Khutbah Jumat: Perbedaan dalam Pandangan Keagamaan Agar Tidak Menjadi Perpecahan
Khutbah Jumat: Perbedaan dalam Pandangan Keagamaan Agar Tidak Menjadi Perpecahan
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan kita kesempatan untuk berkumpul di tempat ibadah pada hari yang penuh berkah ini. Selawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Saw., keluarga, dan sahabatnya yang mulia.
Saudara-saudara yang dirahmati Allah,
Perbedaan pandangan dalam keagamaan adalah sesuatu yang lumrah terjadi di tengah-tengah masyarakat yang majemuk. Namun, bagaimana kita mengelola perbedaan tersebut dapat menjadi faktor yang menentukan apakah perbedaan tersebut akan menjadi sumber kedamaian atau justru sumber perpecahan.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hujurat [49:13]:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Baca juga, Khutbah Idulfitri: Bijak Membelanjakan Harta
Dari ayat ini, kita diberikan pemahaman bahwa perbedaan antar suku, bangsa, dan agama adalah suatu ketetapan Allah yang wajar adanya. Namun, tujuan dari perbedaan tersebut adalah agar kita saling mengenal satu sama lain, bukan untuk memunculkan permusuhan atau perpecahan.
Rasulullah Saw. juga mengajarkan tentang pentingnya menghormati perbedaan dalam pandangan keagamaan. Dalam hadis riwayat Abu Dawud, Rasulullah Saw. bersabda:
“مَا مِنَ النَّبِيِّيْنَ نَبِيٌّ إِلَّا وَقَدْ أُعْطِيَ مِنَ الْمَعْرِفَةِ وَإِنَّمَا كَانَتْ الْمَعْرِفَةُ إِذَا كَانَ نَبِيٌّ قَبْلَكُمْ فَأُمِرْتُ أَنْ أَخْشَى اللَّهَ وَأَنْ أُوْثِقَ عَنْ رَأْيِكُمْ أَحَدًا فَإِذَا رَأَيْتُمُونِي عَلَى شَيْءٍ مِنْ دِينِكُمْ فَأَقِيمُوهُ وَإِذَا رَأَيْتُمُونِي عَلَى شَيْءٍ غَيْرِهِ فَلَكُمْ أَنْ تَسْتَحِيُّوا مِنَّي”
Artinya: “Tidak ada nabi pun, melainkan dia diberikan pemahaman (dalam agama) dan sungguh telah diberikan pemahaman sejak dari Nabi yang sebelumku. Maka aku diperintahkan untuk takwa kepada Allah dan aku diberi kelonggaran dalam urusan agama kalian. Apabila kalian melihatku dalam suatu perkara dari agama kalian, maka jalankanlah. Namun, apabila kalian melihatku dalam suatu perkara yang lain, maka kalian tidak boleh mendapatkan kelonggaran dariku.”
Dari hadis ini, kita belajar bahwa Rasulullah Saw. menghormati perbedaan pandangan keagamaan, namun juga mengajarkan pentingnya berpegang teguh pada keyakinan masing-masing tanpa merasa superior atau menghakimi yang lain.
Saudara-saudara yang dirahmati Allah,
Dalam menjaga kedamaian dan persatuan umat, mari kita mengambil pelajaran dari ajaran Islam tentang menghormati perbedaan pandangan keagamaan. Kita tidak harus selalu sepakat dalam segala hal, namun kita harus selalu bersikap saling menghormati, toleran, dan menjaga persaudaraan dalam bingkai rahmat dan kasih sayang.
Mari kita tinggalkan sikap-sikap prejudis, stereotip, dan diskriminasi, serta berupaya memahami dan menghargai perbedaan sebagai bagian dari kekayaan bermasyarakat yang majemuk. Dengan demikian, perbedaan pandangan keagamaan tidak akan menjadi sumber perpecahan, melainkan justru akan memperkuat persatuan dan kesatuan umat.
اَللّٰهُمَّ اهْدِنَا فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنَا فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنَا فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لَنَا فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنَا وَاصْرِفْ عَنَّا شَرَّ مَا قَضَيْتَ، إِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، إِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ يَاذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ.
Semoga Allah Swt. senantiasa memberikan petunjuk kepada kita dalam mengelola perbedaan pandangan keagamaan agar tidak menimbulkan perpecahan di antara umat. Amin.
Editor : M Taufiq Ulinuha