Sekolah Tak Mampu Cetak Kader, Ini Tanggapan Ketua PWM Jateng
PWMJATENG.COM – Solo, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, Tafsir, menyoroti pendidikan Muhammadiyah di era terkini, yang menurutnya harus menerapkan strategi baru, karena persaingan yang kian ketat. Hal tersebut disampaikan Tafsir disela-sela memberikan materi dalam acara Rembug Nasional Forum Guru Muhammadiyah (FGM) yang dihelat di Hotel Syariah Solo (10/11/2018).
“Sekarang Kompetitor semakin banyak, maka kita dituntut untuk punya kemampuan unggul, Kita dituntut lebih kreatif dan inovatif, namun itu tidak mudah, untuk bisa menghadapi kompetitor yang ada butuh SDM yang unggul untuk bisa survive ditengah-tengah persaingan” terangnya.
Jawaban tersebut merespon pertanyaan tentang strategi pendidikan di Muhammadiyah yang harus dilakukan era sekarang. Begitu banyaknya rumor dimasyarakat tentang kualitas pendidikan Muhammadiyah disaat ini yang dinilai tidak mampu menghasilkan kader Muhammadiyah, namun hanya menghasilkan lulusan sekolah Muhammadiyah, tafsir merespon bahwa sistem tidak semata-mata salah, karena faham Muhammadiyah sendiri menurutnya juga susah dikembangkan karena Muhammadiyah menganut faham islam puritan yang harus dikembangkan di lingkungan faham islam kultural.
“Itu tidak semata-mata persoalan sistem yang ada, karena paham puritan tidak mudah dikembangkan, jadi paham Muhammadiyah sudah jadi persoalan tersendiri, yang kedua Pengkaderan itu seperti ayam kalau induknya nagkrem (mengeram) penuh ketekunan seperti ayam maka akan menetas banyak” tegasnya
“Namun jika induknya sering pergi, lanjut Tafsir, juga tidak akan menghasilkan anak yang unggul, oleh karena itu para guru dan pimpinan itu harus tekun, seperti ayam bisa angkrem (mengeram) 24 jam bagaimana anak bisa dalam kontrol kita, seperti anak pondok kenapa biasanya lebih komitmen karena di angkremi (erami) 24 jam sementara disekolah hanya berapa jam” terang Tafsir.
Tafsir, yang juga dosen UIN Walisongo ini menyebutkan, perlunya Muhammadiyah mengadopsi pendidikan pesantren. “oleh karena itu Muhammadiyah membuat metode baru yaitu boarding, dengan boarding kita angkremi (tunggui) anak didik kita 24 jam, insya Allah akan lebih netes daripada yang tidak boarding, namun kita pakai dua-duanya (boarding dan sekolah biasa).
Tafsir sendiri merupakan alumni SMP Muhammadiyah di Kebumen, dan berasal dari keluarga nahdhiyin, tafsir menjadi Muhammadiyah karena melihat para guru Muhammadiyah saat itu yang dinilalinya berfikiran progresif dan maju, dan juga waktu sekolah dirinya sering diberi tugas oleh gurunya untuk menghadap ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) pada masa itu, akhirnya tafsir sering mendengar banyak nasehat dari tokoh Muhammadiyah tersebut.
Tafsir juga aktif jadi pengurus Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan menjadi pengurus remaja Masjid Muhammadiyah, walaupun sang ayah dan kakaknya masih tetap menjadi kyai Nahdhiyin, namun Tafsir tetap memilih jalan berbeda yaitu Muhammadiyah (*)