Didukung Hibah Royal Entomological Society (UK), UMP Gelar Pelatihan Jumantik Inklusif Berbasis Masyarakat di Banyumas

PWMJATENG.COM, BANYUMAS – Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) menggelar Pelatihan Jumantik Inklusif: Pemberdayaan Warga dalam Pengendalian Nyamuk Menuju Banyumas Bebas DBD 2030, sebuah program yang didukung hibah Royal Entomological Society (RES), Inggris, melalui skema Equality, Diversity, and Inclusion (EDI) Grant.
Hibah internasional tersebut diterima oleh Juli R. Wuliandari, Ph.D., dosen dan ahli entomologi vektor dengue Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UMP. Program ini menekankan pendekatan pengendalian demam berdarah dengue (DBD) yang berbasis masyarakat dan inklusif.
Juli R. Wuliandari menjelaskan bahwa keterlibatan aktif masyarakat menjadi kunci utama keberhasilan pengendalian dengue. Menurutnya, pendekatan kebijakan yang bersifat top-down belum cukup efektif, terbukti dari kasus DBD yang terus berulang di wilayah endemik Banyumas.
“Pengendalian dengue tidak bisa hanya mengandalkan instruksi struktural. Tanpa partisipasi warga di tingkat rumah tangga dan komunitas, siklus penularan akan terus berulang. Karena itu, RES mendukung pendekatan berbasis masyarakat yang inklusif dan berkeadilan,” jelasnya.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor IV UMP, Akhmad Darmawan, Ph.D., dan dihadiri berbagai pemangku kepentingan lintas sektor. Peserta pelatihan melibatkan secara inklusif PERTUNI Banyumas, penyandang disabilitas tuna daksa, kader PKK, kader Jumantik, perwakilan pelajar dan Karang Taruna, serta pengurus tempat ibadah dari Desa Purwodadi (Kec. Kembaran), Kelurahan Karangklesem (Purwokerto Selatan), dan Desa Kedungrandu (Kec. Patikraja).
“UMP memiliki tanggung jawab strategis dalam pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Pelatihan Jumantik inklusif ini adalah wujud kolaborasi kampus, masyarakat, dan mitra internasional untuk membangun sistem pencegahan DBD yang berkelanjutan,” ujar Akhmad Darmawan.
Pelatihan ini juga diisi kuliah umum oleh Prof. Endang Srimurni (peneliti Wolbachia Universitas Jenderal Soedirman), Arif Burhanudin, MPH (Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas), serta Supriatin, S.Tr.KL (TP PKK Kabupaten Banyumas). Diskusi menyoroti pentingnya integrasi pendekatan ilmiah, teknologi pengendalian vektor, dan peran sosial komunitas.
Ketua Program Studi Pendidikan Biologi UMP yang juga memimpin program Inclusive Entomology for Dengue Prevention menegaskan bahwa pengendalian nyamuk tidak dapat dilakukan secara parsial.
“Melalui pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kesadaran lingkungan, pencegahan DBD dapat dilakukan secara berkelanjutan. Program ini diharapkan menjadi model pengendalian dengue berbasis warga, dengan melibatkan kelompok rentan dan penyandang disabilitas sebagai garda terdepan,” pungkasnya.
Editor: Al-Afasy



