PWMJATENG.COM, Surakarta – Desa Panggungharjo, Kalurahan Sewon, Bantul, Yogyakarta, semakin mempertegas posisinya sebagai desa wisata berbasis budaya berkelanjutan. Melalui Festival Desa Wisata yang didukung Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), desa ini berhasil memadukan pemberdayaan masyarakat dengan pelestarian budaya lokal. Program ini termasuk dalam Skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat.
Mengusung tema “Pengembangan Kawasan Karangkitri sebagai Generator Desa Wisata Berkelanjutan di Desa Panggungharjo”, inisiatif ini digagas oleh kolaborasi akademisi dari dua universitas. Tim tersebut meliputi Wisnu Setiawan dari Program Studi Arsitektur UMS, Afif Ari Wibowo dari Fakultas Geografi UMS, serta Hijrah Purnama Putra dari Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia (UII).
“Festival Desa Wisata ini bertujuan mempromosikan potensi wisata lokal sekaligus memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan wisata berkelanjutan,” ujar Wisnu Setiawan, Jumat (13/12).
Ia menambahkan, kegiatan ini diharapkan menjadi model desa wisata berkelanjutan, terutama dalam memanfaatkan potensi lokal secara inovatif.
Festival Desa Wisata Panggungharjo dimulai pada Sabtu (23/11) dengan presentasi Masterplan Desa Panggungharjo oleh Kamituwo Hosni Bimo Wicaksono. Dalam paparannya, Bimo menjelaskan bahwa konsep pembangunan desa terinspirasi dari filosofi sumbu keistimewaan Yogyakarta dengan Situs Panggung Krapyak sebagai titik awal perencanaan.
Baca juga, Sebulan Lepas Musyda, Menanti Gebrakan IMM Jateng
“Rancangan ini mengacu pada filosofi Sedulur Papat Kalima Pancer, yang menggambarkan keseimbangan antara empat penjuru elemen dengan pusat koordinasi di kawasan pemerintahan desa,” jelas Bimo.
Konsep ini diwujudkan melalui pengembangan empat kawasan utama, yakni:
- Panggung Krapyak sebagai ikon sejarah dan budaya.
- Kawasan Karangkitri, pusat keberlanjutan dan inovasi.
- Kampoeng Mataraman, ruang interaksi sosial budaya.
- Situs Yoni Karanggede, kawasan dengan nilai spiritual dan sejarah.
Semua elemen tersebut, kata Bimo, dikoordinasikan dari pusat pemerintahan desa yang menjadi simbol Pancer, pusat energi dalam filosofi Jawa.
Afif Ari Wibowo menambahkan bahwa kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan akademisi mampu membawa perubahan positif. “Melalui pendekatan budaya lokal yang berkelanjutan, Desa Panggungharjo telah membuktikan pentingnya sinergi dalam menciptakan daya tarik wisata yang autentik,” tuturnya.
Kegiatan ini juga mendapat apresiasi dari mitra yang terlibat. “Festival ini tidak hanya memperkenalkan potensi wisata, tetapi juga meningkatkan perekonomian masyarakat lokal,” ujar salah satu mitra.
Di akhir acara, para peserta memberikan testimoni terkait manfaat yang mereka peroleh. Sebagian besar merasa mendapatkan wawasan baru tentang pengelolaan desa wisata berbasis masyarakat. Selain itu, festival ini dianggap sebagai sarana efektif untuk memperkuat sinergi antara berbagai pihak dalam mewujudkan pariwisata berkelanjutan.
Kontributor : Yusuf
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha