Dakwah Muhammadiyah dalam Kemanusiaan Global Menurut Prof. Hilman Latief, M.A.,Ph.D.
PWMJATENG.COM, Surakarta – Mantan Direktur Lazismu PP Muhammadiyah yang sekarang menjabat sebagai Dirjen Haji Kemenag, Prof. Hilman Latief, M.A., Ph.D. turut hadir menjadi pembicara Seminar Pra Muktamar yang mengambil tema “Internasionalisasi Gerakan Muammadiyah” (29/5). Seminar ini sendiri diselenggarakan di Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS yang esok pada tanggal 18-20 November 2022 akan menjadi venue Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke 48.
Dalam pemaparannya, Prof. Hilman Latief berbicara tentang Dakwah Muhammadiyah dan Kemanusiaan Global. Menurutnya terdapat paling tidak tiga dasar pemikiran dari tema ini. Pertama, Muhammadiyah sebagai gerakan ‘tajdid’ dan ‘ijtihad’ senantiasa diharapkan menawarkan gagasan-gagasan baru dalam menjawab tantangan global, termasuk masalah krisis kemanusiaan. Kedua, krisis kemanusiaan terjadi di berbagai belahan dunia yang diakibatkan oleh fenomena alam (natural calamities) maupun ulah manusia (man-made disasters). Ketiga, bentuk-bentuk krisis kemanusiaan bermacam-macam danmembutuhkan seperangat sistem untuk dapat direspon.
Masih menurut Prof. Hilman Latief, bahwa Muhammadiyah memiliki falsafah dakwah kemanusiaan, yakni Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua (Zhawâhir al-Afkâr al-Muhammadiyyah li al-Qarni al-Tsâni) pada Muktamar ke-43 di Yogyakarta tahun 2010 yang isinya :
Pertama, menekankan pentingnya ‘dakwah’ dan ‘tajdid’ harus dipahami sebagai upaya untuk memajukan manusia.
Kedua, Islam dilihat sebagai agama yang memiliki gagasan maju yang selaras dengan masa depan peradaban (din al-hadharah).
Ketiga, Islam menjadi payung yang dapat melindungi kebinekaan bangsa, ras, etnik, dan budaya.
Keempat, ”Kosmopolitan Islam” : Muhammadiyah berfungsi sebagai jembatan yang memfasilitasi dialog antara Islam dan Barat dan Kerjasama antar peradaban.
Baca juga, Din Syamsuddin : Revitalisasi Jaringan Muhammadiyah di Berbagai Negara
Kemudian ia juga menyampaikan bahwa terdapat prioritas isu yang perlu menjadi perhatian Muhamamdiyah, yakni : Apakah Muhammadiyah akan menjadi pemain utama non-negara dalam respons kebencanaan langsung (relief and development)? Apakah Muhammadiyah akan menjadi pemain utama dalam menjadi pemain utama diplomasi kebencaan akibat konflik? Apakah Muhammadiyah akan menjadi pemeran utama dalam krisis kelaparan di berbagai negara? Apakah Muhammadiyah akan menjadi pemeran utama dalam memberikan bantuan kepada pengungsi? Apakah Muhammadiyah akan menjadi pemeran utama dalam diplomasi perdamaian dan pembangunan?
“Peran Muhammadiyah dalam gerakan kemanusiaan global perllu dikaji ulang, disistematisasikan, serta dibuatkan cetak-biru (blueprint) sehingga peran yang dilakukan lebih terlihat, berdampak luas, serta tidak semata-mata gerakan parsial sporadis untuk kemanusiaan global,” ungkap Hilman Latief.
“Response-model design ini menjadi penting bagi persyarikatan Muhammadiyah yang harus didukung dengan kesiapan insfrastruktur, kesiapan sumber daya manusia, kesiapan sumber finansial dan kesiapan sistem kelembagaan,” imbuhnya.
Di akhir pemaparanya Prof. Hilman Latief memberikan usulan terkait ekosistem domestik yang perlu dibangun, yakni :
- Diperlukan diversifikasi dan penguatan lembaga dalam Muhammadiyah yang berperan dalam memfungsikan peran diplomatik dalam menghimpun dana dan menyalurkan dana internasional.
- Mengoptimalkan peran Perrguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dalam memfasilitasi peran-peran diplomasi perdamaian ataupun kemanusiaan di tingkat internasional serta melakukan merumuskan prioritas Gerakan Dakwah Kemanusiaan Muhammadiyah di dunia internasional.
- Memperkuat ekosistem keuangan (filantropi) kemanusiaan Muhammadiyah melalui konsep “dana abadi kemanusiaan” (Dana Ta’awun) yang terjaga keberlanjutannya dengan melibatkan sektor swasta (bisnis) untuk pengelolaan nya.
Kontributor & Editor : M Taufiq Ulinuha