Editorial

Keadaban Digital (II)

Oleh: Ikhwanushoffa*

Beri Alternatif Bukan Konfrontatif

Hiruk-pikuk berbahasa di media digital telah disesaki pro vis a vis kontra, seakan seisi semesta hanya dua kubu. Umat pembaca menjadi penat. Seakan yang tidak dalam dua kubu itu berada dalam dunia lain. Akibat tanpa tatap muka secara lahir, maka emosi mudah tergerak untuk nge-blok dengan miskin unggah-ungguh.

Tantangan bagi para cerdik cendekia untuk selalu menghadirkan oase dalam sahara peperangan tersebut. Walau dianggap sepi namun itu maha penting. Seperti kasus terorisme di Surabaya beberapa tahun yang lalu, saya sungguh bersorak gembira ketika rekan-rekan Lazismu Kota Surabaya bersama Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) di sana bergerak di luar blok pro-kontra itu. Mereka hadir ke para korban untuk memberikan support, menjalin silaturahim, dan beberapa bantuan.

Tak lupa mereka juga bersilaturahim ke FKUB untuk membincang kerukunan umat yang lebih berkemajuan. Membela teroris tentu tidak benar, namun sekedar mengutuk juga menguntungkan teroris. Karena terorisme akan terpupuk dan menyubur oleh pro-kontra yang tajam. Maka sekali lagi, mari hadirkan alternasi bukan konfrontasi.

Hoax Versus Literasi

Cara yang paling efektif melawan kabar tak jelas adalah kecerdasan literasi. Tak ada yang lain. Kecerdasan untuk membaca. Kecerdasan melihat isi tulisan.

Layaknya pedagang, para pembuat hoax akan menjajakan tulisannya dengan bumbu-bumbu yang bombastis, kadang hiperbola, mengaduk emosi, bahkan tega mengatasnamakan tokoh tertentu dan seterusnya. Maka pembaca harus cukup tenang supaya tidak terpancing untuk segera menanggapi atau share.

Baca juga, Keadaban Digital (I)

Dipastikan, apakah tulisannya logis?! Sanadnya logis?! Tulisannya terstruktur/sistematis?! Standar dasar memahami logika seperti silogisme, mana premis mayor, minor dan konklusi apa konsisten?! Tulisan induksi atau deduksi?! Dan seterusnya. Pun, sebenar apapun info, pembaca cerdas tetap harus memperhatikan dampak hasil share atau tanggapannya.

Pantas disayangkan bila kini mulai jarang ada pelatihan jurnalistik, karena jurnalistik harus tahu cara membaca yang benar terlebih dahulu. Lebih menyedihkan lagi dengan hilangnya pelajaran mengarang di sekolah dasar. Makin masuk dunia digital, makin terasa kenapa ayat pertama adalah Iqra’. Wallaahu a’lam.

*Manajer Area Lazismu PWM Jawa Tengah

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE