Ziarah ke Masjid Al-Aqsa dan Cita Rasa Palestina

Ziarah ke Masjid Al-Aqsa dan Cita Rasa Palestina
Seri 17: Cobaan Setelah Kepulangan
Oleh : Dwi Taufan Hidayat (Penasehat Takmir Mushala Al-Ikhlas Desa Bergas Kidul Kabupaten Semarang, Sekretaris Korps Alumni PW IPM/IRM Jawa Tengah, & Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas Kabupaten Semarang)
PWMJATENG.COM – Suasana di dalam pesawat terasa lebih tenang setelah lepas landas, tetapi di benak Farhan, kegelisahan masih berputar. Perjalanan ini sudah melewati banyak rintangan, tetapi ia tahu, tantangan sebenarnya baru akan dimulai setelah mereka tiba di tanah air.
Beberapa jam kemudian, roda pesawat menyentuh landasan di Bandara Soekarno-Hatta. Para penumpang menghela napas lega, sebagian besar sudah tak sabar ingin kembali ke rumah. Namun, bagi Farhan dan timnya, tugas mereka belum selesai.
Begitu keluar dari terminal kedatangan, Rudi langsung disambut oleh seorang rekan bisnisnya, Arman, yang sudah menunggu dengan wajah serius. “Kau harus lihat ini,” katanya sambil menyerahkan ponselnya kepada Farhan.
Farhan mengerutkan kening saat melihat layar. Berita tentang perjalanan mereka ke Al-Aqsa telah menyebar di media sosial, tetapi bukan dalam narasi yang mereka harapkan.
“Paket Wisata Al-Aqsa Bermasalah: Rombongan Pulang Lebih Cepat, Keamanan Dipertanyakan!”
Ada foto-foto mereka di bandara Yerusalem, termasuk saat koper Faisal diperiksa. Komentar-komentar negatif bermunculan, mempertanyakan kredibilitas agen perjalanan mereka.
“Siapa yang menyebarkan ini?” tanya Farhan dengan nada terkontrol.
Arman menghela napas. “Sepertinya ada pihak yang memang ingin menjatuhkan bisnismu.”
Dian, yang ikut melihat berita itu, langsung meremas ponselnya dengan kesal. “Pesaing kita, ya?”
Farhan tak langsung menjawab. Ia tahu bahwa di dunia bisnis, tidak semua orang bermain dengan cara yang adil.
Sementara itu, klien-klien yang baru tiba mulai menerima panggilan dari keluarga mereka. Beberapa di antara mereka juga terlihat membaca berita tersebut, wajah mereka berubah.
Baca juga, Membangun Karakter Muslim yang Berkemajuan: Refleksi Nilai Sosial dalam Puasa
“Pak Farhan,” seorang klien, Ibu Ratna, mendekatinya. “Benarkah ini yang terjadi? Kami tidak merasa perjalanan ini buruk, tapi kenapa di media seakan-akan kita mengalami masalah besar?”
Farhan berusaha menenangkan. “Ibu, kami akan menangani ini. Perjalanan ini memang memiliki tantangannya, tapi kami pastikan semua berjalan dengan baik sesuai kondisi di lapangan.”
Namun, tidak semua klien bisa diyakinkan dengan mudah. Seorang pria, yang sejak awal tampak kurang puas dengan perjalanan, melontarkan komentar tajam. “Saya sudah menduga ini akan terjadi. Harusnya kita tidak berangkat kalau tahu risikonya sebesar ini.”
Situasi semakin memanas, tetapi sebelum konflik bertambah besar, Rudi segera mengambil alih. “Baik, Bapak dan Ibu. Kami paham ada banyak pertanyaan. Jika ada yang ingin mengajukan keluhan atau diskusi lebih lanjut, silakan hubungi kami langsung. Kita tidak perlu memperdebatkannya di sini.”
Beberapa klien setuju, tetapi pria tadi masih tampak kesal.
Saat tim akhirnya bisa keluar dari bandara, Farhan merasa kelelahan luar biasa. Namun, ia tahu ini belum selesai. Masalah ini harus segera ditangani sebelum reputasi bisnis mereka benar-benar jatuh.
Di dalam mobil menuju kantor, Farhan berbicara kepada timnya. “Kita perlu strategi untuk menangani ini. Kita tidak bisa hanya diam dan berharap orang melupakan berita itu.”
Dian mengangguk. “Aku bisa menghubungi beberapa klien yang puas dan meminta testimoni mereka.”
Rudi menimpali, “Dan kita bisa buat klarifikasi di media sosial, menjelaskan situasi sebenarnya.”
Farhan setuju. “Bagus. Tapi kita juga harus mencari tahu siapa yang pertama menyebarkan berita ini.”
Mereka tahu bahwa langkah mereka berikutnya akan menentukan apakah bisnis ini bisa bertahan atau tidak.
Ketika malam tiba, Farhan duduk di ruang kerjanya, membaca kembali semua komentar yang beredar. Ia menarik napas panjang, bersiap menghadapi tantangan baru.
Bersambung ke seri 18: Ancaman di Balik Layar
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha