Merawat Bumi dari Rumah Ibadah: Kisah Inspiratif dari Tur Rumah Ibadah
PWMJATENG.COM, Jakarta – GreenFaith Indonesia bersama Eco Bhinneka Muhammadiyah melaksanakan Tur Rumah Ibadah dengan mengunjungi dan berdialog di rumah ibadah enam agama di Indonesia. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini bertujuan merayakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia dan menunjukkan bagaimana agama-agama di Indonesia berkontribusi dalam menangani krisis iklim melalui aksi nyata.
Hening Parlan, Direktur Eco Bhinneka Muhammadiyah, menjelaskan bahwa rumah ibadah adalah tempat untuk berkomunikasi dengan Tuhan serta pusat pengetahuan dan contoh aksi agama dalam menjaga lingkungan. “Melalui Tur Rumah Ibadah ini, saya berharap peserta dapat saling bertukar pengetahuan tentang bagaimana agama mengajarkan mencintai lingkungan dan memuliakan bumi,” ungkap Hening.
Hari Pertama: Rumah Ibadah Hindu, Kristen, dan Buddha
Tur ini dimulai pada Sabtu, 8 Juni 2024, dengan kunjungan ke Pura Adhitya Jaya, GIPB Paulus, dan Yayasan Buddha Tzu Chi. I Gde Wiyadnya, Pinandita Pura Adhitya Jaya, menjelaskan bahwa alam semesta bagi umat Hindu adalah refleksi manusia. “Semua elemen alam harus dijaga keseimbangannya melalui Tri Hita Karana, yaitu menjaga hubungan baik dengan Tuhan, manusia, dan alam,” ujarnya.
Di GIPB Paulus, Rommi Matheos, Pendeta GIPB Paulus, menyatakan bahwa iman Kristen meyakini dunia adalah ciptaan Tuhan yang harus dijaga. “Kami di GIPB Paulus menjalankan program Gerakan Masyarakat dan Lingkungan (Germasa) dengan praktik seperti penggunaan kertas yang minimal dan pemilahan sampah,” jelas Rommi.
Baca juga, Fatwa Majelis Tarjih Muhammadiyah: Murur di Muzdalifah
Di Yayasan Buddha Tzu Chi, Juny Leong Min Wu memaparkan bahwa sejak 1990, mereka aktif mengelola sampah dan mendaur ulang. “Mengubah sampah menjadi emas dan emas menjadi cinta kasih adalah ajaran Master Cheng Yen,” kata Juny.
Hari Kedua: Rumah Ibadah Islam dan Konghucu
Pada Minggu, 9 Juni 2024, tur berlanjut ke Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Masjid Istiqlal, dan Klenteng Hok Tek Tjeng Sin. Hening Parlan menuturkan bahwa Gedung Dakwah Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menggunakan solar atap yang mampu mengurangi biaya listrik hingga Rp15 juta per bulan. “Gerakan ini dilandasi spirit Al Maun untuk melestarikan lingkungan,” tambahnya.
Di Masjid Istiqlal, Saparwadi, Kepala Humas dan Protokol, mengungkapkan bahwa masjid ini menggunakan solar panel yang menyediakan 16% kebutuhan listriknya. “Pada 2022, Masjid Istiqlal mendapat penghargaan Green Mosque pertama di dunia dari International Finance Corporation (IFC),” ungkap Saparwadi.
Romo Pandita Mettiko di Klenteng Hok Tek Tjeng Sin mengajak semua umat untuk merawat lingkungan. “Manusia yang memelihara bumi menyediakan jalan ke surga. Lingkungan bersih dan lestari akan nyaman ditinggali bagi semua,” tegasnya.
Tur Rumah Ibadah ini berhasil menjadi momen berharga dalam menginspirasi dan memotivasi umat berbagai agama untuk berkarya dan berkontribusi bagi pelestarian lingkungan. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi contoh bagaimana kolaborasi lintas agama bisa berdampak positif bagi bumi.
Kontributor : Farah
Editor : M Taufiq Ulinuha