Berita

Pernah Dianggap Liberal, JIMM Sukses Gelar Muktamar: Kaderisasi Intelektual Muda Generasi Baru

PWMJATENG.COM, Yogyakarta – Para kader Muhammadiyah yang tergabung dalam Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) kembali menyelenggarakan sebuah agenda yang bernama Muktamar Pemikiran Islam Kaum Muda 2023, 22-24 Desember 2023.

Sejak awal dikenalkan ke publik pada tahun 2003 lalu, JIMM menjadikan agenda muktamar pemikiran ini sebagai peringatan dua puluh tahunnya sekaligus sebagai titik temu dengan para aktivis JIMM baru. Sejumlah pegiat JIMM generasi terdahulu turut terlibat dalam rancang bangun muktamar ini seperti Zakiyuddin Baidhawy, Fajar Riza Ul Haq, Zuly Qodir, Budi Ashari, Siti Ruhaini Dzuhayatin, Andar Nubowo, dan seniman Jumaldi Alfi. Sedangkan generasi yang lebih baru juga dilibatkan seperti Ahmad Rizky Mardhatillah Umar (pengajar di The University of Queensland), Ilham Akhsanu Ridlo (mahasiswa doktoral di Ludwig Maximilian University of Munich), Deni W. Kurniawan (mahasiswa doktoral di Griffith University), Fauziah Mona Atalina (Pemimpin Redaksi Rahma.id), Mohammad Rokib (mahasiswa doktoral di Goethe University of Frankfurt), Satiti Shakuntala (pengajar di UIN Syarif Hidayatullah), Neni Nur Hayati (direktur DEEP), dan Hamzah Fansuri (mahasiswa doktoral di Heidelberg University).

Muktamar ini terselenggara berkat kerjasama Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) dan Ahmad Syafii Maarif School of Political Thought and Humanity, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta serta dukungan dari berbagai media dan komunitas seperti Rahma.id, SaRang Building, Anakpanah.id, JIBPost, DPD IMM D.I.Yogyakarta, dan IBTimes.id.

Di antara tujuan dari perhelatan muktamar adalah untuk menjawab tiga tantangan yang dihadapi oleh intelektual muda Muhammadiyah. Ketiga tantangan tersebut antara lain; pertama, kesadaran tentang pentingnya pembaharuan pemikiran Muhammadiyah, kedua, berkembangnya pengetahuan baru yang mengubah cara hidup masyarakat banyak, ketiga, kaderisasi intelektual baru di kalangan generasi muda Muhammadiyah.

Dengan mengusung tema “Intelektual Muda Muhammadiyah Abad ke-21: Mendorong Pembaharuan Pemikiran, Pengetahuan, dan Perkaderan Muhammadiyah”, Muktamar Pemikiran Islam Kaum Muda ini digelar untuk tiga tujuan; pertama, menjaring generasi baru intelektual Muhammadiyah, kedua, memperkuat tradisi pemikiran dan pengetahuan yang relevan dengan perkembangan zaman, ketiga, mencari inovasi baru dalam mencapai tujuan gerakan.

Selepas salat Jumat (22/12/23), agenda muktamar ini secara resmi dibuka. Gunawan Budiyanto, Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan Zuly Qodir, Direktur Ahmad Syafii Maarif School of Political Thought and Humanity, memberikan kata sambutan sekaligus membuka rangkaian agenda ini di gedung Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang dihadiri oleh puluhan peserta yang merupakan kader Muhammadiyah dari berbagai penjuru Indonesia.

Dalam sambutannya, Gunawan Budiyanto mengatakan, “Saya berpesan, agar muktamar ini menghasilkan masukan-masukan konkrit dan bermanfaat bagi Muhammadiyah, bukan malah menghasilkan pelawak selayaknya perhelatan politik di negara secara umum, ataupun Muhammadiyah secara khusus.” Sementara itu, Zuly Qodir berpesan kepada peserta muktamar untuk menjadi kader yang tangguh, intelek, tidak kolot, berani berpikir, dan berani menentukan sikapnya sendiri.

