Refleksi HUT Kemerdekaan RI ke-76 MCCC : Relawan Adalah Pejuang.
PWMJATENG.COM, SEMARANG – Dalam rangka memperingati 76 tahun Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah mengadakan acara refleksi Hari Kemerdekaan RI dengan tema “Relawan Muhammadiyah Terus Mengabdi Melawan Pandemi”, Selasa siang hingga sore (17/08).
Refleksi ini diisi dengan diskusi yang menghadirkan para narasumber yaitu Jamaludin Ahmad Ketua LPCR PPM, Mahli Zainudin Tago Sekretaris Lazismu PPM, Bahtiar Dwi Kurniawan Sekertaris MPM PPM dan Arif Nur Kholis Sekretaris MDMC / MCCC PP. Sedangkan Budi Setiawan, Ketua MDMC/Unsur Pengarah MCCC PP Muhammadiyah bertindak selaku pemberi tausiyah.
Budi Setiawan, dalam tausiyahnya mengatakan bahwa setiap relawan adalah pejuang. “Dulu kita bisa mengundang para tokoh pejuang kemerdekaan untuk bercerita tentang semangat perjuangan, namun di tahun 2021 ini tentu tidak mudah lagi. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada para pejuang, kita berusaha menciptakan kisah perjuangan sendiri. Kita relawan di abad 21, mari ciptakan kisah heroik dari kita sendiri,” kata Budi Setiawan.
Budi Setiawan mengingatkan para peserta refleksi akan pesan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir bahwa relawan identik dengan nilai ketulusan. “Ketika mereka berjuang, bukan untuk dirinya sendiri,” ujarnya.
Jamaludin Ahmad sebagai pembicara pertama menyampaikan bahwa Muhammadiyah sejak awal memang didesain jadi tempat berkumpulnya orang-orang yang disebut relawan. “Disadari atau tidak Muhammadiyah didesain berkumpulnya orang-orang yang secara sukarela memberikan diri, waktu, pikiran, tenaga, harta untuk Persyarikatan, umat dan bangsa,” kata Jamaludin.
Menurut Jamaludin, yang sangat menonjol di Muhammadiyah adalah banyak yang memberikan harta yang dimiliki. “Tidak sekedar melakukan kerja-kerja kemanusiaan, wa jahidu bi amwalikum wa anfusikum. Bi amwalikum itu sangat menonjol di Muhammadiyah. Bagaimana orang sudah menjadi pengurus Muhammadiyah, kemudian memberikan tanahnya, harta yang dia milikinya, setelah itu jadi milik Muhammadiyah,” ujar Jamaludin Ahmad.
Sekretaris Lazismu PP Muhammadiyah, Mahli Zainudin Tago memberikan informasi seputar kerja-kerja lazismu. Mengawali paparannya, Mahli mengungkapkan Lazismu ibaratnya menjadi jembatan penghubung bagi banyak pihak yang punya semangat kerelawanan, kedermawanan.
“Sebenarnya semangat kedermawanan sudah dirintis oleh KH. Ahmad Dahlan dan menjadi pondasi terkuat dari Persyarikatan kita ini hingga teguh bertahan dan terus berkembang,” katanya.
Mahli juga membeberkan bahwa kini Lazismu sudah punya 1403 kantor di seluruh Indonesia. “Lazismu sudah teraudit KAP (Kantor Akuntan Publik), maka tingkat kepercayaan makin tinggi. Tahun 2020 terhimpun dana 188,6 milyar,” ungkapnya.
Sementara itu, Bahtiar Dwi Kurniawan, Sekretaris MPM PP Muhammadiyah menyampaikan peran relawan dalam kerja-kerja kemanusiaan.
“Relawan itu orang yang selalu mencari kesempatan untuk membantu orang lain, kedua membantunya dalam jangka waktu lama, ketiga seorang relawan dituntut memberikan waktu, pikiran, tenaga dan hartanya, kemudian relawan itu membantu bukan karena keharusan tapi memang karena kerelaan,” kata Bahtiar.
Pembicara terakhir, Arif Nur Kholis menegaskan bahwa pandemi Covid-19 kali ini menguji modal sosial Muhammadiyah. “Apakah selama ini kita hanya berteori tentang bagaimana kerja kemanusiaan yang berkolaborasi atau bisa membuktikan kita telah berkolaborasi. Pandemi ini momentum yang tepat, kita bisa mempraktekkan sebuah kolaborasi yang sangat cantik,” ungkap Arif Nur Kholis.
Selanjutnya Arif Nur Kholis menyatakan bahwa Muhammadiyah adalah jejaring ide yang dikerjakan oleh sekelompok orang yang homogen.
“Kalau di MDMC selama ini kita mengenal One Muhammadiyah One Response, bahwa tidak ada relawan MDMC, yang ada adalah relawan Muhammadiyah. Ternyata dalam pandemi ini benar-benar kita rasakan, bagaimana kita kerja berkolaborasi dengan berbagai tema yang dikawal majelis masing-masing, tapi turun ke masyarakat terdampak semua menggunakan rasa Muhammadiyah,” ujar Arif.
Menutup paparannya, Arif Nur Kholis menekankan pentingnya dua agenda yaitu pemahaman terkait berbagai standar yang berlaku secara internasional dan regenerasi relawan Muhammadiyah. (Tim Media MCCC)