PWMJATENG.COM, Semarang – Terhitung sejak pertama kekeringan melanda Jawa Tengah pada Juli-Agustus 2023, hingga awal Oktober ini Muhammadiyah terus bergerak membantu masyarakat terdampak. Menurut informasi yang dirilis oleh Lembaga Resiliensi Bencana/Muhammadiyah Disaster Management Center (LRB-MDMC) PWM Jawa Tengah, Muhammadiyah telah bergerak di 24 kabupaten/kota se-Jawa Tengah.
Dikutip dari Sitrep Respons Bencana Muhammadiyah yang dikeluarkan oleh LRB-MDMC PWM Jawa Tengah, hingga 5 Oktober 2023, Muhammadiyah Jawa Tengah telah mendistribusikan 9.341.120 liter air
bersih, 4 tandon/toren air, dan 140 dus AMDK, dengan total penerima manfaat 244.528 KK dan 100.841 Jiwa.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, berdasarkan analisis curah hujan di seluruh wilayah Jawa Tengah pada dasarian (10 hari–Red) ketiga September 2023 masih termasuk kategori rendah atau 0-50 milimeter per dasarian.
“Hal itu diketahui berdasarkan hasil analisis yang dirilis BMKG Stasiun Klimatologi (Staklim) Jateng hari ini,” kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi (Stamet) Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Ahad (1/10/2023).
Sementara, dari hasil pemantauan hari tanpa hujan (HTH) yang dilakukan Staklim Jateng pada dasarian ketiga September, kata dia, diketahui 44 persen wilayah Jateng masuk kriteria kekeringan ekstrem karena lebih dari 60 hari tanpa hujan.
Selanjutnya, 15 persen wilayah Jateng masuk kriteria sangat panjang (31-60 hari tanpa hujan), 1,4 persen wilayah Jateng masuk kriteria panjang (21–30 hari tanpa hujan), 33 persen wilayah Jateng masuk kriteria menengah (11-20 hari tanpa hujan), 0,6 persen wilayah Jateng masuk kriteria pendek (6-10 hari tanpa hujan), dan 6,1 persen wilayah Jateng masuk kriteria sangat pendek (1-5 hari tanpa hujan).
Baca juga, Banjir Jamaah pada Tabligh Akbar, UAH: Tolong LSI, Surveynya Dikoreksi
Menurut dia, curah hujan kriteria rendah juga diprakirakan masih berlangsung di seluruh wilayah Jateng pada dasarian ketiga Oktober, kecuali sebagian kecil wilayah Purbalingga, Pekalongan, Banjarnegara, dan Kebumen yang masuk dalam kriteria menengah (51-75 milimeter).
Selanjutnya, pada dasarian pertama November, seluruh wilayah Jateng masuk dalam kriteria rendah (0-50 milimeter), kecuali Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, sebagian Kebumen, Pekalongan, sebagian kecil Banyumas, Purworejo, Pemalang, Batang, Kendal, Temanggung, Magelang, dan Karanganyar yang masuk dalam kriteria menengah (51-100 milimeter).
Ketua Bidang Data dan Informasi (Datin) LRB-MDMC PWM Jawa Tengah saat dihubungi redaksi menyampaikan bahwa Muhammadiyah, di bawah komando LRB-MDMC selalu siap dalam merespons berbagai bencana, termasuk kekeringan ekstrem di Jawa Tengah.
Dirinya menyampaikan, selain respons darurat, saat ini LRB-MDMC PWM Jawa Tengah melalui Bidang Pengurangan Risiko Bencana juga sedang merencanakan skema khusus untuk pengurangan risiko bencana di Jawa Tengah.
“Sudah 4 bulan ini, MDMC di hampir semua kabupaten/kota di Jawa Tengah berjibaku dengan kekeringan. Beberapa pekan terakhir mereka juga melakukan respons pemadaman api Karhutla di beberapa titik. Termasuk kebakaran fasilitas umum,” ungkap Ulinuha.
Disinggung mengenai sumber dana untuk melakukan respons, Ulinuha menyampaikan bahwa selama ini MDMC bersama dengan Lazismu saling bersinergi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain bersama Lazismu, MDMC juga bermitra dengan lembaga lain dan para donor. Hal ini, menurutnya, sudah berjalan lama dan menjadi bukti bahwa Muhammadiyah selalu dipercaya oleh masyarakat.
Editor: Ahmad