Agenda selanjutnya adalah JIMM Talks. Sesi ini menghadirkan dua narasumber yang bertugas memantik diskusi terkait qou-vadis Muhammadiyah. Materi ini sekaligus menjadi bahan refleksi awal bagi peserta muktamar sebelum terlibat dialog intensif di sepanjang sesi muktamar. Narasumber pertama adalah Siti Ruhaini Dzuhayatin, ia merupakan kader Muhammadiyah yang saat ini berkiprah di Dewan Pertimbangan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) sekaligus Guru Besar Bidang Hak Asasi Manusia (HAM) dan Gender di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam penyampaiannya, ia banyak membahas tentang pentingnya diaspora kader Muhammadiyah di berbagai sektor publik dan tidak hanya tenggelam dalam dinamika internal persyarikatan Muhammadiyah. Ia menekankan pentingnya peningkatan kualitas diri sebagai kader agar mampu bersaing di ranah nasional dan internasional.

Narasumber kedua adalah Zuly Qodir, aktivis JIMM generasi awal sekaligus sebagai Direktur Ahmad Syafii Maarif School of Politcal Thought and Humanity UMY. Dalam paparannya, ia menekankan para kader Muhammadiyah untuk senantiasa bersikap adaptif dan dinamis dalam menghadapi tantangan baik di dalam atau di luar persyarikatan. Ia menginginkan para kader Muhammadiyah memiliki kemampuan problem-solving yang tinggi supaya tidak mudah kaget dengan berbagai problematika hidup yang menghampiri. Ia juga menekankan pentingnya menjadi pribadi yang aktif dan kreatif supaya kehadirannya dapat memberikan dampak positif bagi orang-orang di sekelilingnya.

Baca juga, Moderasi Islam: Memelihara Keseimbangan Lingkungan (2)

Kegiatan hari pertama (22/12/23) ditutup dengan sesi Sarasehan Budaya Muktamar Pemikiran Islam Kaum Muda 2023. Tema dari sarasehan ini adalah Muhammadiyah dan Pembaharuan

Intelektual: Seni dan Budaya sebagai Katalisator Membangun Peradaban Islam di Tengah Ketidakpastian Global, yang diselenggarakan di SaRanG Building, sebuah galeri seni milik perupa Jumaldi Alfi. Acara ini ini dipandu langsung oleh Jumaldi Alfi dan Ahimsa Wardah Swadeshi dari Lembaga Seni dan Budaya Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta. Sarasehan ini mengundang beberapa pegiat dan akademisi yang fokus dalam berbagai aktivitas atau isu yang menyangkut kebudayaan, di antaranya Ketua Umum Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah KH. Tafsir, novelis Mahfud Ikhwan, seniman Arahmaiani, penyair Riki Dhamparan Putra, dan peneliti sejarah Ita Fitia Nadia.

Menurut keterangan Ketua Panitia Muktamar, Hamzah Fansuri, yang saat ini sedang studi doktoral di Jerman, adanya sarasehan yang khusus mengangkat isu kebudayaan ini merupakan sesuatu yang baru dan perlu dihidupkan dalam forum-forum JIMM. Pasalnya, beberapa agenda terdahulu yang diinisasi oleh JIMM, belum pernah menyertakan kesenian dan kebudayaan sebagai topik diskusi khusus dalam berbagai sesi acara. Dengan adanya sesi diskusi khusus tentang kebudayaan, Muktamar kali ini ingin memberikan pesan bahwa sisi intelektualitas seseorang itu tidak hanya terbatas pada ranah-ranah akademik, namun juga pada ranah kesenian dan kebudayaan.

Di hari kedua (23/12/23), sesi diskusi awal dibuka dengan menghadirkan dua narasumber yang mengangkat tema Muhammadiyah dalam Konteks Global. Pembicara pertama adalah Rahmawati Husein, sebagai aktivis Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) sekaligus lulusan Texas A&M University, dan pembicara kedua adalah Andar Nubowo, seorang aktivis JIMM generasi awal yang baru saja menyelesaikan studi doktoralnya di Ecole Normale Supérieure (ENS), Lyon, Perancis. Kedua pembicara sama-sama mengaksentuasi keterlibatan dan peran kader Muhammadiyah di ranah global, termasuk dorongan-dorongan untuk melanjutkan studi di luar negeri.

