Benarkah Marwah Sarjana ‘Jatuh’ Sejak Adanya Wisuda TPA?
Oleh : Pujiono*
PWMJATENG.COM – Pendidikan melaju sesuai perkembangan zaman, baik secara konten pengetahuan maupun aksesoris pendikan yang mengiringi. Sebut saja dahulu, di era tahun 80-an memiliki gelar Doktorandus (Drs), Doktoranda (Dra), dan Insinyur (Ir), merupakan sesuatu yang luar biasa. Memang (pada saat itu) lulusan sarjana masih langka. Lanjut di tahun 2000-an, hampir dikata (lulusan) S1 sudah merambah ke berbagai lapisan masyarakat dan keangkerannya tidak seperti pada 80-an. Nama gelarpun berubah, seperti : S.Pd., S.Th.I., S.Tr.Kom., Dll. Termasuk budaya orang tua menyambut setiap perkembangan anak dalam menuntaskan jenjang pendidikan.
Dahulu, baju toga, mungkin hanya untuk para mahasiswa yang lulus dan diwisuda. Namun, dengan pergeseran waktu, untuk alasan inspirasi anak TPA/TK/PAUD dikenalkan dengan toga pada saat acara perpisahan. Kira-kira salahkah jika anak-anak dikenalkan dengan pakaian khas wisuda sarjana?
Memang (pernah) ada ungkapan ketika teman saya wisuda S2, “Wah, memang sejak ada wisuda TPA tuh marwah wisuda kita jadi berkurang.” Ungkapnya sambil tertawa guyon.
Meskipun hanya guyon, namun ungkapan tersebut paling tidak memang di sebagian orang ada benarnya. Tetapi sekali lagi, pendidikan adalah trend zaman. Yang tidak mengikuti trend akan ditinggal. Dan tentunya sekolah yang awalnya enggan dan malu, akhirnya mengikuti trend seperti yang terjadi saat ini. Kalau dulu hanya sekolah swasta ternama, kini sekolah dalam negeri juga sudah banyak (yang mengikuti trend tersebut).
Beberapa waktu terakhir, banyak dibicarakan isu tentang dibubarkannya wisuda TK, SD, SLTP, maupun SLTA. Wah, apa sedemikian berbahayakah acara ini?
Baca juga, Sadar Lingkungan, Arsitektur UMS Gelar Visiting Lecturer
Perlu kita sadari juga bahwa yang berhak merayakan kemenangan selesainya jenjang pendidikan itu tidak hanya sarjana. Bagi orang tua, setiap jenjang pendidikan adalah proses mengharukan yang memang harus dikawal.
Di acara Pelepasan atau penyebutan lainnya seperti Akhirussanah, Penghantaran, Serah Terima atau Wisuda, sebenarnya yang terpenting adalah konten isi acara. Serah terima ke orang tua kembali, kemudian diisi dengan penampilan kreativitas siswa yang ternyata membanggakan orang tua juga.
Jika yang dipersoalkan ialah seragam. Baju itu sebenarnya hanya aksesoris artistik. Boleh pakai baju adat, jas nasional, atau lainya. Bagi anak PAUD/SD ada yang mengenakan Toga, ya sebagai inspirasi saja. Semoga kelak bisa (menjadi) sarjana betulan. Atau jadi hakim, karena hakim juga pakai baju toga.
Semua bergantung pada kondisi masing-masing orang tua, tapi perlu kita sadari bahwasanya semua jenjang pendidikan itu punya hak untuk merayakan kelulusannya, dengan ragam kreativitas masing-masing.
Pelepasan siswa dengan nama dan seragam apa pun yang terpenting adalah isi substansi dari acara. Berkesan, menyenangkan, dan penuh kreasi. Sedangkan kalau yang dikeluhkan biaya, semua kembali kepada kekuatan sekolah masing-masing, sepanjang tidak memberatkan. Semua bisa dengan cara menabung jauh-jauh hari. Itu yang terjadi di sekolah kami.
*Kepala SD Muhammadiyah PK Banyudono
Editor : M Taufiq Ulinuha