaknya ia punya harapan. Itu sudah cukup bagi Yadi untuk menyongsong masa depannya. Harapan itu pula yang membuatnya lega dan sekaligus bersemangat. Sesampai di rumah, Yadi langsung masuk kamar dan tertidur pulas. (Bersambung)

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE