Menata Pikiran dan Gerakan dengan Membaca: Membangun Kader Muhammadiyah yang Bermutu
Oleh : Alvin Qodri Lazuardy, M.Pd.*
PWMJATENG.COM – Sebagai garda terdepan persyarikatan Muhammadiyah, seorang kader tidak hanya diharapkan menjadi penjaga keutuhan nilai-nilai Islam, tetapi juga menjadi representasi yang hidup dari semangat Muhammadiyah itu sendiri. Menjadi seorang kader Muhammadiyah adalah panggilan yang membutuhkan pemahaman mendalam terhadap esensi pergerakan ini. Melalui membaca, seorang kader menjelajahi dunia pemikiran dan gerakan Muhammadiyah, membangun landasan kuat bagi pengabdian dan perjuangan.
Esensi Utama Seorang Kader Muhammadiyah
Seorang kader Muhammadiyah adalah individu yang terpilih, yang lahir tidak hanya secara biologis, tetapi juga secara organisatoris, sosiologis, dan kultural. Mereka adalah manifestasi dari ketidaksukaan terhadap ketidakadilan, menjadi penjaga api pergerakan Muhammadiyah. Dengan Nomor Baku Muhammadiyah (NBM) sebagai identitas formal, mereka adalah ujung tombak dalam menerjemahkan nilai-nilai pergerakan ini ke dalam tindakan nyata.
Alam Pikiran Seorang Kader
Pemahaman Islam sebagai pandangan hidup adalah landasan bagi seorang kader Muhammadiyah. Mereka tidak hanya memahami Islam sebagai sebuah agama, tetapi juga sebagai cara hidup yang komprehensif. Muhammadiyah menjadi panduan dalam memahami Islam, memberikan mereka arah dan tujuan yang jelas dalam hidup. Dengan berpikiran luas, mereka mampu menjaga perbedaan tanpa membenci, memperlihatkan adaptasi yang diperlukan dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.
Gerakan Seorang Kader
Gerakan seorang kader Muhammadiyah adalah gerakan yang didasari oleh ilmu dan panduan yang jelas. Mereka tidak hanya bergerak tanpa arah, tetapi dengan tujuan yang terstruktur dan terarah. Gerakan ini dilakukan secara berkelompok, mengikuti prinsip gerakan bil Jam’ah, yang mengutamakan kebersamaan dalam menjalankan tugas-tugasnya. Setiap gerakan yang dilakukan diarahkan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat dan umat.
Kemampuan Literasi Seorang Kader
Literasi menjadi aspek penting dalam membentuk kualitas seorang kader Muhammadiyah. Kemampuan membaca tidak hanya terbatas pada membaca Al-Qur’an, tetapi juga membaca buku dan literatur Muhammadiyah. Mereka tidak hanya konsumen, tetapi juga produsen ilmu, mampu menuliskan pemikiran dan pengetahuannya untuk disebarluaskan kepada orang lain. Buku-buku rujukan seperti AD ART Muhammadiyah, MKCHM, PHIWM, HPT, dan AD ART setiap Ortom menjadi sumber utama pengetahuan bagi mereka.
Menata Pikiran dan Gerakan dengan Membaca
Membaca bukan hanya sekadar kegiatan, tetapi sebuah praktik spiritual bagi seorang kader Muhammadiyah. Melalui membaca, mereka mengasah pemikiran dan mengisi gerakan dengan ilmu dan kearifan. Membaca adalah kunci dalam menata pikiran dan gerakan, membangun kader-kader Muhammadiyah yang berkualitas, yang siap menghadapi tantangan dan membawa perubahan yang positif bagi masyarakat dan umat.
* Kepala SMP ATTIN UMP, Pengasuh PPM. AT TIN UMP
Editor : M Taufiq Ulinuha