Terima Kasih Aku
Terima Kasih Aku
Oleh : Khamsah Ruhana
PWMJATENG.COM – Sebuah kisah tentang perjalananku dalam Olimpiade Ahmad Dahlan. Cerita ini bukan hanya tentang tiga hari di Kota Kembang, tapi akan ku mulai dari beberapa tahun silam.
Pernah berkali kali aku dipilih untuk mewakili lomba saat SMP , dan berkali kali pula aku gagal. Bahkan sekalipun belum pernah aku menang. Dan di perlombaan terakhir pidato bahasa Arab yang ku ikuti ketika SMP, saat semua lomba diumumkan, dan sebagian besar lomba yang diikuti teman teman mendapat kemenangan, saat itu seorang ustazah menghampiriku, dengan wajah tersenyum meyakinkan seraya berkata, “Khamsah, kamu juara pertama…(berhenti sejenak) …tapi besok (lanjutnya).”
Empat kali ustazah mengulangi kalimatnya. Dengan penuh tanya di kepala dan hati penuh rasa kecewa, air mataku menetes, aku membuat kesimpulan, “Baiklah…berarti aku gagal”.
Masa putih abu-abu menjadi cerita bersejarah dalam hidupku. Aku yang dianggap mampu berbahasa Arab karena pernah menyandang gelar santri ‘sebentar’, aku dikirim untuk mengikuti kompetisi pidato bahasa Arab dalam OlympicAD II di Jogja.
Baca juga, Apresiasi Kontingen OlympicAD Jateng, KH. Tafsir: Ini Adalah Upaya Membangun Karakter
Ku buka lagi lembaran buku kusam berisi teks pidato yang pernah kupakai saat lomba yg selalu gagal kala SMP dulu. Singkat cerita, aku lolos bersaing di tingkat kecamatan, lolos lagi di tingkat kabupaten, lolos lagi di tingkat karesidenan, lolos lagi di tingkat provinsi. Dan akhirnya akupun dapat berdiri di ruangan final lomba pidato bahasa Arab OlympicAD kancah Nasional. Sangat di luar prediksi. Di depan ribuan orang, dengan suara microphone menggelegar namaku dipanggil. Dengan perasaan binar dan bahagia aku berlari menuju panggung utama, medali emas kuterima sebagai bukti bahwa aku juara pertama.
Ku kira ini akhir dari cerita prestasiku. Namun ternyata, cerita kemarin adalah awal dari disadarkannya aku bahwa aku masih harus terus berjuang. Yaa… diberi nikmat yang luar biasa dan diberi amanah untuk mengemban tanggung jawab besar.
Hari ini ya Allah… Engkau menjadi saksi betapa aku telah menjalankan dengan baik amanah itu.
Saat di mana aku harus berjuang mentransfer apa yang ku bisa, mengajarkan kemampuanku dengan maksimal untuk anak didikku menjadi wujud dedikasiku sebagai seorang guru.
Tahun ini, kali kedua aku berkontribusi ikut memeriahkan Olimpiade Ahmad Dahlan tingkat nasional. Bukan lagi sebagai peserta, namun kehadiranku di sini sebagai pelatih sekaligus pendamping lomba, dan aku berhasil menghantarkan anak didikku pulang dengan membawa medali perak sebagai tanda bahwa dia telah memenangkan perlombaan dan menjadi pilihan di antara seratus lawan.
Lalu, pada OlympicAD Nasional selanjutnya, bolehkah aku berkontribusi menggantikan dewan juri yg terhormat di depan? (Tanyaku pada Tuhan).
Salam perjuangan dari kader Muhammadiyah Parakan Karanganyar.
Bandung 8 Maret 2024.
Editor : M Taufiq Ulinuha