Milad ke-112 dan Inklusifisme Kepribadian Muhammadiyah
Milad ke-112 dan Inklusifisme Kepribadian Muhammadiyah
Oleh : Muh. Rifai M.S.I. (Sekretaris PCM Bawen, Kabupaten Semarang)
PWMJATENG.COM – Setiap tanggal 18 November warga Muhammadiyah di seluruh penjuru tanah air bersuka cita memperingati Milad Muhammadiyah. Di berbagai pojok jalan dan ruang publik terpasang spanduk dan ucapan Milad Muhammadiyah. Tidak hanya di dunia nyata, berbagai poster digital ucapan Milad Muhammadiyah juga kita dapati di media sosial, baik di WA, instagram, maupun facebook.
Ucapan milad tersebut tidak hanya datang dari warga atau Pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah, namun juga dari berbagai instansi Pemerintah maupun Organisasi Kemasyarakatan di tanah air. Hal ini menandakan bahwa Muhammadiyah adalah Persyarikatan yang tidak hanya dimiliki oleh warganya saja. Namun lebih dari itu Muhammadiyah telah dimiliki oleh seluruh komponen masyarakat dan Bangsa Indonesia.
Mengapa demikian? Salah satu hal yang menjadi sebab dari hal ini adalah karena faktor inklusifisme Muhammadiyah. Selama ini Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan yang inklusif, bukan eksklusif. Inklusifisme di sini berarti sikap terbuka untuk berinteraksi dan bekerjasama dengan semua fihak.
Sebagai acuan dan pedoman warga Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah adalah rumusan ideologi Muhammadiyah yang penuh dengan nilai-nilai inklusivitas dan toleransi dalam berinteraksi dengan kelompok lain (the others), baik kelompok dalam Islam maupun di luar Islam,termasuk interaksi dengan Negara.
Inklusifisme kepribadian Muhammadiyah yang pertama berkaitan dengan jati diri Muhammadiyah yang termaktub dalam kepribadian pertama, ketiga, keempat, dan kesepuluh yaitu “Berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan”,”Lapang dada, luas pandangan dan memegang teguh ajaran Islam”, “Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan” dan “Bersifat adil serta korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana”.
Baca juga, Wakil Sekretaris PWPM Jateng Soroti Pentingnya Internalisasi Nilai Ideologi di DAD IMM Pesma KH Mas Mansur UMS
Inklusifisme selanjutnya berkaitan dengan hubungan antara Muhammadiyah dan Negara, yang tertulis dalam kepribadian kelima dan kesembilan yaitu : “Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar dan falsafah Negara yang sah” dan “Membantu Pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridloi Allah Swt”,
Kepribadian Muhammadiyah juga berbicara tentang hubungan dengan kelompok umat Islam yang lain yang tertulis dalam kepribadian kedua yaitu, “Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah islamiyah” dan kepribadian kedelapan yang berbunyi “Bekerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya”.
Kepribadian yang terakhir berbicara tentang partisipasi dan kontribusi Muhammadiyah kepada sesama yang termuat dalam kepribadian keenam, “Amar maruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik” dan kepribadian ketujuh yang berbunyi,” Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud islah dan pembangunan sesuai dengan ajaran Islam”.
10 butir kepribadian Muhammadiyah yang syarat dengan nilai Inklusifisme inilah salah satu faktor yang menjadikan Muhammadiyah dapat menghadapi berbagai dinamika sosial-politik kebangsaan hingga dapat bertahan,bahkan berkembang di usia 112 tahun.
Selamat Milad ke-112 Muhammadiyah. Semoga dengan peringatan milad ini menjadikan Muhammadiyah tidak hanya diterima dan dimiliki masyarakat,namun lebih dari itu semakin berkontribusi nyata dalam perbaikan masyarakat dan Bangsa. Amien Ya Rabbal ‘alamien.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha
