Sebuah Renungan Awal untuk Dakwah Ranting
PWMJATENG.COM – Dakwah ranting adalah serupa dakwah kampung yang meneladani Kiai Ahmad Dahlan secara langsung. Kiranya orang akan tak memandang kerjanya karena tak bergengsi karirnya. Namun, cikal bakal dakwah ini adalah uswah Rasul yang utama. Dengan kerja ranting, makna baldatun thoyibatun warobbun ghofur akan izhar secara nyata.
Sejarah sudah membuktikan, Kiai Ahmad Dahlan sukses meneladani dakwah Rasul dengan bermula mensukseskan sebuah kampung, Kauman namanya. Diserulah sebuah kampung dengan syiar ayat Al Maun lantas dipraksiskannya. Sederhana beban ayatnya. Namun, berkelanjutan diikuti pembinaan tauhid dengan telaten sehingga menghasilkan banyak aktualisasi karya advokasi untuk anak yatim. Kemudian secara lahiriyah, dakwah ini berkembang menjadi misi sosial yang mengangkat kaum dhuafa.
Sumber dari buku H.A Rosyad Saleh berjudul Manajemen Dakwah Muhammadiyah menjelaskan bahwa dalam gerakan dakwah jamaah posisi ranting adalah pembina. Sedangkan tantangan gerakan dakwah ini masih besar dari dalam tubuh persyarikatan. (Saleh, 57). Merujuk dari ulasan tersebut, adalah tanggungjawab ranting yang utama untuk menjadi ahli dan profesional dalam hal dakwah jamaah; melebihi tingkat cabang, daerah ataupun pusat.
Fungsi Ranting adalah Mengembalikan GJDJ yang Hilang
Lalu, bagaimana dengan kondisi ranting sekarang? Sesuai kebutuhan zaman, Muhammadiyah yang sudah sukses mengepakkan sayap ke seantero dunia, perlu selangkah lagi menguatkan kembali jati diri ke akar masyarakat melalui dakwah ranting ini. Supaya berat beban konsentrasi dakwah yang secara mayoritas berskala menanggapi isu nasional namun tetap memperhatikan pengayoman ke arah kemasyarakatan.
Kehebatan-kehebatan struktur organisasi yang diwariskan Muhammadiyah perlu dikontrol dengan maintenance jaringan ala Rasulullah yaitu pembinaan, dakwah jamaah dan pengayoman material terhadap warga secara terus menerus. Ibarat air akan mengalir bersih dan sehat karena aliran air hidup dan lancar. Apalah daya kalau ilmu mampet hanya di pengajian struktural tidak bertambah jamaahnya; maka kajian keIslaman hanya berfungsi sebatas rekreasi spiritual saja belum pada ranah pelanjutan risalah kepada umatnya. Urusan organisasi akan membuat sibuk ke sana kemari menciptakan euforia struktural yang menjemukan. Padahal makna dari tujuan Muhammadiyah adalah baldatun toyibatun warobbun ghofur sebenarnya adalah menciptakan masyarakat yang madani; yaitu menyuburkan kekuatan politik, ekonomi, sosial, budaya dan hankam dengan landasan tauhid yang mapan secara nyata.
Gagasan KKN Ranting oleh Mahasiswa
Terkadang selaku pegiat muda, saya bertanya kemana kembalinya kader Muhammadiyah yang mengenyam pendidikan di kampus selama bertahun-tahun di kampus-kampus maju Muhammadiyah? Adakah mereka kembali menghidupkan struktur Muhammadiyah di wilayah mereka? Apakah Muhammadiyah sudah balik modal dengan membina mereka bertahun-tahun sebagai penerus gerakannya? Karena ternyata di lapangan kondisi Ranting masih banyak yang memiliki kekosongan struktural. Ranting masih sepi tak bergengsi. Maka, dari itu perlu diatur supaya generasi muda ini mampu berkontribusi ke daerahnya selaku warga Ranting dan merintis Ranting di rumahnya sesuai KTA nya sebagai salah satu disiplin organisasi. Barangkali kampus perlu merilis program KKN Ranting untuk mengelola jaringan SDM produktifnya setelah lulus di masyarakat.
Sehingga, ciri khas dan gaya organisasi Muhammadiyah yang sudah mapan menjadi kekuatan yang tak hanya stagnan tetapi juga bisa diwariskan oleh generasi muda secara spektakuler dan menghebohkan.
Ikuti saja jejak Dien Syamsudin yang sukses di kepemimpinan nasional bahkan internasional, beliau kembali menjadi Ketua Ranting melanjutkan gerakan dakwah jamaah. Ini adalah salah satu upaya memberikan prestis terhadap ranting yang patut ditiru oleh generasi muda.
Modal-modal Besar untuk Ranting
Tentunya, selain ketahanan ekonomi penggeraknya dalam lingkup keluarga yang menjadi modal utama, proses syiar Muhammadiyah melalui Ranting ini, perlu dikemas secara profesional melalui bantuan starter kit atau marketing kit untuk bekal warga berdakwah di masyarakat; seperti
Logmart, LAZISMU, sekolah-sekolah dan kampus. Agar setiap warga Muhammadiyah di setiap hunian rumah dapat menjadi partisipant aktif yang menghidupkan amal usaha Muhammadiyah secara sederhana dan riil dalam ruang lingkup tempat tinggal mereka. Sehingga proses dakwah Ranting ini terback up oleh amal usaha Muhammadiyah dan memiliki proses promosi yang terus menerus dalam rangka syiar dan regenerasi pengurus. Itulah Ranting yang hidup, sehingga sebuah kampung menjadi hidup. Tidak kalah oleh kampanye isu dakwah nasional yang terkadang membuat kita sibuk dengan aktifitas berorganisasi tetapi lupa membangun akar riil jaringan jamaah di sekitar kita.
Semoga renungan ini menjadi bekal gagasan yang baik bagi kerja awal kader sebelum berkiprah di ranting dan bersinergi dengan tema nasional Muktamar Muhammadiyah dalam sub topik dakwah ruang lingkup desa yang disampaikan melalui seminar pra Muktamar.
Penulis : Asih Minanti Rahayu (Pimpinan Ranting Aisyiyah Tegal Kamulyan Cilacap)
Editor : M Taufiq Ulinuha