Setelah sesi kedua selesai, para peserta muktamar dibagi ke lima kelompok untuk mendiskusikan lima isu yang menjadi concern dalam muktamar kali ini, kelima isu tersebut antara lain; (1) Penguatan Perlindungan HAM dan Perspektif Gender (1) Dinamika antara Agama dan Identitas dalam Wacana Kontemporer (3) Revolusi Pendidikan dan Budaya: Membongkar Kolonialisme dalam Sistem Pendidikan dan Mempromosikan Kesetaraan (4) Transformasi Ekonomi ke Arah Kesetaraan dan Keberlanjutan Lingkungan: Tantangan dan Solusi dalam Era Krisis Iklim (5) Reformasi dan Interpretasi: Dinamika Pemikiran dalam Muhammadiyah atas Kepemimpinan, Pembebasan Anak, dan Interpretasi Keagamaan.

Baca juga, Merangkul Kemakmuran Pesisir: Pemberdayaan Masyarakat Berdasarkan Ajaran Hadis

Lima kelompok tersebut kemudian dibagi ke lima ruang diskusi dan dibimbing oleh beberapa mentor per ruangnya dari aktivis JIMM generasi awal. Beberapa dari mereka yang turut mendampingi sesi diskusi kelompok tersebut antara lain; Siti Ruhaini Dzuhayatin, Zakiyuddin Baidhawy, Neni Nur Hayati, Abdullah Sumrahadi, Hamzah Fansuri, Fajar Riza Ul Haq, Mohammad Rokib, Moh. Mudzakkir, Fauziah Mona Atalina, Musa Maliki, Faris Al Fadhat, Satiti Shakuntala, Pradana Boy, dan Erik Tauvani.

Adapun sesi penutup di hari kedua perhelatan acara muktamar pemikiran ialah sesi panel mentorship yang membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan kepenulisan, informasi beasiswa, kelimuan, dan riset. Terdapat lima aktivis JIMM generasi awal yang menjadi panel dalam sesi ini, di antaranya: Hamzah Fansuri, David Krisna Alka, Zakiyuddin Baidhawy, Muhammad Rokib, dan Pradana Boy.

Hamzah Fansuri bertindak sebagai moderator yang memandu keberlangsungan acara sesi panel ini. Sebelumnya, ia menyampaikan bahwa Muktamar Pemikiran Islam Kaum Muda 2023 sejatinya adalah keberlanjutan sejak JIMM digagas dua dekade lalu. Dengan tantangan zaman dan generasi yang berbeda, muktamar tahun ini bertujuan untuk tidak semata mempertemukan kegelisahan-kegelisahan kader-kader persyarikatan di berbagai aspek kehidupan seperti stagnasi intelektualitas, dinamika sosial politik dan Islam Indonesia, hingga isu-isu aktual seperti revolusi teknologi dan krisis iklim. Selain itu juga, ia menambahkan bahwa ide awal untuk muktamar ini diinisiasi adalah untuk tetap menyalakan semangat intelektualitas di kalangan generasi muda Muhammadiyah. Dengan kata lain, meskipun sempat vakum karena generasi awal JIMM banyak kemudian studi lanjut, namun JIMM di generasi baru ini terus ada dan mengada.

Pada gilirannya, Zakiyuddin Baidhawy menyampaikan pentingnya peran mentorship dalam pengkaderan aktivis JIMM, terutama bagi mereka para aktivis generasi awal. Ia mengatakan bahwa Moeslim Abdurrahman, sebagai tokoh penggagas terbentuknya JIMM, sangat intens menjalin komunikasi dan memberikan mentorship yang telaten kepada para kadernya sehingga mereka mampu menorehkan prestasi gemilang dalam karir akademik.

Sementara itu, Pradana Boy dalam penyampaiannya, mengatakan bahwa ia sudah memiliki rencana untuk mendirikan sekolah pemikiran Islam di bawah Yayasan Bayt al-Hikmah, guna memfasilitasi para aktivis JIMM yang mempunyai minat di sana.

Mohammad Rokib, yang sekarang sedang menempuh studi doktoral di Jerman, juga akan berkomitmen mengawal para new comers untuk bisa melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Ia akan memberikan berbagai informasi tentang info-info studi luar negeri dan berjanji akan “membocorkan” tips dan trik jitu memperoleh beasiswa studi di luar negeri.

David Krisna Alka, sebagai esais berpengalaman yang tulisannya sudah tersebar di berbagai media nasional, sudah mantap untuk menawarkan diri menjembatani para aktivis JIMM baru yang ingin mengirimkan tulisannya di media massa nasional. Tak hanya mengawal dalam ranah teknis, David juga berkomitmen untuk membimbing mereka menulis esai-esai bermutu yang layak diterbitkan di media massa nasional.

Di hari ketiga (24/12/23), para peserta difokuskan untuk merumuskan beberapa sikap terkait lima isu yang sudah didiskusikan secara matang dengan para mentor di hari kedua. Sikap inilah yang menjadi fokus utama ranah gerak para aktivis JIMM generasi baru dan akan dideklarasikan sebagai komitmen bersama. Beberapa sikap tersebut bisa disimpulkan ke dua belas poin inti:

(1) Mengarusutamakan spirit moderasi beragama dengan mengadakan dialog lintas iman.

(2) Memandang bahwa semua entitas manusia berhak hidup dan mengakui segala identitas lain tanpa terkecuali.

Baca juga, Harta Beracun

(3) Memiliki kepercayaan diri sebagai kader Muhammadiyah, bertanggungjawab penuh atas apa yang dia lakukan, dan berani bertarung wacana di ruang publik dan berdialektika di forum akademik.

(4) Berkomitmen terhadap keputusan pikirannya dan responsif terhadap isu HAM dan politik identitas. Komitmen ini dapat dilaksanakan dengan memahami teks serta sisi kontekstualitas dari teks itu.

(5) Melakukan investasi yang serius terhadap kemajuan pendidikan di persyarikatan dengan upaya menghadirkan regulasi dan institusi yang bertugas sebagai pilot project pendidikan. Hal tersebut dilakukan dengan cara merumuskan materi pembelajaran adaptif dengan kearifan lokal dan dinamisasi zaman dan mendorong kelayakan gaji guru persyarikatan hingga setara UMR setempat.

(6) Mendorong konsep pendidikan berkemajuan yang tidak berhenti pada level pendidikan formal. Pendidikan berkemajuan diwujudkan dengan cara menciptakan ruang aman kepada anak dari segi mental, spiritual, intelektual, dan emosional dan menghadirkan pendidikan alternatif bagi daerah yang sulit mendapatkan akses pendidikan yang setara.

(7) Mendorong kader muda, warga, dan simpatisan Muhammadiyah untuk terlibat aktif dalam aktivitas kemuhammadiyahan.

(8) Melakukan penyelamatan krisis iklim serta digitalisasi informasi Muhammadiyah Climate Center.

(9) Mendorong pemerataan sistem perekonomian di Muhammadiyah, digitalisasi perekonomian, dan meningkatkan laboratorium/inkubator ekonomi Muhammadiyah dalam rangka mencapai kesetaraan dan keberlanjutan.

(10) Mendorong Muhammadiyah untuk menafsirkan ulang makna ekonomi Islam menuju kesejahteraan sosial.

(11) Menuntut hadirnya para mentor generasi awal JIMM untuk senantiasa memberikan mentorship yang maksimal dan berkualitas kepada para aktivis JIMM generasi baru.

(12) Menjaga dan merawat komunikasi di antara para aktivis JIMM.

Setelah merumuskan lima isu penting yang harus segera ditindaklanjuti, para peserta Muktamar kemudian memilih lima presidium JIMM nasional yang akan mengawal keberlangsungan aktivitas JIMM ke depannya, mereka adalah; Yahya Fathur Rozy, Wilda Kumala Sari, Yusuf Rohmat Yanuri, Renci, dan Fariz Revaldi.

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE