Berita

SD Muhammadiyah 1 Ketelan Susun Modul Ajar Sekolah Penggerak

PWMJATENG.COM, SOLO – Pembelajaran di masa pandemi Covid-19 menuntut pendidik untuk terus berkreativitas menciptakan materi dan media ajar yang menyenangkan dan memudahkan siswa. Prinsip penyusunan modul ajar melalui tahap perkembangan dan memperhitungkan Karakteristik, kompetensi dan minat peserta didik di setiap fase.

Perbedaan tingkat pemahaman, dan variasi jarak (gap) antar tingkat kompetensi yang bisa terjadi di setiap fase. Melihat dari sudut pandang pelajar, bahwa setiap peserta didik itu unik. Bahwa belajar harus berimbang antara intelektual, sosial, dan personal dan semua hal tersebut adalah penting dan saling berhubungan.

“Tingkat kematangan setiap peserta didik tergantung dari tahap perkembangan yang dilalui oleh seorang peserta didik, dan merupakan dampak dari pengalaman sebelumnya,” kata Sri Sayekti, Kepala Sekolah Penggerak SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Sabtu (3/7/2021).

Pemahaman konsep dari setiap mata pelajaran melalui pengalaman belajar dan lintas disiplin. Menumbuhkan minat untuk belajar dan melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses belajar.

Berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya, sehingga tidak terlalu kompleks, namun juga tidak terlalu mudah untuk tahap usianya.

“4 kriteria yang harus dimiliki modul ajar. Esensial, menarik, bermakna, dan menantang,” ucap Sayekti.

Relevan dan kontekstual. Berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya, dan sesuai dengan konteks di waktu dan tempat peserta didik berada. Berkesinambungan, keterkaitan alur kegiatan pembelajaran sesuai dengan fase belajar peserta didik.

“Modul ajar merupakan implementasi dari Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) yang dikembangkan dari Capaian Pembelajaran dengan Profil Pelajar Pancasila sebagai sasaran,” ucapnya.

Hal-hal yang perlu diingat. Materi ini bersifat pedoman atau petunjuk praktis bagi guru, sekolah, atau stakeholder dalam mengembangkan ATP dan Modul Ajar.

Guru, sekolah, atau stakeholder dapat menggunakan referensi lain yang sesuai dengan kondisi dan lingkungan peserta didik.

“Pada panduan ini lebih menekankan pada konsep, prinsip, dan prosedur dalam mengembangkan ATP dan Modul Ajar. Materi atau bahan ajar, guru dapat mengembangkan sendiri sesuai dengan kondisi sosial, budaya, kemampuan peserta didik, serta tingkat ekonomi masyarakat sekitar,” harapnya.

Kotributor, Humas Jatmiko.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi melalui email.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE